Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
16. EXT. AREA TOKO “HARAP MAJU” – SIANG
CAST : AIRIN, RIAN (25), CIK LIEM, PAK TAN, INDAH, PELANGGAN TOKO, DISTRIBUTOR BARANG
Airin sedang sibuk mengisi rak yang terlihat kosong dengan beberapa keju berbagai merk. Pak Tan tampak memeriksa beberapa barang yang baru diantar distributor. Ia meminta mereka untuk meletakkannya ke gudang, bagian belakang toko. Cik Liem terlihat menghitung belanjaan pelanggan. Sementara Indah, pekerja toko lainnya, sibuk menata belanjaan yang sudah dihitung Cik Liem, ke kardus.
RIAN memasuki area parkir. Ia meletakkan motor dekat dengan truk distributor. Penuh semangat, ia menyapa Pak Tan yang masih asyik memeriksa barang. Rian masuk ke toko sambil mengucapkan salam, dengan lantang. Semua orang di dalam toko tersebut, membalas salam, termasuk pelanggan.
RIAN
Cik ... biasa ...
(mengibas – ngibaskan kertas)
Cik Liem
Indah ... bantuin Indra ambil barang di gudang.
INDAH
Iya Cik
(meninggalkan tempat kasir)
RIAN
(mengikuti Indah, berbisik)
Calon istriku mana, Mbak?
INDAH
Sudah dicuekin, masih saja ngejar.
RIAN
Nenek moyang kita saja tidak menyerah memperjuangkan kemerdekaan masak saya harus nyerah merjuangin cinta.
INDAH
Mbelgedhes. (omong kosong)
RIAN
Ayolah Mbak, bantuin. Nanti kalo jadian aku traktir permen.
(memasang wajah melas)
INDAH
Mbok pikir arek cilik? (kamu kira aku anak kecil)
RIAN
(terkekeh)
Mata Indah menangkap sosok Airin. Gadis itu sibuk mencatat sesuatu di kertas.
INDAH
Itu dia.
(kepala Indah menunjuk posisi Airin)
RIAN
Tambah manis aja.
(tampak kagum)
INDAH
Airin itu anak pendiam. Awas kalo kamu macam – macam.
RIAN
Cuma pengen satu macam aja Mbak. Mencintai.
INDAH
(memutar bola mata)
Indah berjalan menghampiri Airin.
INDAH
Dek, biar aku lanjutin. Kamu temenin Rian ambil barang di gudang.
Indah melambaikan tangan dan tersenyum saat Airin melihat ke arahnya.
AIRIN
Iya Mbak. Aku baru ngerjain blok ini Mbak.
(memberikan catatan pada Indah)
INDAH
Okey. Kasih Rian yang tanggal kadaluarsanya paling dekat.
AIRIN
Iya, Mbak.
INDAH
(Bergumam)
Dulu seminggu sekali beli bahan kue. Sekarang dua – tiga kali. Dasar bocah kasmaran.
Airin berjalan menuju gudang, melewati Rian tanpa berbicara. Pria itu mengikuti langkah Airin.
AIRIN
Mana catatannya?
Rian
(memberikan dengan senang hati)
Ini, calon istriku.
Airin tidak menanggapi. Ia mengambil troli angkut barang. Airin menata barang di troli dengan cekatan. Rian membantu Airin mengangkat satu kardus mentega.
RIAN
Habis ini makan siang bareng yuk. Sebentar lagi kan jam istirahat.
AIRIN
Aku bawa bekal.
RIAN
Wah ... kamu memang istri idaman.
AIRIN
Mbakku yang masakin, aku tinggal makan.
RIAN
Kalau besok gimana?
AIRIN
Besok hari sabtu.
RIAN
Maksudnya, ayo kita keluar bareng.
AIRIN
Semua sudah lengkap bisa kamu bawa ke motor. Tinggal telur, aku ambilin ke depan. Sekalian biar dihitung Cik Liem.
RIAN
Bagaimana? Mau?
Airin keluar gudang, meninggalkan Rian terlihat kecewa. Beberapa detik kemudian Airin kembali, wajah Rian kembali cerah.
AIRIN
Berhenti deketin aku.
RIAN
Kenapa? Kamu udah punya cowok?
(penasaran)
AIRIN
Bukan.
RIAN
Itu artinya lampu hijau dong.
AIRIN
Lampu merah. Aku mau fokus kerja.
Airin keluar gudang. Rian menyusul sambil menarik belanjaan.
RIAN
Mau fokus biar cepet kaya?
AIRIN
Biar ada semangat hidup.
RIAN
Sama, aku juga sering kesini biar semangat hidup.
Airin mengabaikan Rian dan mulai menimbang telur. Pak Tan datang menghampiri mereka berdua.
PAK TAN
Rian, Airin tiap hari tambah cantik ya? Seharusnya kamu berterima kasih sama saya, karena bisa dapat yang bening - bening kayak gini.
Airin membawa telur menuju Cik Liem, sementara Rian menyusul.
PAK TAN
Dasar bocah kurang ajar. Diajak ngomong orang tua malah pergi gak pamitan.
(menggelengkan kepala)
17. INT/EXT – AREA WARUNG TENDA “PENYETAN ABAH IWAN” – PETANG
CAST: AMBAR, AIRIN, ABAH IWAN (60), WILDAN (28), PEMBELI PENYETAN
Terdapat deretan warung tenda menjual aneka jenis masakan. Salah satunya warung tenda berwarna biru berdiri di depan ruko yang tutup. Tertulis “Penyet Abah Iwan” di spanduk depan warung dengan gambar aneka binatang. Terdapat meja panjang menyuguhkan aneka lauk pauk dari ayam, bebek, ikan pe, ikan lele, aneka jeroan, telur, tempe, tahu hingga terong dan mentimun. Semua makanan telah diungkep matang. Ada meja panjang dilengkapi dengan sepuluh kursi terbuat dari plastik di setiap sisi.
Abah IWAN, keturunan Arab Ampel, begitu orang menyebutnya. Ia duduk di kursi sambil bersandar. Ia tampak memperhatikan karyawannya bekerja sambil mengipasi diri dengan kipas terbuat dari bambu dianyam. Wajahnya cerah menyambut pembeli.
Terdapat empat pembeli duduk di meja. Ambar sibuk menyiapkan pesanan dan membuat minuman. Wildan, karyawan warung lainnya, sedang menggoreng dan membakar lauk sesuai permintaan pembeli.
Airin datang menyapa Ambar. Wajahnya terlihat sumringah.
ABAH IWAN
Siapa namanya, Nak cantik?
AMBAR
Kenalin Abah ini adik saya dari desa. Namanya Airin.
AIRIN
(tersenyum, mengangguk sopan)
Ambar mengantarkan pesanan ke tiga orang yang sedang berkumpul dan memberikan beberapa bungkus ke pria berkaos hitam.
WILDAN
Kenalin sama mas juga dong. Masak cuma ke Abah aja. Pilih kasih.
(pura-pura merajuk)
AMBAR
(menjulurkan lidah)
ABAH IWAN
Ooohh... pantes mirip. Masih sekolah apa sudah kerja?
AIRIN
Sudah kerja, Abah. Saya kerja di stoko “Harap Maju” punyanya Cik Liem.
ABAH IWAN/WILDAN
(mengangguk)
AMBAR
Kok sudah pulang, Rin? Tumben?
AIRIN
Iya, Mbak. Ada saudara Cik Liem yang kena musibah dan butuh bantuan Cicik, makanya tutup lebih awal.
AMBAR
Ooh... kalo gitu bawa motor Mbak.
(merogoh kunci di kantong celana kain)
ABAH IWAN
Ambar, suruh adik kamu makan dulu sebelum pulang.
AIRIN
Mboten sisah repot-repot, Abah. (tidak perlu repot-repot, Abah)
ABAH IWAN
(menatap Ambar)
Ambar, ambilkan lauk kesukaan adik kamu. Jangan lupa buatin es teh juga.
(matanya beralih ke Airin)
Apa yang ngerepotin. Paling enak pulang kerja itu makan, ya enggak, Wildan?
WILDAN
Leres, Abah (betul, Abah)
(meniru gaya sopan Airin)
ABAH IWAN
Pencitraan. Biasanya enggak pernah sopan.
Ambar diam - diam menyiapkan makanan untuk Airin. Ia membakar paha ayam dan menggoreng tahu. Tak lupa menyiapkan es teh di gelas besar, selagi menunggu lauk matang.
AMBAR
Ayo dimakan.
AIRIN
(mengangguk)
AMBAR
Bilang terima kasih sama Abah.
AIRIN
Terima kasih, Abah. Mari makan.
ABAH IWAN
Mari. Mari. Dihabisin ya? Enggak usah sungkan-sungkan.
Airin mulai menikmati makanan sambil mendengarkan Abah Iwan bercerita. Pria berjenggot itu menceritakan tentang masa muda. Ambar dan Wildan tersenyum geli, karena mereka hapal luar kepala tentang hal yang diceritakan Abah Iwan. Mereka melanjutkan pekerjaan melayani pembeli.
AMBAR
Sudah selesai?
AIRIN
(mengangguk)
AMBAR
Abah, pamit nganter adek ke parkir sebentar.
WILDAN
Duh... takutnya adeknya kenapa-kenapa.
AMBAR
Usil
(melirik Wildan tajam)
ABAH IWAN
Iya, enggak apa-apa.
AIRIN
Pamit pulang, Abah, Mas.
ABAH IWAN
Iya, hati-hati di jalan.
WILDAN
Ikutan dong, dek.
AMBAR
Hush... sana jagain bebek bakar. Awas gosong!
Ambar dan Airin menuju parkir yang terletak di ujung kanan deretan warung tenda. Sepanjang jalan ada beberapa orang menyapa Ambar ramah. Terdapat beberapa orang mengeluarkan umpatan ramah yang dibalas guyonan oleh Ambar.
BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATION
A. Lorong Sekolah SMA – Siang – Airin mendapatkan tatapan sinis. Ia tersandung saat berjalan karena Kakinya sengaja dihadang oleh salah satu siswi. Semua siswa tamPak tertawa, termasuk Ilham
B. Jalan raya – Sore – Tubuh Airin dipenuhi keringat. Ia berjalan sambil menuntun sepeda pancalnya. Kedua roda ban sepeda tersebut. Kempes.
C. Kamar kediaman di desa – Malam – Airin menangis sesenggukan. Ia meredam suara tangisan dengan menekan wajah ke bantal. Di tangan kanannya menggenggam testpack menunjukkan dua garis merah.
END MONTAGE
18. EXT. AREA PARKIR WARUNG TENDA – MALAM
CAST : AMBAR, AIRIN
Ambar dan Airin menuju salah satu motor bebek berwarna hitam di deretan motor lain. Ambar memberikan kunci ke Airin.
AMBAR
Mbak denger – denger Rian deketin kamu?
Airin yang hendak mengambil helm. Berhenti.
AIRIN
Mbak tau darimana?
AMBAR
Dari orang – orang. Semua orang disini suka bergosip, apalagi tempat kerja kita deket.
AIRIN
Oh ...
(mengambil helm)
AMBAR
(berbisik)
Kamu suka sama Rian?
AIRIN
(menggeleng pelan)
AMBAR
Mbak kenal Rian. Dia anaknya baik. Kalau kamu suka sama dia Mbak ngerestuin.
Reflek Airin menatap Ambar tajam. Ambar terkejut mendapatkan respon tidak menyenangkan dari adiknya. Airin segera menyadari perubahan raut wajah Ambar.
AIRIN
(menenangkan diri)
Aku pamit pulang duluan ya Mbak?
Airin mencium tangan Ambar sebelum menghidupkan mesin.