Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bertahan atau Pergi
Suka
Favorit
Bagikan
8. Pertengkaran

21. INT. KAMAR KOS NO. 5 – MALAM

CAST : AMBAR, AIRIN

Ambar duduk dikasur, bersandar ke dinding. Tangannya bersedekap. Matanya lurus menatap pintu. Ia tampak menahan marah

Airin memasuki kamar.

AIRIN

(kaget)

Oh ... Mbak kenapa disitu, ngagetin aja.

Ambar tetap diam. Airin merasa takut. Ia menutup pintu pelan – pelan. Airin duduk di hadapan.

AIRIN

(takut)

Ada masalah apa, Mbak?

AMBAR

Kenapa kamu bohongin Mbak?

 (memasang ekspresi datar)

AIRIN

Bohong soal?

(kebingungan)

AMBAR

Enggak usah pura – pura goblok. Bunda tadi telpon aku.

AIRIN

(terkejut)

Bunda?

AMBAR

(berteriak)

Ngapain kamu kabur dari rumah? Apa kata orang – orang di desa. Mereka pasti ngira aku yang ngajarin kamu!

AIRIN

(berteriak)

Sejak kapan Mbak dengerin omongan orang? Aku kabur atau tidak itu bukan urusan Mbak.

AMBAR

Bukan urusanku, katamu.

(memukul dinding)

INSERT : Beberapa penghuni di kos mendengar pertengkaran Ambar dan Airin. Maya menajamkan telinga.

AIRIN

Mbak, aku capek habis kerja kita bahas besok ya?

AMBAR

(Menggeleng. Teriak)

Terserah!

Ambar segera bangkit dari kasur. Ia membanting pintu tak mempedulikan Airin terkejut. 

22. INT. KAMAR NO. 1 – MALAM

CAST : AMBAR, DESI 

Desi sedang asyik menonton TV. Ia tertawa terbahak – bahak menonton adegan lucu dari sebuah film yang ditayangkan. 

Ia tengkurap sambil makan kripik singkong.

Desi tersedak saat Ambar tiba – tiba masuk tanpa mengetuk pintu. Ia terbatuk – batuk. Segera Desi duduk kemudian meminum air putih dari botol yang diletakkan di depannya. Ambar langsung tidur membelakangi Desi.

DESI

Ada apa Kak?

AMBAR

Ngantuk ... mau tidur?

DESI

Kakak marah ya?

(jeda)

Kakak berantem sama Airin? Sama saudara dilarang bertengkar. Harus akur.

AMBAR

Diam. Anak tunggal mana paham.

Desi diam. Ia cemberut kembali melanjutkan aktivitasnya yang terganggu.

AMBAR

Matiin TV-nya. Aku mau tidur.

DESI

Kalo merasa terganggu tidur aja di kamar Kakak.

AMBAR

Bayar hutang kamu yang ...

DESI

Iya ... iya.

(patuh)

Desi segera mematikan TV. Kini ia berganti memainkan ponselnya. Sementara Ambar diam – diam menitikkan air mata.

Flashback

23. INT – RUMAH DI DESA– SIANG

CAST: AMBAR (17), BUNDA (36)

Bunda sedang menjahit pakaian di ruang tamu. Duduk di kursi. Ia tampak memperbaiki lubang pada pakaian batik. Televisi dibiarkan menyala. Menayangkan berita kejadian terkini. Terdengar suara musik dari kamar. Ia menghela napas. Menahan marah.

BUNDA

(berteriak)

Ambar. Kecilkan musiknya.

Bunda meletakkan batik ke kursi. Ia bangkit dari kursi. Berjalan menuju pintu kamar terdekat. Di depan itu tampak berbagai stiker.

BUNDA

Ambar. Buka pintunya

(berteriak. Menggedor pintu)

Ambar.. Ambar.. Ambar.. Awas jangan sampek pintunya Bunda bobol.

Pintu terbuka. Ambar tampak baru bangun tidur.

AMBAR

Apa?

Bunda masuk ke dalam kamar. Mengecilkan volume suara dari ponsel Ambar yang diletakkan di atas kasur.

BUNDA

Nyetel lagu keras-keras itu gak pantes. Apa kata tetangga.

AMBAR

Hemmm...

(mengambil ponselnya dari tangan Bunda)

Mereka juga kadang gitu. Kenapa aku enggak boleh?

BUNDA

Kowe iki tangi kawanen, mbolos sekolah, terus saiki nyetel lagu banter. Kok gak nduwe isin ngono. (Kamu ini bangun kesiangan, bolos sekolah, sekarang malah memasang musik keras-keras. Seperti tidak punya rasa malu)

AMBAR

Hem...

(bermain ponsel sambil duduk di pinggir kasur)

BUNDA

(merebut ponsel)

Kowe iki kok gak kenek dituturi. Ben dino muleh bengi iku karepmu piye. (Kamu ini enggak bisa dinasihati. Setiap hari pulang malam itu maumu apa?)

AMBAR

Bunda, sekolah sudah selesai. Enggak ada pelajaran. Ujian selesai.

BUNDA

Emang bangun kesiangan itu pantas. Mbok yo... bangun pagi. Bantuin masak, bersihin rumah. Sejak Bapak enggak ada kamu semakin kurang ajar.

AMBAR

(memilih berbaring tidur)

BUNDA

(menjewer telinga hingga Ambar terduduk)

Kalo dibilangin orangtua didengerin, bukan ditinggal tidur.

AMBAR

A..... a... a... aduh

(melepaskan diri dari Bunda)

Apaan sih Bunda? Aku bukan anak kecil.

BUNDA

Kalo bukan anak kecil. Saatnya kamu belajar tanggung jawab. Pulang malam-malam. Apa kata orang? Bapak memang sudah enggak ada, tapi jangan malu-maluin keluarga.

AMBAR

(melotot tak terima. Berdiri)

BUNDA

Kelakuannya dijaga. Jangan kayak orang enggak pernah diajari sopan santun.

AMBAR

Aku pulang malam karena ada urusan.

BUNDA

Urusan apa?

AMBAR

Bunda enggak perlu tau.

BUNDA

Bisa-bisanya kamu jawab kayak gitu. Sejak ibumu kabur, aku yang ngerawat kamu. Tau gitu kamu sakit parah aku biarin. Bisa-bisanya enggak ada rasa terima kasih.

AMBAR

Emangnya Bunda kira Ibu pergi gara-gara siapa? Kalo Bunda enggak jadi pelakor, enggak mungkin ibu ninggalin aku.

BUNDA

Jaga mulut kamu

AMBAR

Apa? Semua yang aku omongin benar.

Bunda menampar wajah Ambar hingga gadis itu terjatuh di kasur.

BUNDA

Sana kamu pergi. Ikut ibu kamu.

Ambar berdiri. Matanya menatap Bunda dengan penuh kebencian.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar