Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
19. INT. KAMAR KOS NO. 5 – PAGI
CAST : AMBAR, MAYA
Ambar merasa kepalanya sedikit pusing. Ia memilih berbaring sambil memijit pelan kepala. Terdengar ketukan pintu.
MAYA
Ambar, kamu ada di kamar?
Terpaksa Ambar bangkit untuk membuka pintu.
AMBAR
Ada apa?
Tampak Maya melihat sekeliling kamar Ambar. Ia seakan mencari sesuatu. Ambar merasa terganggu dengan sikap Maya.
AMBAR
Ck .. apaan sih?
MAYA
Adik kamu udah berangkat kerja?
AMBAR
Sudah, kalau ada perlu sama dia bisa ketemu nanti malam.
MAYA
Aku enggak ada perlu sama dia. Aku mau nanya sesuatu ke kamu?
AMBAR
Ada apa?
Ambar memijit pangkal hidungnya. Meredakan pusingnya yang menyerang.
MAYA
Sebenernya aku ragu, tapi penasaran.
AMBAR
Apaan? Aku pengen istirahat, mumpung hari kamis ini.
MAYA
Sabar ... sabar ... ini aku juga harus berangkat kerja.
Maya membuka kunci layar ponselnya, sementara Ambar menghela napas.
MAYA
Tapi jangan marah sama aku ya?
AMBAR
Iya ...
(malas berdebat)
Maya menunjukkan foto dari ponselnya. Tampak foto Airin mengenakan seragam SMA namun semua kancing bajunya lepas. Ekspresi Airin terlihat datar sementara bagian tubuh atasnya terlihat jelas. Ambar tahu ini bukan editan.
Hatinya terkejut tak karuan melihat gambar tersebut.
MAYA
Ini beneran adik kamu?
(Berhati-hati mengucapkan)
AMBAR
Itu editan, jahat sekali kamu memfitnah adikku.
(geram)
MAYA
Bukan aku yeng memfitnah. Ini Mas BAMBANG dapat dari sepupunya. Katanya dia satu SMA bareng Adik kamu.
(ciut, menghindari tatapan Ambar)
AMBAR
Sekarang hapus foto. Kalo sampek itu tersebar. Kamu dan mas Bambangmu itu aku pecel – pecel.
MAYA
I ... i .. iya.
AMBAR
Hapus sekarang.
(penuh penekanan)
Maya tampak sibuk mengoperasikan ponselnya. Tangannya gemetaran.
MAYA
Ini udah kehapus.
(Maya menunjukkan ponselnya ke Ambar.)
Aku berangkat dulu, Assalamu’alaikum.
AMBAR
Wa’alaikumsalam.
Tanpa menunggu Maya berbalik, Ambar masuk ke kamar dan membantin pintu. Sakit kepalanya semakin tak tertahankan. Ambar memijat kepala dan meringis kesakitan. Ia mengambil obat sakit kepala berwarna biru dilaci meja. Segera ia meminumnya dengan air putih.
Ambar berbaring di kasur. Matanya memperhatikan langit-langit kamar. Ia menghela napas, kemudian memejamkan mata. Tiba – tiba terdengar dering ponsel disebelah bantal berbunyi. Tampak nomor tak dikenal tampil di layar. Ambar mengabaikan. Nomor itu mengirimi pesan, kemudian Ambar membukanya.
AMBAR (V.O)
(membaca pesan)
Ambar, ini Bunda. Tolong diangkat telponnya.
Tubuh Ambar menegang setelah membaca pesan tersebut. Kini ponselnya.
Kembali berdering. Ia menarik napas panjang sebelum mengangkat telpon.
AMBAR
Ada apa?
20. INT. RUANG TAMU – PAGI
Cast : BUNDA (40)
Menanti Ambar menjawab panggilannya.
BUNDA
Ambar, ini Bunda. Maaf mengganggumu, nak.
INTERCUT – PERCAKAPAN TELEPON
AMBAR
(menutup mata menahan amarah)
Ada apa?
BUNDA
Bunda ingin mengucapkan terima kasih karena kamu mau menampung adikmu.
AMBAR
Oh .. Okey
(Ambar hendak mematikan ponsel.)
BUNDA
Nak ... nak jangan ditutup dulu. Apa boleh Bunda minta tolong.
AMBAR
(Ambar menghela napas)
Apa?
BUNDA
Bunda minta tolong kasihkan telponnya ke Airin.
AMBAR
Dia kerja.
BUNDA
(terkejut)
Apa? Sejak kapan ia bekerja?
AMBAR
Dia tidak pernah cerita?
BUNDA
Sejak kabur dari rumah, Airin tidak pernah menghubungi Bunda. Semua telpon dan pesan dari Bunda tidak pernah dibalas. Tolon bilangin kalo Bunda kangen.
Ambar merasa kepalanya tambah berat. Ia menutup panggilan tanpa menghiraukan Bunda yang memanggilnya berulang - ulang.