Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
26.INT. KANTOR- RUANGAN PUTRA. DAY
Afsari berdiri di depan meja kerja Putra.
PUTRA
Malam ini, saya ada urusan. Mungkin yang datang ke rumahmu hanya pengacaraku.
Afsari mengangguk, wajahnya sedih.
PUTRA
Baiklah. Kamu bisa pergi.
Afsari mengangguk lagi, dia pun berbalik dan melangkah meninggalkan ruangan Putra.
Putra melihat punggung Afsari hingga dia hilang di balik pintu.
PUTRA (V.O)
(mengembuskan napas)
Semuanya akan baik-baik saja, kan?
Putra pun kembali mengerjakan pekerjaannya.
CUT TO
27.INT. RUANG TAMU-RUMAH AFSA. NIGHT
Esok harinya. Pengacara keluarga Putra berada di rumah Afsa. Dia berdiri dan sedang membawa kertas.
PENGACARA
Bagaimana, apa ada yang bisa ditanyakan?
Ayah, Ibu, dan Afsa memegang sehelai kertas. Wajah mereka terlihat melongo. Di kertas tertulis: Perjanjian Pra nikah (prenuptial aggreement) dengan hurup tebal.
PENGACARA (CONT'D)
Dan yang saya bisa simpulkan bahwa perjanjian ini akan lebih menguntungkan pihak wanita. Jadi, sepertinya tidak ada yang perlu dikuatirkan. Benar, kan, Pak Amin?
AYAH AFSA
(tertawa kaku)
I...iya.
IBU AFSA
Akan ada hadiah di setiap ulangtahun pernikahan dan anak-anak?
AFSA
Nafkah yang diberikan setiap bulan adalah... 200 juta?
PENGACARA
Iya. Apa kurang? Mungkin Bu Afsa bisa...
AFSA
Nggak, nggak. Bukan gitu.
PENGACARA
Menurut saya... yang harus diperhatikan adalah poin ke 4. Jika ada orang ketiga, maka harus membayar denda sebesar 1 juta dollar. Dan saya rasa, ini ditujukan untuk Pak Putra. (tertawa kecil)
Ayah dan Ibu Afsa saling berpandangan dan mengatakan "Satu juta dollar" tanpa suara dengan mata mereka yang terbuka lebar.
PENGACARA (CONT'D)
Jadi, pastikan kalau Bu Afsa tidak pernah selingkuh.
Semuanya tertawa kaku.
PENGACARA (CONT'D)
Baiklah, kalau tidak ada yang ditanyakan.
AFSA
Sebentar, Pak Pengacara.
PENGACARA
Iya?
AFSA
Saya mau bertanya mengenai poin terakhir, yaitu jika ada perpisahan, maka...
PENGACARA
(melihat kertas)
Ya. Jika ada perpisahan, maka 50% aset Putra Coorporation akan jatuh kepada mantan istri.
AFSA
Apa ini serius?
PENGACARA
Apa ini terlihat main-main?
AFSA
Ya. Bagi saya, ini seperti...
PENGACARA
Sebagai pengacaranya, saya pun kurang setuju dengan pembagian ini. Tapi, menurut saya, perjanjian ini di buat agar Pak Putra tidak bermain-main dengan pernikahannya. Bu Afsa tahu kan bagaimana sepak terjang Pak Putra?
Pengacara itu tersenyum lebar. Afsa dan Ayah, Ibunya menatapnya.
PENGACARA
Apa ada yang mau ditanyakan lagi? (menoleh kepada ayah, ibu Afsa) Ibu, Bapak?
AYAH AFSA
Cukup, Pak.
PENGACARA
Baiklah, kalau begitu. Saya harus melaporkan ini segera. Jadi, saya harus pergi.
Ayah, ibu, dan Afsa berdiri.
AYAH AFSA
Iya. Terima kasih banyak, Pak.
Mereka saling berjabat tangan, dan pengacara itu pun pamit keluar rumah.
CUT TO
28.EXT. HALAMAN RUMAH AFSA. NIGHT
Pengacara masuk ke dalam mobilnya.
PENGACARA
Mari, semuanya. Oia, Bu Afsa, selamat atas rencana pernikahannya.
AFSA
Iya... Terima kasih.
PENGACARA
Akhirnya, petualangan Pak Putra berakhir. (tertawa kecil)
Afsa tersenyum.
PENGACARA (CONT'D)
Baiklah. Mari.
Mobil pengacara pun melaju. Terlihat ayah dan ibu Afsa merangkul putrinya.
AYAH AFSA
Apa ayah bisa bicara sama kamu?
Afsa menoleh kepada ayahnya dan mengangguk.
CUT TO
29.INT. RUANG TAMU-RUMAH AFSA. NIGHT
Afsa duduk di hadapan ayah dan ibunya.
AYAH AFSA
Apa... ada yang ingin kamu bicarakan dengan ayah?
AFSA
Maksud... ayah?
AYAH AFSA
Ya... Ayah ingin tahu bagaimana kamu dan Nak Putra bisa bertemu.
AFSA
Oh... Dia... Bos Afsa.
AYAH AFSA
Ah...
AFSA
Memangnya apa yang Ayah pikirkan?
AYAH AFSA
Yah... mungkin seperti... kamu menikahi Nak Putra agar bisa melunasi utang, seperti itu.
AFSA
Lalu, kenapa kalau memang iya?
AYAH AFSA
Hah?
AFSA
Sekarang Afsa mau tanya, apa yang Ayah lakukan dengan ginjal Ayah?
Ayah Afsa salah tingkah.
AYAH AFSA
(merasa bersalah)
Ya... Ayah takut, Nak, kalau rentenir itu macam-macam sama kamu. Jadi... Ayah tidak berpikir panjang.
AFSA
Apa Ayah tahu? Tindakan Ayah seperti ini membuat Afsa semakin merasa bersalah. Semua gara-gara Afsa, Ayah berhutang karena Afsa, Ayah kehilangan ginjal karena Afsa.
AYAH AFSA
Nggak Nak. Nggak... Bukan salah kamu, Nak.
AFSA
Semua karena Afsa, Yah.
Afsa menangis keras. Menutup wajahnya.
AYAH AFSA
Nggak, Nak. Jangan ngomong gitu.
AFSA
(kesal)
Lalu apa yang akan Ayah lakukan sekarang? Bukannya uangnya kurang? Tapi ginjal Ayah sudah di ambil. Ayah dengar apa yang kata Pak Putra bilang... bahwa Ayah udah melakukan tindakan ilegal. Ayah bisa dipenjara.
AYAH AFSA
(sedih)
Iya...
AFSA
Jadi... hanya ini yang bisa Afsa lakukan.
AYAH AFSA
Maksud kamu?
Afsari kesal. Dia menghapus air matanya dengan kasar.
AFSA
Saat itu, karena terdesak, Afsa meminjam uang kepada Pak Putra, tapi Pak Putra justru mengajak Afsa menikah. Katanya... dia sudah lama suka sama Afsa... dan susah untuk deketin Afsa, jadi saat ada kesempatan ngobrol... Pak Putra langsung...
AYAH AFSA
Ngajak kamu nikah?
Afsa mengangguk.
AFSA (V.O)
Maafin Afsa udah bohong, Yah.
AYAH AFSA (CONT'D)
Lalu, kamu nerima gitu aja?
AFSA
Memangnya, Afsa bodoh, menolak laki-laki seperti Pak Putra? udah tampan, kaya, baik...
AYAH AFSA
Lalu... kamu juga suka sama Nak Putra?
AFSA
(malu-malu)
Memangnya... bisa menolak suka sama Pak Putra?
AYAH AFSA
(tersenyum lega)
Maafin Ayah, Nak. Ayah lega kalau kamu bisa bahagia dengan Nak Putra. Mengenai sisa utangnya, biar kami kumpulkan lagi. Kamu tidak perlu pikirkan kami. Meskipun kamu nanti banyak uang...
AFSA
(kesal)
Bagaimana bisa, Yah? Bagaimana bisa Afsa tidak memikirkan ayah dan ibu? Bagaimana bisa?
Afsa akhirnya berderap menuju kamarnya. Ayah dan ibunya mengejar dan mengetuk pintunya, tapi Afsa tidak keluar kamar lagi.
CUT TO
30.INT. KAMAR AFSA. NIGHT
Afsari berbaring di kasurnya.
AFSA (V.O)
Jadi... apakah aku benar-benar harus melakukannya? Menikah dengan Pak Putra? Inikah jalan agar aku bisa membebaskan orang tuaku dari penderitaan?
Afsari menghela napas berat. Dia pun membenamkan diri di bantal.
CUT TO