Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Berbagi Ranjang
Suka
Favorit
Bagikan
6. Kalau Ayah sih, Yes
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. HALAMAN RUMAH. DAY

Putra membuka pintu rumah dan melihat empat orang penagih utang. Putra melihat tato di tubuh mereka yang telah ia kenali.

PUTRA (V.O)

Jadi, mereka? Masih saja melakukan pemerasan?

PENAGIH UTANG 1#

Hm... siapa nih? Di mana Pak Amin?

Putra melangkah melewati para penagih utang.

PUTRA

Ikuti saya.

Para penagih utang awalnya ragu, namun akhirnya mengikuti setelah salah satu di antara mereka memberikan isyarat untuk mengikuti Putra.

Putra berdiri agak jauh dari rumah.

PUTRA

Orang yang kalian cari sedang sakit. Kalau kalian mau menagih utangnya, biar bicara sama saya saja.

Penagih utang saling menoleh satu sama lain.

PENAGIH UTANG 1#

Memangnya kamu siapa?

PUTRA

Saya yang akan membayar utangnya.

PENAGIH UTANG 1#

Hm...

PUTRA

Berapa utang Pak Amin?

PENAGIH UTANG 1#

Kamu akan membayar utang Pak Amin... tapi nggak tahu jumlahnya?

PUTRA

Cepat, kasih tahu saja jumlahnya.

PENAGIH UTANG 1#

(tersenyum licik)

Jumlah utang mereka... 1 Milyar...

PUTRA

(tersenyum pahit)

Benarkah?

PENAGIH UTANG 1#

(senyum sinis)

Kenapa? Nggak percaya? Apa mau dinaikin lagi?

Penagih utang saling tertawa.

PUTRA

Oke. Aku akan bayar semuanya. Tapi tidak sekarang.

PENAGIH UTANG 1#

Ah, selalu saja begitu. Semua yang kami tagih selalu... ngomong kayak gitu. Bosen rasanya.

PUTRA

Jadi kamu tidak percaya?

PENAGIH UTANG 1#

Tentu saja. Kami nggak percaya.

Putra melemparkan kantong dan ditangkap oleh si penagih utang.

PUTRA

Itu untuk kalian. Sisa 1 Milyar... akan aku bayar setelah pernikahanku dengan anak Pak Amin.

PENAGIH UTANG 1#

(terkejut)

Woh... jadi kamu calon menantunya itu?

PUTRA

Iya. Jangan macam-macam lagi dengan keluarga ini karena sekarang, jika kalian mengganggu mereka... kalian berhadapan dengan Putra Grup.

PENAGIH UTANG 1#

(kaget)

P...Putra Grup?

PUTRA

Kalian tahu, kan? Bagaimana ruginya berurusan dengan kami?

Penagih utang mendadak kesal.

PENAGIH UTANG 1#

Apa kamu... Bos Putra yang membuat kami kehilangan tanah 6 hektar kami?

PUTRA

Kau sudah ingat?

Para penagih utang saling menoleh.

PENAGIH UTANG 1#

Baiklah. Kami pegang kata-katamu. Uang 1 Milyarnya akan kami tunggu!

PUTRA

(mendengus kesal)

Tidak tahu malu.

PENAGIH UTANG 1#

Kapan Anda mau bayarnya?

PUTRA

Setelah pernikahanku berlangsung. Akan ku hubungi.

Penagih utang menatap tajam dan dibalas oleh Putra.

PUTRA (CONT'D)

Bagaimana. Deal?

PENAGIH UTANG 1#

(mengulurkan tangan)

Deal.

Putra menerima uluran tangannya.

PUTRA

Jangan pernah ganggu mereka lagi.

PENAGIH UTANG 1#

(tersenyum)

Mana mungkin aku bermain-main dengan Bos besar sepertimu.

Penagih utang tertawa kecil dan Putra menatap tajam mereka.

CUT TO

INT. RUANG TAMU. NIGHT

AYAH AFSA

Apa? Sisanya 50 juta?

PUTRA

Iya. Saya udah melobi mereka agar tidak memberikan bunga. Dan mereka tidak memberikan tenggat waktu.

AYAH AFSA

Wah... hebat Nak Putra. Bagaimana bisa?

PUTRA

Apa... mau saya bayarkan sisanya untuk kalian? Bagaimana pun, saya sebagai calon suami Afsa, harus bertanggungjawab.

AYAH AFSA

Jangan Nak. Itu kan utang keluarga kami...

PUTRA

Bukankah, kita nanti akan menjadi keluarga?

Ayah Afsa merasa canggung dan menggaruk kepala.

AYAH AFSA

Tetap saja.

PUTRA

Ya sudah, kalau Bapak tidak mengizinkan.

IBU AFSA

Terima kasih banyak Nak Putra. Tapi kami memang tidak enak. Belum apa-apa udah bikin malu kayak gini.

PUTRA (CONT'D)

Nggak kok... Mah?

Ibu Afsa sedikit terkejut, kemudian mereka semua tertawa.

PUTRA

Oia, apa sekarang... saya resmi menjadi calon menantu?

Ayah dan Ibu Afsa saling berpandangan.

AYAH AFSA

Kalau ayah sih... yes... (semua orang tertawa)

AFSA

Ayah bercanda aja.

PUTRA

Kalau... Mama?

IBU AFSA

(tersenyum)

Mungkin... Nak Putra hadir untuk kembali melengkapi keluarga kita. Mama juga sangat bersyukur kalau Nak Putra bisa menjadi bagian keluarga ini.

AYAH AFSA

Jadi... ibu juga yes?

Ibu Afsa memukul kecil Ayah Afsa. Mereka semua tertawa. Putra menoleh kepada Afsa dan dibalas Afsa. Mereka saling melemparkan senyum. Namun, Afsa kembali memalingkan mukanya karena mendadak dia berdebar.

PUTRA

Oia, besok saya akan kembali lagi dengan pengacara saya. Kita akan membicarakan pre-marriage talk.

AYAH AFSA

Hah? Pre... apa?

PUTRA

Pembicaraan sebelum pernikahan. Biasanya mengenai kesepakatan dalam pernikahan. Seharusnya saya membicarakan ini hanya bersama Afsa sebagai calon istriku, tapi mungkin ayah dan ibu bisa menjadi saksi.

AYAH AFSA

(tertawa kaku)

O..iya... iya... tapi... kenapa sama pengacara... bukannya sama orang tua Nak Putra, ya?

PUTRA

Iya, sebenarnya perjanjian itu dibuat oleh ayah saya. Jadi, pengacara hanya memastikan bahwa saya... mematuhinya.

AYAH AFSA

O...iya...iya...

Ayah dan Ibu Afsa tertawa kaku. Putra pun tersenyum, sedangkan Afsari hanya termenung melihat mereka. Ekspresi lega, bahagia, sekaligus sedih.

AFSA(V.O)

Menikah ya?

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar