Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Berbagi Ranjang
Suka
Favorit
Bagikan
5. Putra Vs Rentenir
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

20.INT. RUMAH AFSA. DAY

Afsari keluar mobil Putra dan berderap menuju rumahnya. Putra masih memarkirkan mobil.

CUT TO

21.INT. KAMAR AYAH AFSA. DAY

Afsa menemukan ayah dan ibunya di kamar mereka. Terlihat ibunya yang menangis dan ayahnya yang terbaring.

AFSA

Mah, gimana keadaan Ayah?

IBU AFSA

Afsa, sepertinya... Ayahmu...

AFSA

Kenapa Mah?

IBU AFSA

Ayahmu... sudah menjual ginjalnya.

AFSA

Hah?

Afsari terkejut. Dia pun berlutut di samping ranjang ayahnya yang sedang berbaring. Dia menyingkap baju ayahnya dan menemukan perut sang ayah yang terbalut perban. Afsari pun mulai menangis.

IBU AFSA

Mama nggak tahu ayahmu akan melakukan hal itu. Tadi ayahmu menyerahkan sejumlah uang sama mama.

Mata Afsari berkaca-kaca . Dia menatap ayahnya yang terbaring lemah.

AFSA (V.O)

Kenapa Ayah sampai menjual ginjalnya?

IBU AFSA

(terisak)

Katanya... uangnya masih kurang untuk bayar utang...Lalu... tiba-tiba dia pingsan...

AFSA

Ayah...

PUTRA

Ayahmu harus diperiksa

Afsa dan ibunya menoleh ke arah Putra yang berdiri di ambang pintu.

PUTRA

Tapi, sepertinya Ayahmu telah melakukan donor ginjal secara ilegal karena dia mendapatkan uang.

Afsa menoleh kembali kepada sang ayah.

PUTRA (CONT'D)

Akan sangat berbahaya jika diketahui dokter di rumah sakit.

Putra pun merogoh ponselnya.

PUTRA (CONT'D)

Biar saya panggil dokter kenalan saya ke sini.

Putra pun melakukan panggilan di luar kamar. Sedangkan Afsari meraih tangan ayahnya.

AFSA (V.O)

Kenapa sampai melakukan sejauh ini Ayah?

Afsari menangis dan sang ibu mengusap punggungnya. Mereka sama-sama menangis.

AFSA

Ini semua gara-gara Afsa, Mah...

IBU AFSA

Nggak, Nak. Jangan menyalahkan diri kamu. Kamu tidak salah apa-apa.

AFSA

Nggak Mah. Kalau aja Afsa...

Afsa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Sang ibu mencium puncak kepala Afsa.

IBU AFSA

Udah Nak... udah...

Afsa dan ibunya semakin menangis. Tiba-tiba ayahnya tersadar.

AFSA

Ayah... Ayah...

AYAH AFSA

Afsa...

AFSA

Apa yang Ayah lakukan sebenarnya?

AYAH AFSA

Maafin Ayah, Nak. (meringis kesakitan) Cuma ini yang bisa ayah lakukan.

AFSA

Nggak, Yah.

AYAH AFSA

Mungkin... Ayah tidak banyak berbuat kebaikan. Saudara...teman-teman... semuanya menjauh dan tidak bisa ayah mintai bantuan...

AFSA

Nggak Yah. Jangan bilang gitu. Bukankah Ayah yang bilang kalau orang-orang memang hanya akan peduli selama kita memberi manfaat buat mereka? Jadi, nggak ada kaitannya dengan kebaikan Ayah, mereka aja yang nggak punya hati.

AYAH AFSA

(senyum)

Kamu... udah besar ya.

Tatapan Ayah Afsa beralih kepada Putra yang berdiri di ambang pintu.

AYAH AFSA

Itu... siapa?

Afsa menoleh kepada Putra dan Putra pun mengangguk sopan.

PUTRA

Saya--

AFSA

Calon suami Afsa!

Putra tertegun mendengar ucapan Afsa.

AFSA (CONT'D)

Namanya Putra.

Putra tersenyum tipis dan perlahan menghampiri ranjang ayah Afsa dan memberi salam kepadanya dan juga kepada ibu Afsa.

PUTRA

Saya Putra. Tadi... saat mendengar Anda pingsan, Afsa langsung pulang dan saya mengantarnya.

AYAH AFSA

Sejak kapan...

AFSA

Ceritanya panjang Ayah. Udah... sekarang Ayah istirahat biar cepet sembuh.

PUTRA

Sebentar lagi teman saya akan datang memeriksa kondisi Anda.

Ayah Afsa dan ibunya masih kebingungan.

AFSA

Sebentar. Aku keluar dulu.

Afsa memberi isyarat kepada Putra agar mengikutinya. Akhirnya mereka berdua keluar kamar.

CUT TO

22.EXT. HALAMAN RUMAH AFSA. DAY

Afsari dan Putra berdiri di samping mobil Putra.

AFSA

(menutupi muka)

Duh, maafin aku Pak... aku nggak tahu lagi harus kayak gimana...

Afsa menatap malu Putra.

AFSA (CONT'D)

Apa... penawaran Bapak masih berlaku?

Putra memandangi Afsari. Dia tersenyum kecil.

PUTRA

Kau mau menikah denganku?

AFSA

Hanya untuk status.

Afsa menundukkan kepala.

AFSA

Dan... membayar utang.

PUTRA

Deal?

Putra mengulurkan tangannya. Afsa ragu menerimanya, perlahan dia pun menerima untuk berjabat tangan.

AFSA

Deal.

CUT TO

23.INT. RUANG TAMU-RUMAH AFSA. DAY

Di ruang keluarga Afsari, dokter telah memeriksa ayah Afsari.

DOKTER

Pak Amin hanya kelelahan. Mungkin stres karena telah di operasi. Tapi, tenang saja, tidak ada yang infeksi, semua baik-baik saja. Anda hanya harus istrirahat dan hidup sehat mulai sekarang karena hanya memiliki satu ginjal.

AYAH AFSA

Alhamdullilah. Terima kasih, Dokter.

DOKTER

Baiklah. Putra... aku pergi dulu. Aku udah meresepkan obat buat Pak Amin.

PUTRA

Iya, makasih.

DOKTER

Oia... kudengar kamu akan menikah?

PUTRA

(meraih lengan dokter dan berbisik)

Nanti, kita bicarakan hal itu.

Dokter melihat ke arah Ayah dan Ibu Afsa.

DOKTER

O,iya, tentu saja. Baiklah aku pergi. Kau masih mau di sini?

PUTRA

Ya...

DOKTER

Baiklah. Salam untuk ayahmu... Mari Pa, Bu.

AYAH AFSA

Oia, Dokter. Terima kasih banyak.

Putra mengangguk sopan kepada dokter. Setelah dokter pergi, ayah Afsa berkata...

AYAH AFSA

Nak Putra, bisa kita ngobrol?

Putra menoleh kepada ayah Afsari. Dia menghela napas kemudian tersenyum.

PUTRA

Tentu saja.

CUT TO

24.INT. RUANG KELUARGA-RUMAH AFSA. DAY

Afsari, Putra, Ibu Afsa, dan Ayah Afsa duduk di kursi yang tersedia. Putra berada di depan Ayah Afsa. Afsari duduk di samping Putra.

AYAH AFSA

(memegangi perutnya)

Jadi... Bagaimana bisa... Nak Putra menjadi calon suamimu, Afsa?

Afsa salah tingkah. Dia menoleh kepada Putra.

AYAH AFSA (CONT'D)

Ayah kira kamu tidak pernah dekat dengan laki-laki...

PUTRA

Kemarin... saya melamar anak Bapak. Dan dia setuju menikah dengan saya.

AYAH AFSA

(tersenyum)

Benarkah? Sebenarnya, ayah senang mendengar Afsa ingin menikah. Tapi...

AFSA

Apa Ayah tidak setuju?

AYAH AFSA

Tidak! Tentu saja Ayah setuju... kalau ini memang pilihanmu. Hanya saja...Ayah agak terkejut.

AFSA

Maafin Afsa, Ayah. Afsa tahu Ayah pasti kuatir dengan keadaan Afsa, tapi sekarang Afsa nggak mau lagi terkurung di masa lalu. Afsa ingin mengalahkan trauma Afsa.

AYAH AFSA

Apa kamu sudah menceritakan...?

Afsari terdiam. Dia mulai terlihat cemas.

PUTRA

Apapun yang terjadi di masa lalu Afsa, semuanya tidak lagi penting, Pak. Kita berfokus kepada masa depan saja.

Afsari menoleh kepada Putra yang sedang berpandangan dengan ayahnya. Dia terharu dan memandang Putra. Dan baru mengalihkan pandangannya setelah bunyi ketuk pintu yang keras. Mereka terkejut.

IBU AFSA

Yah... Mereka datang lagi.

PUTRA

Siapa?

AFSA

(cemas)

Penagih utang...

Ayah Afsa mencoba berdiri, tapi kesakitan.

PUTRA

Biar saya saja.

AYAH AFSA

Tapi, Nak.

Putra berdiri.

PUTRA

Kalian di sini saja. Biar saya yang urus.

Putra mengangguk kepada Afsa dan melangkah menuju pintu. Sedangkan Afsa menghampiri ayah dan ibunya.

AFSA

Tenang saja, Mah, Yah. Pak Putra bisa diandalkan.

IBU AFSA

Sebentar Nak Putra...

Ibu Afsa berderap menuju kamar, dan kembali dengan membawa kantong.

IBU AFSA (CONT'D)

(menyerahkan kantong)

Ini Nak Putra... Tolong bilang kalau kami baru bisa membayar segini. Ini 50 juta. Sisanya mungkin nanti...

PUTRA

Berapa sisanya?

AYAH AFSA

Seharusnya 50 juta lagi, tapi mereka menagih sampai 300 juta.

PUTRA

(menghela napas)

Lintah darat.

Putra mengambil kantong dari Ibu Afsa.

PUTRA

Tenang saja. Saya akan pastikan kalau mereka hanya menagih sesuai uang yang dipinjam.

IBU AFSA

Bisakah?

PUTRA (CONT'D)

(tersenyum)

Tentu saja. Ibu bisa mengandalkan saya.

IBU AFSA

(terharu)

Makasih banyak, Nak Putra.

Ibu Afsa tiba-tiba memeluk Putra, membuat Putra sedikit terkejut.

IBU AFSA (CONT'D)

Terima kasih banyak... Mulai sekarang... panggil Mama saja, ya.

Putra menatap ibu Afsa. Wajahnya terlihat sedih.

PUTRA

Mama?

Ibu Afsa mengangguk, sambil menahan tangis.

PUTRA (CONT'D)

Baiklah. Mama... Tidak perlu kuatir. Aku akan mengurus mereka.

Putra berbalik dan melangkah menuju pintu. Dia menghela napasnya dan membuangnya cepat.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar