Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
A Prenup Letter
Suka
Favorit
Bagikan
9. #9

CUT TO:

28. INT. KANTOR KUSNADI. LOBI. SIANG

Cast. Eka. Extrass (satpam, resepsionis)

Eka masuk melalui pintu yang dibuka dari dalam. Sekilas memandang sekeliling, kini dia ada di lobi sebuah gedung -- bekas bangunan rumah-toko (ruko) berlantai tiga yang direnovasi menjadi kantor dengan desain minimalis.

 

Satpam yang tadi membukakan pintu untuk Eka mengangguk dengan hormat.

 

    SATPAM

    Selamat siang. Bapak mencari siapa?

 

    EKA

    (membaca kertas di tangan kanannya)

    Miran Logistics?

 

    SATPAM

    Betul, Pak.

    

    EKA

    Saya mau bertemu dengan Pak Kusnadi Halim.

 

    SATPAM

    Bapak sudah ada janji?

 

    EKA

    Belum.

 

    SATPAM

    Maaf, dengan bapak siapa, ya?

 

    EKA

    Saya Eka Suhendra.

 

    SATPAM

    Baik. Sebentar ya, Pak.

 

Satpam bergegas ke meja lobi, berbicara dengan resepsionis yang berjaga di meja lobi. Lalu terlihat salah satu resepsionis mengangkat telepon, bicara sesaat, mengangguk, lalu meletakkan teleponnya, dan bicara dengan satpam kembali. Lalu satpam kembali ke tempat Eka berdiri menunggu.

 

    SATPAM

    Pak Eka bisa naik ke lantai dua. Nanti diantar Mbak Nia.

 

Eka mengangguk dan tersenyum lalu berjalan. Di dekat meja lobi, dia disambut salah satu resepsionis dan diantar menaiki tangga menuju lantai dua.

 

FADE-IN

FADE-OUT                                            

 

29. INT. KANTOR KUSNADI. RUANG DIREKTUR. SIANG

Cast. Eka. Kusnadi. Extrass  (resepsionis, sekretaris)

 

Di dalam ruang kantornya yang nyaman, Kusnadi duduk di meja, termangu-mangu. Dia sudah diberitahu akan kedatangan Eka, dan tentu saja dia tidak bisa menolak. Raut wajahnya sedikit cemas, benaknya dipenuhi pertanyaan bagaimana Eka akan bersikap kepadanya. Apakah akan seperti Enni tempo hari?

 

Pintu diketuk dari luar. Karena dari kaca, dia bisa melihat bayangan sekretarisnya. Pintu terbuka, sang sekretaris melongok.

 

    SEKRETARIS

    Pak, tamunya sudah datang.

 

Kusnadi mengangguk dan berdiri. Sekretaris membuka daun pintu lebih lebar, lalu masuklah Eka. Kusnadi langsung mengenali kawan lamanya itu.

 

Eka tersenyum lebar. Matanya berbinar melihat kawan lama yang tidak ditemuinya selama tiga puluh tahun. Dia maju dan mengulurkan tangannya.

 

    EKA

    Kus… Sudah lama sekali kita nggak ketemu… Apa kabar?

 

Kusnadi sedikit terkejut melihat Eka yang ramah, tak ada kesan marah atau benci padanya. Dia menyambut uluran tangan itu dengan sedikit canggung. Eka memeluknya, membuat Kusnadi terkejut lagi, dan mau-tak-mau balas memeluknya. Sesaat kemudian mereka melepas pelukan.

 

    KUSNADI

Aku baik… Baik… Kabarmu? (tangannya melambai ke arah sofa) Mari, duduk di sini… (lalu bersiap menekan tombol telepon di meja kecil dekat sofa) Mau minum apa? Kopi?

 

Eka duduk dan menggeleng.

 

    EKA

Nggak usah repot-repot. Aku baru saja makan siang. Masih penuh (tangannya menepuk-nepuk perutnya).

 

Mata Eka sejenak memindai ruangan kantor Kusnadi.

 

    EKA

Wah… Bagus sekali kantormu… Kau sukses… (dia mengacungkan jempol) Aku senang melihat pencapaianmu…

 

Diam-diam Kusnadi menelan ludah. Dia tak tahu harus memberi respon seperti apa, jadi dia hanya tersenyum tipis mendengar pujian dari Eka.

 

    KUSNADI

    Eum… Bagaimana keluargamu? Anakmu berapa?

 

    EKA

Enni baik-baik saja… Anakku dua, laki-laki semua. Yang satu sudah kerja, yang kecil lagi bikin skripsi, mudah-mudahan tahun ini selesai. Keluargamu? Berapa anakmu?

 

KUSNADI

Anakku suma satu, perempuan. Umurnya dua-enam, dia kerja di sini juga… (kepalanya sedikit mendongak, mengintip keluar ruangan melalui dinding kaca). Sepertinya dia sedang keluar kantor ketemu klien.

 

    EKA

    (memgangguk lalu mendadak menepuk jidatnya)

Oh… sori… sori kapan hari Enni marah-marah di warung kami. Sori kalau dia emosi dan ngomongnya kasar. Kau tahulah sifatnya, dari dulu gampang naik darah.

 

KUSNADI

(dengan wajah sedikit tegang, tersenyum kecut)

Oh itu… nggak masalah… nggak apa-apa…

 

Eka lalu melihat jam di pergelangan tangan kirinya.

 

    EKA

Wah… Aku harus balik kantor. Aku ada meeting dengan bos satu jam lagi…

 

Eka bangkit, diikuti Kusnadi. Lalu tangan Eka terulur mengajak bersalaman.

 

    EKA

Aku senang melihatmu baik dan sudah sukses… Kapan-kapan kita ketemu lagi…

 

    KUSNADI

    Tentu… tentu saja…

 

    EKA

    Aku turun sendiri aja. Aku tahu jalannya.

 

Eka keluar dari ruangan, diikuti pandangan mata Kusnadi.

 

                                                    CUT TO:

 

30. INT. KANTOR MARCO. RUANG DEPAN/LOBI. SIANG

Cast. Danny. Susan. Marco. Extrass (karyawan, satpam)

 

Danny, Susan, dan Marco duduk di dalam ruangan depan di kantor Marco. Ruangan itu cukup besar, dengan meja resepsionis di satu sisi, dan beberapa meja bundar dan kursi-kursi yang mengelilingi masing-masing meja tersebut.

 

Di atas meja, terletak beberapa brosur yang terbuka dengan kertas-kertas yang menunjukkan skema pembayaran. Danny dan Susan terlihat berdiskusi tentang rumah yang akan mereka pilih.

    

    SUSAN

    (menunjuk satu unit di brosur yang ada di hadapannya)

    Saya pilih ini. Masih ada unitnya?

 

Dengan sigap Marco membuka salah satu dokumen untuk memeriksa ketersediaan unit, lalu kepalanya mengangguk dan tangannya menunjuk satu titik.

 

    MARCO

Pilihan yang bagus. Ada beberapa unit. Di sini… (tangannya menunjuk)… di sini, di depan taman (tangannya berpindah menunjuk unit yang lain)… Lalu di sini… dan di sini…

 

Susan dan Danny mengamati sejenak.

 

    SUSAN

    Nggak ada yang di posisi hook?

 

    MARCO

    (menggeleng)

    Habis duluan…

 

Susan menunjuk satu unit lalu menoleh pada Danny.

 

    SUSAN

    Di sini aja, ya? Di depan taman.

 

Danny mengangguk.

 

    MARCO

    Oke.

 

Marco mengambil kertas skema pembayaran dan jadwal penyerahan unit, lalu menyerahkannya pada Danny.

 

    DANNY

Ini uang tanda jadinya dulu, ya? Besok aku transfer uang muka tahap satu. Nomor rekening?

 

MARCO

Boleh. (lalu menunjuk salah satu kertas). Ini nomor rekeningnya.

 

Danny mengambil ponsel lalu membuka internet banking. Dimasukkannya nomor rekening yang ditunjuk Marco, lalu mentransfer sejumlah uang. Setelah selesai, dia menunjukkan layar ponselnya pada Marco.

 

    DANNY

    Transfer done.

 

Marco ganti mengambil ponselnya, membuka internet banking untuk mengecek transfer dari Danny. Tak lama dia mengangguk, lalu menulis kuitansi dan menyerrahkannya pada Danny.

 

Setelah menyimpan kuitansi, Danny berdiri diikuti Susan dan Marco. Danny mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

 

    DANNY

Thanks. Aku balik dulu, ya. Aku kabari kalau sudah transfer tahap satu.

 

    MARCO

    Thank you… thank you… (lalu bersalaman dengan Susan).

 

FADE-IN

FADE-OUT 

 

31. EXT. DEPAN KANTOR MARCO. DI DALAM MOBIL DANNY. SIANG

Cast. Danny. Susan.

 

Danny dan Susan sudah duduk di dalam mobil Danny, bersiap untuk kembali ke kantor. Susan menggenggam tangan Danny, tersenyum lembut.

 

    SUSAN

    Danny… thank you so much…

 

    DANNY

    (menggeleng)

It’s okay… Ini bagian dari janjiku… tanggung jawabku. Kita siap ke tahap selanjutnya?

 

Susan mengangguk, dan mendadak mencium pipi kiri Danny.

 

    SUSAN

    I know, I love you…

 

Danny tersenyum, meremas tangan Susan, lalu melepaskan genggamannya dan berpindah ke setir mobil.

 

    SUSAN

Nanti aku bikin janji sama Papa kapan orang tua kita bisa ketemu. Papa mama kamu ada permintaan tanggal nggak?

 

    DANNY

    Nggak ada. Kamu atur aja.

 

    SUSAN

Oke. Oya, surat perjanjiannya kita tanda-tangani waktu orang tua kita ketemuan aja, ya? Gimana?

 

    DANNY

    Boleh… terserah kamu aja.

 

    SUSAN

Eum… kamu beneran nggak apa-apa kita bikin surat perjanjian pra-nikah?

 

DANNY

Nggak masalah… kalau memang jalannya harus seperti itu.

 

    SUSAN

    Thank you for understanding my parents.

 

    DANNY

Aku antar kamu ke kantor, ya? Aku harus balik kantor, ada janji sama supplier sore ini.

 

SUSAN

Oke.

 

Danny menyalakan mesin mobil, lalu mobil perlahan melaju meninggalkan kantor Marco dan memasuki jalanan yang cukup ramai.

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar