Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE-IN
FADE-OUT
14. INT. MAL. DEPAN RESTORAN. MALAM
Cast. Susan. Danny. Alina. Extrass
Susan, Danny, Alina, dan teman-teman yang tadi satu meja berpisah di depan pintu restoran, melambaikan tangan dan jalan berpencar. Danny menggenggam tangan Susan, jalan menyusuri koridor mal.
DANNY
Malam ini kamu pendiam sekali.
SUSAN
(tidak langsung menjawab, diam sejenak)
Bener Elisa itu mantan pacarmu?
DANNY
Iya. Waktu SMA.
SUSAN
Kamu nggak pernah cerita pernah punya pacar.
DANNY
Eum… Kupikir itu nggak penting. Toh, aku nggak pernah ketemu dia lagi.
SUSAN
Berapa lama sama Elisa?
DANNY
(diam sejenak, seperti mengingat)
Eum… Dua tahun. Dari kelas dua SMA.
SUSAN
Kenapa putus? Dia cantik. Kelihatannya juga baik.
DANNY
(diam lagi sejenak, lalu mengangkat bahu)
Entahlah. Lulus SMA, dia menghilang begitu aja. Nggak bisa dihubungi. Email juga nggak pernah dibalas. Jadi, ya… putus gitu aja. Dia sekolah di Aussie. Tapi, seharusnya dia bisa kan menjawab email atau teleponku…
SUSAN
Terus, nggak pernah ketemu lagi? Dia nggak pernah telepon kamu, satu kali pun?
DANNY
(menggeleng)
Nggak. Ketemu baru-baru ini… eum… seminggu yang lalu. Waktu itu aku sama teman SMA juga. Seharusnya malam ini ada dua lagi yang diundang Elisa, tapi mereka nggak bisa datang.
Danny berhenti berjalan, menoleh pada Susan yang juga berhenti melangkah.
DANNY
Pertanyaanmu banyak banget.
SUSAN
Kenapa? Kamu keberatan?
DANNY
(menggeleng)
Nggak. Kamu… eum… cemburu, ya?
SUSAN
(mencibir lucu)
Ih… maunya… (berjalan lagi smebari menarik tangan Danny). Oya, gimana surat perjanjian yang diminta papaku?
DANNY
Aku pasti mengusahakan yang terbaik buat kita. Kamu tunggu aja…
SUSAN
Kamu… eum… nggak keberatan sama permintaan Papa?
DANNY
(diam sejenak)
Kalau menurut orang tuamu itu yang terbaik, kita jalani aja.
SUSAN
Tapi… aku keberatan…
DANNY
Kenapa?
SUSAN
Aku merasa… eum… papaku mungkin mengira kamu cowok matre…
DANNY
Apa kamu merasa aku orang seperti itu?
SUSAN
(menggeleng)
Nggak.
DANNY
Bagiku, nggak masalah kalau orang tuamu berpikir seperti itu. Yang penting, kamu nggak.
SUSAN
Kamu… eum… nggak tersinggung?
DANNY
(menggeleng)
Buat apa? Pada dasarnya, semua orang tua pasti mau yang terbaik buat anak-anaknya, kan?
Danny dan Susan tiba di depan lift.
DANNY
Kamu parkir di mana? Aku di atas.
SUSAN
Di bawah.
DANNY
Oke. Kita pisah di sini, ya?
Susan mengangguk dan melepaskan tangannya dari genggaman Danny. Ketika Susan berbalik dan hendak melangkah pergi, Danny meraih lengannya.
DANNY
San, tunggu.
Susan berbalik dan menunggu.
DANNY
Aku cinta kamu…
SUSAN
(tersenyum lembut) Aku tahu…
FADE-IN
FADE-OUT
15. INT. RUMAH DANNY. RUANG TAMU. MALAM
Cast. Danny. Eka. Enni
Danny masuk ke rumah dan menutup pintu. Rupanya ayah dan ibunya masih duduk di sofa, menonton TV.
ENNI
(melihat jam di dinding, sudah hampir pukul 11 malam)
Dari mana, Dan?
DANNY
Ada teman ulang tahun, Ma. Sekalian reuni kecil sama teman-teman SMA.
ENNI
Oya, sudah ada kabar dari papa-mamanya Susan? Kapan kita bisa ketemu?
DANNY
Belum tahu, Ma
ENNI
(mengangkat alis karena heran)
Belum tahu?
DANNY
Belum. Papanya Susan masih sibuk, banyak urusan di kantor. Ya, maklumlah, pengusaha… eum… Danny mandi dulu, ya? Capek…
Danny buru-buru ke atas, diikuti tatapan heran dari sang ibu. Lalu Enni mencondongkan tubuh pada Eka yang duduk di sebelahnya.
ENNI
Pengusaha apa? Kita juga pengusaha, kan? Meskipun kita baru punya satu rumah makan.
EKA
(dengan muka lempeng, acuh-tak-acuh menatap TV)
Ya, skalanya mungkin beda. Kita kan UKM. Bapaknya Susan mungkin konglo.
ENNI
(dengan muka cemberut)
Halah, konglo apaan… Masa anak mau dilamar, masih nggak ada waktu? Bapak macam apa itu…
CUT TO:
16. EXT. APARTEMEN. TAMAN. SORE
Cast. Marco. Niken. Maria
Di sebuah taman di dalam lingkungan apartemen dengan beberapa tower. Marco duduk di bangku. Niken dan Maria mendekat. Marco berdiri.
MARCO
(mengulurkan tangan untuk bersalaman)
Niken? Apa kabar?
NIKEN
(melepas kacamata hitamnya, lalu menyambut uluran tangan Marco)
Aku baik.
Marco berpaling pada Maria, anak perempuan berusia lima tahun di sebelah Niken.
MARCO
Anakmu?
NIKEN
(menghela napas)
Ya. Kamu ayahnya.
MARCO
(terkejut)
Apa?
NIKEN
Dia anakmu.
MARCO
(wajahnya mulai pucat pasi)
Apa maksudmu?
NIKEN
Ingat kita pernah melakukannya ketika kamu masih di Surabaya?
Marco terhuyung lalu jatuh terduduk di bangku kayu dengan wajah pucat. Maria mengulurkan tangannya yang mungil, mengajak Marco bersalaman.
MARIA
Aku Maria… Om siapa?
NIKEN
Dia papa kamu, Maria… Jangan panggil Om, ya? Panggil Papa.
Maria mendongak, menatap heran pada Niken, dan dilihatnya Niken mengangguk. Maria menatap kembali pada Marco.
MARIA
Papa…
Marco hanya menatap kosong pada Maria. Niken duduk di sebelah Marco, lalu menarik tangan Maria dengan lembut.
NIKEN
Maria, kamu mau main di sana? (tangannya menunjuk area bermain dengan ayunan dan prosotan, tak jauh dari tempat mereka duduk)
MARIA
Mau.
Niken mendorong lembut bahu Maria.
NIKEN
Boleh… Kamu main di sana, Mama tunggu di sini, ya?
Maria mengangguk lalu berlari kecil ke area bermain, dan begitu tiba di sana, dia langsung naik ke ayunan.
MARCO
Jadi… ini yang mau kamu bicarakan?
NIKEN
Ya.
MARCO
Kenapa… dulu… kamu nggak kasih tahu aku kalau kamu hamil?
NIKEN
(menghela napas)
Gimana caranya? Kamu menghilang! Aku sudah berusaha cari kamu kemana-mana, tapi kamu lenyap ditelan bumi! Aku nggak bisa kontak kamu sama sekali!
MARCO
Tapi… kamu kan bisa ke rumahku, minta tolong Oma atau mamaku. Aku… waktu itu aku ke Aussie.
NIKEN
(mendengkus)
Kamu pikir aku nggak melakukan itu? Aku bahkan sampai mengemis di depan oma kamu! Tapi, nggak berhasil sama sekali! Seandainya aku nggak ketemu Ivan, barangkali aku nggak akan pernah bisa ngasih tahu kamu tentang Maria.
MARCO
(menelan ludah, wajahnya masih pias)
Jadi… eum… sekarang, apa maumu? (menelan ludah) Kamu sudah nikah?
NIKEN
Siapa yang mau? Statusku… gadis bukan, janda juga bukan… (mendengkus)
MARCO
(menelan ludah)
Maafkan aku…
NIKEN
Sudahlah… Semua sudah terjadi. Aku dan kamu sama salahnya. Kita dulu cuma ya… eum… friend with benefit… Aku nggak akan minta kamu nikahin aku. Aku tahu kamu sudah nikah. Nama istrimu Alina. Dia perancang busana pengantin. Dia juga punya bisnis wedding organizer.
MARCO
Ya…
NIKEN
Ada dua hal lain yang mau aku minta. Pertama, aku mau kamu ngasih tahu istrimu tentang aku dan Maria. Kamu harus jujur padanya tentang masa lalumu denganku. Karena aku mau Maria bisa ketemu kamu dengan bebas, bukan sembunyi-sembunyi… Yang kedua, aku minta biaya hidup untuk Maria. Kamu pasti bisa.
Marco menunduk, berpikir dan menimbang-nimbang permintaan Niken.
MARCO
Eum… Aku boleh pikir dulu, ya? Aku… eum… aku bingung gimana harus ngasih tahu Alina…
NIKEN
(diam sejenak, berpikir)
Kalau kamu nggak bisa kasih tahu Alina, aku yang akan ngasih tahu dia!
MARCO
(panik)
Jangan! Jangan… please… Aku yang akan kasih tahu dia…
NIKEN
Oke… (lalu bangkit)… Aku balik dulu, ya… Aku tunggu kabarmu.
Marco hanya mengangguk. Niken berjalan ke taman, mengajak Niken pulang, sementara Marco termenung di bangku taman dengan wajah lesu.