Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE-IN
FADE-OUT
9. INT. RUMAH ALEX. RUANG TAMU. SORE
Cast. Susan. Alex. Kusnadi. Miran. Hananto. Extra (pembantu)
Kusnadi, Miran, dan Susan masuk ke ruang tamu rumah keluarga Hananto. Alex dan Hananto menyambut mereka, berjabat tangan dengan wajah cerah, terutama Kusnadi dan Hananto, seperti dua sahabat yang lama tidak berjumpa. Alex pun terlihat senang bertemu kembali dengan Susan.
HANANTO
(sambil bersalaman dengan Susan)
Wah… Susan… Lama sekali Om nggak ketemu kamu… Dulu sepertinya kamu masih SMP, ya? Atau SMA?
SUSAN
Iya, Om… Apa kabar?
HANANTO
(menepuk punggung Alex yang berdiri di sebelahnya)
Masih ingat kan, sama Alex? Dulu dia lumayan sering main ke rumahmu… eum… sebelum dia ke Amerika, ya?
ALEX
Apa kabar, San?
SUSAN
Hai, Lex…
Hananto dan Alex membawa keluarga Kusnadi duduk di sofa besar di ruang tamu. Seorang pembantu keluar dengan baki dengan cangkir-cangkir teh, lalu menyajikannya di atas meja.
HANANTO
(bicara pada pembantunya)
Tolong makan malamnya disiapkan.
PEMBANTU
Ya, Pak.
Setelah si pembantu berlalu, Hananto mulai percakapan.
HANANTO
(berpaling pada Miran)
Apa kabar, Dek Miran? Sehat?
MIRAN
Sehat… Apa kabar, Kak?
HANANTO
Beginilah… seperti yang kalian lihat… (mengalihkan pandangan pada Susan dan Kusnadi). Jadi, Susan sudah mulai kerja di kantormu, Kus? Nggak lanjut S2?
KUSNADI
Iya, lulus kuliah sudah langsung masuk kantor. Dia nggak mau sekolah lagi. Capek katanya sekolah terus.
Orang-orang tua tertawa, sementara Susan menunduk malu. Tatapan mata Alex tak lepas dari Susan.
HANANTO
Kalau dia ini, (sambil menunjuk Alex) kalau nggak dipaksa pulang, mana mau pulang… Sudah terlalu nyaman di sana, nggak kerja dapat uang jajan terus…
Orang-orang tua kembali tertawa, sementara Alex dan Susan tersenyum-senyum mendengar gurauan itu.
KUSNADI
Mungkin ada pacarnya bule yang bikin betah di sana…
HANANTO
Ah, untunglah, kalau tentang perempuan, seleranya masih lokal… (sambil tertawa, lalu berpaling ke Alex). Iya kan, Lex? Kamu nggak punya pacar bule, kan?
ALEX
Nggak, Pa… Nggak ada bule yang mau sama aku… (Alex tertawa, diikuti Hananto dan Kusnadi).
HANANTO
Oya, Kus… Jadi, gimana perluasan bisnismu? Jadi masuk ke area personal logistics? Aku pikir masih ada celah kalau kamu berminat masuk ke sana. Dan aku tertarik untuk investasi.
KUSNADI
Aku akan kabari lagi. Aku dan Susan masih menunggu hasil riset bagian business development.
HANANTO
Oke. Kabari aja. Kalau jadi, nanti Alex yang akan ngurus bagian kerjasama kita. Gimana, Lex?
ALEX
Siap, Pa…
FADE-IN
FADE-OUT
10. INT. RUMAH ALEX. BALKON LANTAI 2. SORE
Cast. Susan. Alex. Extra
Susan dan Alex berdiri berdampingan di balkon teras lantai dua rumah Alex. Senja kemerahan mulai temaram.
ALEX
Sudah lama banget ya, kita nggak ketemu.
SUSAN
(mengangguk)
Kamu sih, nggak pernah pulang kampung. Betah ya, di negara orang…
ALEX
Aku pulang kok setiap liburan.
SUSAN
(berpaling, menatap Alex dengan kening sedikit berkerut)
Masa? Kok, nggak pernah ngasih tahu aku?
ALEX
(terdiam sejenak)
Eum… Aku… takut kamu nggak mau ketemu aku…
SUSAN
Eh, kok begitu, sih?
ALEX
Ah… Kamu sudah lupa ya, gimana sikapmu terakhir kali ketemu aku? Sebelum aku ke Amerika? Kamu ngambek nggak habis-habis, gara-gara aku bilang I love you…
SUSAN
(tersipu sedikit)
Ah… Itu… Ya, kan aku mana pernah sih, kepikiran… Waktu itu aku… eum… kelas berapa, ya?
ALEX
Lulus SMP.
SUSAN
Nah… Aku masih ABG… (tertawa, diikuti Alex)… Kamu salah sasaran tembak (tertawa lagi).
ALEX
Kalau sekarang, gimana? Boleh?
SUSAN
(terdiam sesaat)
Lex, sorry… eum… Aku sudah punya pacar… Dia dan keluarganya sudah ada rencana mau ketemu Papa-Mama.
ALEX
(terpaku sejenak, raut wajah berubah menjadi kecewa dan sedih)
Ah… Aku terlambat, ya…
Seorang pembantu naik ke atas, sedikit mengejutkan Alex dan Susan.
PEMBANTU
Makan malam sudah siap, Nyo*, Non Susan…
Alex dan Susan menoleh dan mengangguk.
ALEX
Oke (lalu berpaling pada Susan). Ayo, San… Kita makan dulu.
Alex dan Susan meninggalkan balkon.
CUT TO:
11. INT. RUMAH DANNY. MALAM
Cast. Danny. Eddy. Eka. Enni.
Danny, Eddy, Eka dan Enni duduk di sofa. Di depan mereka TV menyala, menayangkan bagian akhir film Catch Me If You Can. Hanya Eka dan Enni yang fokus pada TV, sementara Danny dan Eddy lebih sering membaca ponsel di tangan masing-masing. Tidak lama, film selesai ditayangkan.
ENNI
Hebat betul si Frank itu. FBI pun kalah, sampai harus minta bantuannya. Nonton film ini jadi ingat seseorang.
EKA
(langsung menoleh pada Enni)
Siapa?
ENNI
Siapa lagi kalau bukan orang yang bawa kabur duit kamu?
Danny dan Eddy yang semula acuh mendadak berpaling, memandang Enni dengan rasa ingin tahu.
EKA
Sudahlah… Jangan diingat. Nanti vertigomu kambuh, lho.
ENNI
(mencibir)
Sudah terlanjur, gara-gara nonton film itu. Seandainya uang itu nggak dia bawa kabur, kita pasti sudah punya restoran di mana-mana…
DANNY
Siapa yang bawa kabur uang Mama?
ENNI
Bukan uang Mama. Itu uang warisan dari Opa buat Papa.
EKA
Ada, teman Papa dulu.
ENNI
Cerita aja. Anak-anak sudah besar. Kalau mereka tahu, nggak ada salahnya, kan?
EDDY
Siapa namanya?
EKA
Bukan siapa-siapa. Nanti kapan-kapan ceritanya… (lalu berdiri, menoleh pada Enni)… Sudah, jangan diingat-ingat lagi. Aku nggak mau kamu sakit kepala lagi atau tekanan darahmu naik gara-gara masalah kecil itu.
ENNI
Eh, itu bukan masalah kecil! Itu uang! Masalah besar!
Tapi Eka hanya mengangkat bahu, lalu masuk ke kamarnya. Danny dan Eddy menoleh ke Enni.
DANNY
Siapa sih, Ma?
EDDY
Siapa, Ma? Papa nggak mau cerita…
ENNI
(mendengkus)
Dulu Papa kalian itu ditipu temannya. Teman baik, sudah dianggap adik sendiri sama Papa kalian!
EDDY
Kok, bisa?
ENNI
Ya, bisa. Buktinya Papa kalian kena tipu, kan? Kebodohan besar karena terlalu percaya! Kalian boleh aja percaya sama orang lain, tapi tetap harus waspada! Jangan karena menganggap orang lain seperti saudara sendiri, terus percaya seratus persen semua kata-kata dan janji-janjinya.
DANNY
Nggak bisa lapor ke polisi?
ENNI
Mau lapor polisi pakai apa? Utang-piutang nggak ada hitam di atas putih, nggak ada bukti konkret. Coba kalau dulu Papa kalian nggak percaya aja sama orang itu, hidup kita juga nggak bakalan seperti ini! (pelan-pelan wajah Enni memerah, menahan marah).
Danny dan Eddy menunggu sesaat, tapi Enni hanya memandang TV dengan tatapan kosong, mulutnya terkatup rapat.
CUT TO:
12. INT. MAL. DEPAN RESTORAN. MALAM
Cast. Susan. Alina.
Susan berjalan mendekati Alina yang sedang menunggu di depan sebuah restoran.
SUSAN
Al! Sudah lama nungguin aku?
ALINA
Nggak, aku baru saja sampai, kok.
Susan dan Alina berpelukan, cium pipi kiri, cium pipi kanan.
ALINA
Kamu sehat? Papa-Mama sehat?
SUSAN
(mengangguk)
Sehat… semua baik… Kamu gimana? Sudah ada tanda-tanda isi? (menyentuh perut Alina dengan lembut)
ALINA
(menggeleng)
Lagi usaha. Semoga tahun ini dapat.
SUSAN
Amin…
ALINA
Oya, kira-kira seminggu yang lalu, aku ketemu Danny di pameran properti. Katanya lagi cari rumah. Kalian mau nikah, ya? Kapan?
SUSAN
Oh, itu… eum… belum lamaran, sih… Nanti pasti kukabari. Yuk, masuk… Aku lapar…
Susan mendorong pintu dan melangkah masuk, diikuti Alina.
CUT TO:
13. INT. MAL. DI DALAM RESTORAN. MALAM
Cast. Susan. Danny. Alina. Elisa. Extrass
Susan dan Alina melihat ke sekeliling ruangan. Seorang pelayan mendekat, Susan memberi isyarat meminta meja untuk dua orang. Pelayan mengangguk, menunjuk satu arah, lalu berjalan ke sana diikuti Susan dan Alina. Restoran ramai, nyaris semua meja terisi penuh, kebanyakan oleh pekerja kantoran.
Mendekati sebuah meja dengan delapan orang, di tengah meja terdapat kue tart dengan ukuran sedang. Sepintas terlihat sosok yang dikenal. Susan berhenti melangkah dan mengerjapkan mata.
Danny duduk di sana, berdampingan dengan Elisa yang malam itu tampil cantik. Jelas dia yang berulang tahun. Terlihat Elisa berbisik sebentar di telinga Danny, lalu mereka berdua tersenyum-senyum. Danny dan Elisa terlihat dekat.
Susan membeku melihat mereka.
ALINA
(menepuk bahu Susan, lalu mengintip untuk melihat kenapa Susan berhenti)
San… kenapa… (dia segera melihat apa yang membuat Susan berhenti berjalan). Itu… Danny? (berbisik)
Alina melangkah melewati Susan dan mendekati meja.
ALINA
Danny!
Danny, Elisa, dan keenam orang lainnya berpaling. Danny terkejut melihat Alina dan Susan.
DANNY
Susan! (dia berdiri dan berjalan mendekat). Kalian berdua aja? (bergantian memandang Susan dan Alina)
ALINA
Ya. Kalian lagi ada acara ulang tahun, ya?
DANNY
Iya. Sekalian reuni teman SMA. Sini, aku kenalin sama yang ulang tahun. (dengan lembut membimbing bahu Susan mendekati Elisa yang sudah berdiri di kursinya). Susan, kenalin, ini Elisa. Elisa, ini Susan.
Susan dan Elisa berjabatan tangan sembari saling melemparkan senyum. Lalu Danny menunjuk Alina.
DANNY
Ini Alina.
Elisa dan Alina bersalaman.
DANNY
Oya, Elisa yang punya restoran ini…
Salah seorang dari enam orang lainnya dengan iseng menambahkan.
EXTRA
Jangan lupa statusnya, mantan pacar Danny…
Seketika yang lain bersiul. Danny terlihat kikuk, juga Elisa. Sementara raut wajah Susan berubah menjadi tidak nyaman, juga Alina melirik Susan dan Danny dengan perasaan tidak enak.
Elisa mengatur agar pelayan menambah kursi di meja mereka, lalu mengatur tempat duduk agar Susan dan Alina duduk di dekatnya dan Danny.
ELISA
Ayo, duduk di sini saja… (mempersilakan Susan dan Alina duduk).
Pelayan datang. Piring-piring kudapan disajikan. Pisang goreng dengan topping Nutella dan Oreo. Onion ring, bawang bombay digoreng tepung yang disajikan dengan saus mayo. Siomay ayam dan udang. Singkong ala Thailand dengan santan gurih. Mini pizza dengan taburan daging sapi cincang, potongan sosis dan mushroom.
Orang-orang seketika sibuk mengambil makanan sembari bercakap-cakap. Susan terlihat diam, hanya menyentuh makanan sedikit-sedikit.