Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
A PRENUP LETTER
Skenario: Eunike Hanny
FADE-IN
FADE-OUT
1. INT. RUMAH SUSAN. RUANG TAMU. SORE
Cast. Danny, Susan, Kusnadi, Miran
Di ruang tamu dengan interior minimalis warna pastel, Susan dan Danny duduk di sofa tunggal yang bersebelahan, sementara Kusnadi dan Miran duduk di sofa panjang di depan mereka.
Kusnadi mengamati Danny lekat-lekat sementara Miran memandang Susan dengan tatapan tak setuju melihat dandanan putrinya yang terlalu santai, hanya mengenakan kaos oblong dan legging hitam.
KUSNADI
(Berdeham)
Jadi, kamu mau melamar Susan?
DANNY
Ya, Om. Kalau Om mengizinkan.
KUSNADI
(Menoleh ke arah Susan)
Susan, gimana menurut kamu? Kamu sudah siap nikah?
SUSAN
Aku dan Danny udah siap, Pa. Kalau belum siap, nggak mungkin kan sekarang Danny ada di sini minta izin ke Papa sama Mama?
DANNY
Kalau Om dan Tante mengizinkan, saya ingin mengundang Om dan Tante makan malam bersama keluarga saya, untuk berkenalan. Sekaligus untuk membicarakan acara lamaran secara resmi.
KUSNADI
Setelah lamaran, bagaimana rencana kalian? Berapa tahun lagi kalian akan menikah?
Kening Susan berkerut mendengar pertanyaan ayahnya, sementara Danny diam beberapa saat.
DANNY
Saya ingin secepatnya, tapi ada beberapa hal yang harus kami persiapkan. Rencana saya… dua tahun itu paling lama.
Kusnadi mengangguk, meraih amplop besar dari meja samping, dan meletakkannya di atas meja, di hadapan Danny dan Susan.
KUSNADI
Danny, Susan, ini ada surat perjanjian pra-nikah yang harus kalian setujui lebih dulu sebelum kalian bertunangan secara resmi.
Danny dan Susan terpana mendengar kata-kata Kusnadi. Mereka berkata nyaris bersamaan.
DANNY
Surat perjanjian pra-nikah?
SUSAN
Surat perjanjian pra-nikah?
KUSNADI
Om akan langsung ke pokok masalahnya. Setelah bertunangan, yang kemudian diharapkan pasti pernikahan ya, kan? Orang mau menikah itu banyak yang harus dipersiapkan. Ada rumah, kendaraan, dan lain-lain. First step, kalian perlu rumah. Danny, bisa nggak kamu yang mempersiapkan rumah yang akan kalian tempati nanti?
DANNY
Ya, rumah itu salah satu yang harus kami persiapkan, Om…
KUSNADI
Memang sih, rencana kalian, menikahnya juga masih satu-dua tahun lagi. Tapi nggak ada salahnya kan, kalau kamu sudah siap dari sekarang?
Danny mengangguk.
KUSNADI
Yang kedua, di surat perjanjian pra-nikah itu ada pasal tentang pisah harta. Artinya, harta yang Danny bawa dan yang Susan bawa sebelum menikah adalah hak masing-masing. Jika suatu saat terjadi keributan di antara kalian yang menyebabkan perceraian, kalian nggak bisa menggugat harta bawaan itu sebagai harta bersama. Apa yang Danny bawa sebelum menikah, ya itu hak Danny, Susan nggak punya hak. Begitu juga sebaliknya. Sampai di sini, kalian paham, ya?
SUSAN
(dengan raut wajah kesal)
Pa, kita kan baru ngobrol tentang lamaran, kok ujung-ujungnya malah jadi perceraian?
Kusnadi bersandar pada sofa, kaki kirinya disilangkan di atas paha kanannya.
KUSNADI
(sambil menunjuk amplop di atas meja)
Kalian baca dulu, pahami dulu apa isinya. Jika ada yang kurang, kalian boleh tambahkan. Jika ada yang kalian nggak setuju, kalian bisa diskusikan dulu.
Danny mengambil amplop dan mengeluarkan kertas dari dalamnya. Danny mulai membaca, tapi Susan yang cemberut hanya menatap orang tuanya. Selesai membaca, Danny menyodorkan kertas itu pada Susan. Susan menggeleng, meletakkan kertas itu ke atas meja.
SUSAN
Aku nggak mau tahu tentang ini!
KUSNADI
Kamu perlu tahu, Susan. Karena… jika salah satu dari kalian nggak mau tanda tangan surat perjanjian pra-nikah ini, Papa nggak akan merestui kalian! Jangan harap kalian bisa tunangan, apalagi menikah!
Danny dan Susan terkejut.
SUSAN
Papa!
Danny menelan ludah, wajahnya sedikit pucat, tak tahu apa yang akan dikatakannya.
SUSAN
Pa… ini… beneran?
Kusnadi mengangguk. Susan menatap Miran. Miran hanya mengangguk. Susan berpaling ke arah Danny yang termenung.
FADE-IN
FADE-OUT
2. EXT. RUMAH SUSAN. TERAS. SORE
Cast. Danny, Susan
Danny dan Susan berdiri berhadapan di depan pintu pagar yang sedikit terbuka. Tangan Danny memegang amplop berisi surat perjanjian pra-nikah itu.
SUSAN
Aku betul-betul nggak ngerti kenapa Papa minta kita bikin surat perjanjian pra-nikah itu.
DANNY
Nggak apa-apa. Aku paham.
SUSAN
Maafkan aku.
DANNY
(Tangan kanan Danny mengusap pipi kiri Susan perlahan sembari tersenyum)
Nggak perlu minta maaf, Susan.
SUSAN
(dengan wajah cemberut)
Tapi… Aku nggak suka cara Papa! Kenapa sih harus pakai surat perjanjian pra-nikah segala? Kalau kita nggak mau, apa kita harus putus?
DANNY
Apa kamu mau kita putus?
SUSAN
(menggeleng dengan wajah cemas)
Nggak! Aku nggak mau kita putus cuma karena surat perjanjian ini!
DANNY
(tersenyum)
Aku akan mengusahakan semua yang diminta papa kamu. Aku pulang dulu, ya.
SUSAN
Kamu harus janji, apa pun yang terjadi, kita akan tetap bersama.
Danny tersenyum dan mengangguk, membelai kepala Susan lembut, lalu keluar pintu pagar, dan naik ke mobil sedan keluaran lama miliknya. Sebelum Danny menjalankan mobil, dia membuka jendela dan melambaikan tangan pada Susan yang berdiri di depan. Susan balas melambai.
Mobil Danny melaju, meninggalkan Susan yang masih terpaku.
CUT TO:
3. INT. RUMAH SUSAN. RUANG TAMU. SORE
Cast. Susan, Kusnadi, Miran
Susan membanting tubuhnya ke atas sofa. Raut wajahnya masam.
SUSAN
Ada apa sih, Pa? Kenapa Papa mendadak minta syarat ini-itu, pakai tanda tangan surat perjanjian segala? Apa sih maksud Papa?
Susan menatap kesal pada ayahnya. Miran melirik suaminya dengan sikap menunggu.
KUSNADI
Papa nggak ada maksud apa-apa, San. Papa cuma mau kamu terlindungi dari segala kemungkinan buruk.
SUSAN
Kemungkinan buruk? Maksudnya apa?
KUSNADI
Kalau kamu nikah, lalu bertahun-tahun kemudian ternyata kalian nggak bisa akur, dan akhirnya cerai, surat perjanjian pra-nikah itu bisa mencegah keributan besar di antara kalian.
SUSAN
(dahi berkerut)
Ha??? Papa tega banget punya pikiran kayak gitu… Kalau Papa nggak setuju sama Danny, kenapa nggak dari dulu Papa ngomong? Ini sudah tahun kelima, Pa. Udah basi kalau Papa nggak setujunya baru sekarang!
Susan menarik napas sejenak, berusaha menenangkan diri, menahan marah dan sedih sekaligus.
SUSAN
Lima tahun itu bukan sebentar… Papa bisa bayangin nggak, sih… gimana perasaan Susan waktu Danny nanya, mau nggak Susan ngabisin umur sampai mati sama dia?
MIRAN
(berdeham)
Susan, maksud Papa sebetulnya baik, supaya kalian siap semuanya. Orang tua itu maunya ngelihat anaknya menikah dan hidup dengan baik, berkecukupan, sejahtera, pokoknya nggak kurang dari apa yang selama ini sudah Mama dan Papa kasih. Kalau Danny nggak keberatan sama poin-poin di surat perjanjian itu, artinya dia nikah sama kamu bukan karena siapa orang tuamu, atau apa aja yang orang tuamu punya.
SUSAN
Jadi, Mama Papa pikir, Danny itu cowok matre? Yang mau sama aku karena ngelihat aku ini anak Papa, pengusaha sukses, begitu?
KUSNADI
Ya, nggak gitu juga, San.
SUSAN
Satu kali pun Danny nggak pernah nanya tentang perusahaan yang Papa punya, atau berapa gaji Susan di kantor!
MIRAN
Susan, sekarang kamu ngelihat Danny itu baik, bertanggung jawab, kalem… Mungkin sekarang kamu lihat semuanya baik-baik aja, tapi lima tahun lagi, sepuluh tahun lagi? Nggak ada yang tahu hubungan kalian akan jadi seperti apa. Sifat orang bisa berubah, cinta juga bisa ganti arah. Orang tuamu ini cuma kepingin jagain kamu dari hal-hal yang nggak enak di masa depan dengan surat perjanjian pra-nikah itu.
SUSAN
Ah, sudahlah… Susan nggak ngerti kenapa harus pakai surat perjanjian pra-nikah segala! Pokoknya, Susan nggak mau bikin!
Susan bangkit dari duduknya, lalu berlalu, naik ke lantai dua. Kusnadi dan Miran menarik napas panjang sembari bertatapan.
CUT TO:
4. INT. RUMAH DANNY. RUANG TAMU. MALAM
Cast. Danny, Eka, Enni
Televisi sedang menayangkan acara olahraga. Eddy dan Enni sedang duduk menonton ketika pintu depan terbuka. Danny masuk sambil menjinjing tas laptop dan amplop.
DANNY
Ma… Pa…
ENNI
(dengan perasaan antusias)
Gimana tadi, Dan? Udah ketemu papanya Susan? Kapan Mama Papa bisa ketemu sama papa mamanya Susan?
DANNY
Sudah, Ma. Kapan keluarga kita bisa ketemu… ehm… nanti papanya Susan kasih kabar lagi.
Danny menaiki tangga.
ENNI
Dan, kamu udah makan? Makan dulu, gih…
DANNY
Iya, Ma… ntar… Aku mau mandi dulu.
Setelah Danny menghilang di ujung tangga, Enni berpaling pada suaminya.
ENNI
(tersenyum-senyum, siku kirinya menyenggol lengan Eka)
Anak kita udah bujangan! Ganteng lagi! Sebentar lagi mau merid… Sebentar lagi kita punya cucu…
EKA
(berdecak)
Lamaran aja belum, gimana mau punya cucu… Ada-ada aja…
ENNI
Eh, nggak apa-apa, dong… Itu namanya mimpi! Dulu dia masih segede ini, nih… Kita gendong kemana-mana, besaran dikit kita gandeng, takut dia ngilang… eh, sekarang udah mau ngelamar anak orang…
Sambil berbicara, Enni memperagakan dengan tangan kanannya tinggi anak balita. Sementara Eka mengerutkan kening, tampak berpikir.
EKA
Kamu tadi lihat nggak, kayaknya Danny lesu banget. Apa lamarannya ditolak orang tuanya Susan, ya?
ENNI
(matanya membulat, menatap suaminya dengan kesal)
Halah, ngawur kamu! Kamu nggak denger tadi Danny ngomong apa? Dia bilang capek…
Eka mengangkat bahu, lalu kembali memperhatikan layar TV.
CUT TO:
5. INT. RUMAH DANNY. KAMAR DANNY. MALAM
Cast. Danny
Danny keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambut dengan handuk. Lalu dia duduk dan membuka laptop. Dibukanya situs Google dan mulai mengetikkan kata-kata seperti rumah dijual, rumah dicari, harga rumah, rumah murah, kredit rumah, agen properti, dan semacamnya. Berbagai situs jual-beli rumah dan hal-hal yang terkait dengan properti pun terbuka.
Dengan cepat Danny menelusuri situs-situs itu. Beberapa kali dia menggeleng ketika melihat situs yang menawarkan properti dengan harga miliaran, atau lokasi yang terlalu jauh dari Jakarta.
Lalu pencariannya berhenti pada situs event organizer yang mengiklankan pameran properti di sebuah convention hall. Dia mengambil ponsel, membuka fitur kalender dan memberi tanda dan reminder pada tanggal yang sama dengan iklan pameran tersebut.