Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO:
22. INT. RUMAH ALINA. KAMAR. PAGI
Cast. Alina. Marco. Niken (suara). Maria (suara)
Alina menyapukan kuas lipstick, memberi warna merah marun di bibirnya, lalu menyisir rambutnya. Mendadak terdengar nada dering ponsel Marco yang ada di atas meja. Alina menoleh ke kamar mandi, terdengar guyuran air. Marco masih mandi.
Ponsel itu berdering beberapa kali lagi. Alina menengok jam di dinding yang menunjukkan angka 06.20. Dahi Alina berkerut (siapa menelepon sepagi ini?)
Alina meraih ponsel Marco yang masih berdering, membaca nama yang tertera di layar. Niken. Alina memutuskan untuk menjawabnya.
ALINA
Halo. Selamat pagi.
MARIA
Halo… Papa… Papa…
ALINA
(terkejut, lalu menjauhkan sedikit ponsel dari telinganya dan memandang heran, lalu mendekatkan lagi ke telinganya)
Halo… siapa ini? Cari siapa?
MARIA
Halo… Papa… Papa… Marco…
NIKEN
Halo, Marco? Maaf, Maria salah pencet…
Alina lemas, bingung, dan pucat. Ponsel di tangannya merosot dan jatuh di pangkuan.
Pintu kamar mandi terbuka. Marco keluar dengan tangan yang masih sibuk mengelap rambutnya yang basah dengan selembar handuk. Dilihatnya Alina sedang duduk dengan wajah bingung, lalu dilihatnya ponselnya ada di pangkuan sang istri. Marco mendekat.
MARCO
Siapa yang menelepon? (lalu mendengar suara dari seberang sana, diambilnya ponselnya dari pangkuan Alina untuk menjawab telepon tersebut). Halo, siapa ini?
NIKEN
Halo, Marco. Ini Niken.
Wajah Marco memucat mendengar suara Niken di seberang sana. Dia segera menutup telepon dan menekan tombol power-off, lalu memandang Alina dengan bingung.
MARCO
Al…
ALINA
Siapa Niken? Siapa Maria?
Marco menelan ludah. Dia duduk di atas tempat tidur, sejajar dengan posisi duduk Alina.
ALINA
Siapa Niken? Siapa Maria? (nada suaranya menekan)
MARCO
Niken… eum… mantan… eum… FWB…
ALINA
FWB?
MARCO
Friend with benefit… (suara pelan, nyaris berbisik)
ALINA
Siapa Maria?
MARCO
Dia… eh… anakku… dengan Niken…
ALINA
Apa???
Tubuh Alina gemetar, wajahnya pucat pasi. Ini sesuatu yang tak pernah terbayangkan dalam imajinasinya yang paling liar sekalipun.
MARCO
Maafkan aku, Al… aku… bener-bener nggak tahu tentang Maria… Aku… baru tahu… beberapa hari yang lalu…
Alina tampak terguncang, menatap Marco dengan tatapan sakit dan kecewa. Sebutir air mengalir di pipinya, bibirnya terkatup rapat.
Marco mendekati Alina dan berjongkok di depan wanita itu, mengusap air matanya, lalu memeluknya, sementara Alina masih diam saja. Hanya air matanya menetes diam-diam.
FADE-IN
FADE-OUT
23. INT. RUMAH DANNY. RUANG TAMU. MALAM
Cast. Eka. Enni. Danny
Eka masuk ke rumah lalu duduk di sebelah Enni yang sedang menonton televisi. Enni menoleh.
ENNI
Kamu tahu siapa yang datang ke rumah makan kita hari ini?
EKA
Siapa?
ENNI
Kusnadi!
EKA
(terkejut)
Kusnadi? Bener… Kusnadi yang kita kenal?
ENNI
Iya, memang ada kenalan kita yang namanya Kusnadi juga selain Kusnadi yang kabur itu?
EKA
(menggeleng) Lalu? Dia… sama siapa?
ENNI
Sama Pak Affandi dan Pak Giyarto. Kamu ingat? Mereka langganan kita.
EKA
(dahi berkerut, berusaha mengingat, lalu menggeleng)
Ah… Aku lupa… Barangkali kalau aku ketemu, aku pasti kenal wajahnya…
Enni mengambil selembar kertas yang sedari tadi ada di atas meja dan memberikannya pada Eka.
ENNI
Ini nomor handphone Kusnadi. Aku tadi dapat dari Pak Affandi. Ini nama perusahaan Kusnadi. Alamatnya nggak lengkap, dia ingat nama jalan, tapi lupa nomor berapa.
Eka menatap kertas itu.
ENNI
Kamu pergilah ke sana. Minta uangmu kembali.
EKA
Apa? (terkejut) Tapi…
ENNI
Tapi apa? Kamu malu? Itu uangmu! Kamu berhak minta uang itu dikembalikan!
EKA
Tapi… itu kan sudah lama sekali! Ada… eum… tiga puluh tahun… sebelum Danny lahir, kan?
ENNI
Ya, lalu kenapa? Utang tetaplah utang, dan dia harus bayar! Kalau dia nggak bayar, sampai dia mati pun, utangnya itu tetap ada!
EKA
(menghela napas dengan bingung)
Kalau… eum… dia lupa… atau dia nggak mengakui kalau dia punya utang ke kita, gimana?
ENNI
(diam sejenak, berpikir)
Sekarang dia pengusaha sukses. Dan kaya raya. Dia pasti bisa bayar. Jangan lupa, nilai uang dulu dan sekarang tentu beda. Dia harus bayar utangnya sesuai dengan nilai sekarang!
EKA
(menghela napas lagi)
En… gimana kalau… eum… kita relakan saja?
ENNI
(terkejut, lalu kesal)
Merelakan? Yang bener aja! Kamu tahu kan, aku bukan orang yang gampang melupakan dan memaafkan, apalagi untuk kesalahan seperti itu! Puluhan tahun kita jatuh bangun! Bikin usaha. Beli rumah. Sekolah anak-anak. Apa segampang itu aku harus merelakan apa yang seharusnya adalah hak kita? Sementara dia bisa bikin perusahaan besar dan hidup senang-senang dengan uang kita?
Eka diam dan menunduk, merasa serba salah.
EKA
Tapi… eum… kalau uang itu bukan rezeki kita, gimana?
ENNI
Bukan rezeki kita gimana? Itu kan warisan dari bapakmu! Bagianmu! Rezekimu! Hanya orang jahat yang berani merampok barang yang bukan bagian dari rezekinya! (menarik napas panjang-panjang, berusaha meredakan kejengkelannya)… Pokoknya, entah kapan, kamu harus ketemu Kusnadi dan tagih semua uang yang dia pinjam! Atau…
EKA
Atau apa?
ENNI
Kalau kamu keberatan, biar aku aja yang ke kantornya. Kalau dia menolak bayar, aku akan bikin keributan!
EKA
Baik! Baiklah! (dengan nada cemas, takut istrinya membuat keributan di tempat orang) Aku yang ngurus Kusnadi…
Enni tersenyum tipis mendengar persetujuan Eka. Mendadak Danny turun dari anak tangga.
DANNY
Kusnadi siapa, Ma?
Enni dan Eka mendongak, terkejut karena ternyata Danny mendengarkan pertengkaran mereka. Eka cepat-cepat melipat kertas yang berisi alamat Kusnadi dan menyimpannya di saku kemejanya.
EKA
Bukan siapa-siapa.
ENNI
Dia teman Papa yang kabur bawa uang warisan dari Oma.
DANNY
Oh… yang itu… Namanya Kusnadi?
Enni mengangguk.
DANNY
Namanya sama dengan nama papanya Susan.
EKA
Hmm… banyak orang namanya sama… Seperti nama Danny, pasti banyak juga, kan…
ENNI
Oya, gimana, sudah ada kabar kapan keluarga kita bisa ketemu sama keluarganya Susan?
DANNY
Belum, Ma…
ENNI
(menghela napas)
Mau ketemu besan kok susah banget, sih… kayak mau ketemu presiden aja…
EKA
Ya, sudahlah… Kita tunggu aja… Semoga dalam waktu dekat sudah bisa ditentukan… Oya, Dan… Gimana di kantor? Naik jabatan, kerjaan pasti makin banyak…
DANNY
Ya banyak juga, tapi masih wajar kok…
Danny mengambil tempat duduk di sofa, sementara Enni mengganti-ganti saluran televisi, mencari tayangan yang bisa dia tonton.
FADE-IN
FADE-OUT
24. INT. RUMAH DANNY. KAMAR DANNY. MALAM
Cast. Eddy
Eddy memperhatikan meja Danny. Ada foto Susan di atas meja dan beberapa buku, serta tempat menyimpan alat tulis. Lalu Eddy membuka laci meja, memperhatikan isinya. Tidak menemukan barang yang dicarinya, dia menutup dan membuka laci berikutnya. Wajahnya menyeringai ketika menemukan gunting pemotong kuku.
Eddy mengambil gunting pemotong kuku itu, namun dia urung menutup laci ketika matanya menatap kertas yang ada di bawahnya. Kertas itu membetot perhatiannya.
Eddy menarik kertas itu keluar, lalu dibacanya.
SURAT PERJANJIAN PRA-NIKAH (mata Eddy membesar melihat judul yang ada di kertas itu).
Dengan cepat Eddy membaca lembaran kertas itu dengan alis berkernyit.