Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Scene 44 – Int. Ruang Serbaguna – Malam Hari
[Semua murid di kumpulkan di ruangan serbaguna]
*Suara dari layar besar di depan
[Tayangan berita]
Pembawa Acara
Situasi Ibu Kota saat ini sangat kacau. Banyak warga yang berlarian keluar rumah sambil berteriak seperti orang yang tidak waras. Untuk kabar lebih lanjut, kita akan tersambung dengan dokter yang menangani warga-warga tersebut…
Dokter
Dari hasil pemeriksaan. Warga yang berteriak itu terkana sebuah Virus. Virus ini pernah menyerang hewan-hewan peliharaan tahun 1910, namanya Virus Gila. Virus ini menyerang otak manusia itu lah mengapa warga berteriak karena mereka merasa sakit pada bagian kepala, lambat laun, mereka akan kehilangan akal sehat dan mengalami halusinasi tinggi. Virus ini menyebar lewat makanan, namun kami belum dapat mengkonfirmasi apakah hanya lewat makanan atau bisa lewat cara lain.
[Seluruh murid terkejut menonton tayangan berita tersebut]
Kepala Tim Kedisiplinan
Kalian sudah lihat kan, situasi genting sedang dihadapi Indonesia. Ibu mendapatkan arahan dari pusat untuk memberitahukan hal ini kepada kalian. Kalian tidak perlu takut, kalian akan aman di sini. Untuk sementara, tidak ada yang boleh keluar dari gedung ini hingga masalah dapat diselesaikan. Kalian mengerti?
Murid
[Serempak] Menegerti Bu.
Ketua Tim Kedisiplinan
Kalau begitu kalian boleh kembali ke kamar. [Keluar dari ruangan serbaguna]
[Seluruh murid keluar satu persatu]
Scene 45 – Kamar Nomor 350 – Malam Hari
Yuni
Aku masih enggak lupa kejadian tadi siang. Serem banget. Kaya zombie gitu.
Jihan
Jantung aku sampe mau copot.
Agis
[Tersenyum] Kalian lama-lama mirip juga ya.
[Jihan dan Yuni saling bertatapan]
Yuni
Mirip apanya?
Agis
Sama-sama lebay.
Yuni
Eh, enak aja. Memangnya kamu enggak takut apa?
Agis
Selama kita enggak makan sembarang, dan enggak keluar, aku rasa kita aman.
Yuni
Kalau ternyata kena gimana? Nanti teriak-teriak kaya orang gila. Ahhh Yuni tolong aku… [Memegang kepala seperti orang kesakitan]
Jihan
Lebay…
Yuni
Eh… Kamu juga.
Agis
[Mengabaikan Yuni dan Jihan. Menghampiri Tiana yang serius membaca] Kamu enggak ikutan mereka?
Tiana
[Menggeleng] Nilai ujian kita lebih penting dari pertengkaran mereka. [dengan nada bercanda]
[Yuni yang mendengar perkataan Tiana menghampiri Tiana]
Yuni
Kamu tuh kerjaannya belajar terus. Kali-kali enggak usah serius banget. Belajar sampe malem terus ketiduran di kursi. Kebiasaan.
Tiana
[mengabaikan Yuni]
Yuni
Kamu dengar enggak Tiana?
Tiana
[Tersenyum] Dengar Nenek Yuni…
Yuni
Nenek?
Tiana
Aku punya janji sama Bapakku, aku bakal jadi orang yang pintar. [Tersenyum kecil]
Agis
[Mendekati Tiana lalu memegang pundaknya] Kamu udah tepatin janji kamu Tiana. Buntinya kamu selalu dapat nilai tinggi.
Tiana
Makanya aku enggak boleh kalah dari Yuni. [Tertawa]
Yuni
[Pura-pura melotot] Liat aja ya kamu Tiana. Eh lagian, enggak mungkin juga aku kalahin kamu. Jadi… kamu enggak usah terlalu serius. [Tersenyum ke Tiana] Kamu udah jadi anak yang pintar buat Bapak kamu.
Tiana
[Tersenyum] Makasih aku senang bisa ketemu kalian.
Scene 46 - Int. Gedung Sekolah – Sore hari
[Diseluruh ruangan dan jalan disiarkan tayangan berita]
Pembawa acara
Seperti yang sudah dikatakan oleh Pak Gubernur. Pemerintah mengambil tindakan paling mengerikan untuk menghentikan laju virus gila ini. Tepat pukul 00.00 malam ini akan diadakan eksekusi bagi mereka yang terjangkit. Saya dan segenap kru yang bertugas mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya bagi keluarga korban yang akan ditinggalkan. Kami juga mengajak penonton di rumah untuk menundukan kepala, kita akan mendoakan korban bersama-sama.
[Seluruh murid yang mendengarkan berita ini menundukkan kepalanya]
Scene 47 – Ruang Kelas Departemen Sastra – Siang Hari
[Suana kelas sedang hening. Murid-murid sedang fokus dengan laptop depan mereka]
[Salah satu murid maju ke depan dengan membawa kertas hasil tulisannya]
Anggun
Buat ulang, alur kamu masih belum terarah! [Menyerahkan kertasnya]
[Murid lainnya maju]
Anggun
Buat ulang. Kalimat yang kamu gunakan masih biasa saja.
Yuni
[Berbisik] Wah, kalau gini caranya kita enggak akan istirahat.
Jihan
Daritadi belum ada yang diterima. Aku udah lapar lagi.
[Tiana maju ke depan. Yuni dan Jihan memperhatikan dari kursi mereka]
Jihan
Itu Kak Tiana…
[Tiana memberikan kertas hasil tulisannya. Angun membaca dengan seksama]
Anggun
Cerita kamu masih belum sempurna. Tapi jauh lebih bagus dari teman-teman kamu. Silahkan istirahat.
Yuni
[Membuka mulutnya kaget] Wah… kamu memang temen aku Tiana.
Tiana
[Melihat teman-temannya lalu memberikan semangat] Semangat [bicara pelan]
Jihan
[Membalas dengan tangan yang dikepal] Semangat!
Yuni
Ayo… semangat!
Scene 48 – Int. Kantin – Siang hari
Jihan
Pegel banget aku. Tiga kali ngulang cerita.
Yuni
Memangnya aku enggak apa. Begini banget hidup.
Agis
[Tertawa] Kerjaan kalian ngeluh terus sih. Sesuatu itu dijalani bukan banyak ngeluh.
Yuni
Abisnya…
Prang… [Suara piring jatuh]
Angel
[Melotot] Kan udah gua bilang jangan pake bawang. Gua enggak suka! [Membentak] Bego banget!
Lolita
[Meringis karena lengannya terkena tumpahan sop panas] Ma..af bawangnya udah nyatu sama sopnya
Angel
[Menarik leher Angel] Kan bisa lu pisahin dulu bego! Enggak becus banget
[Orang-orang di kantin hanya bisa berbisik dan ketakutan. Banyak yang buru-buru menghabiskan makanan mereka]
Surya [Angel’s Geng]
[Menguyur Angel dengan minuman] Mampus lu!
[Teman-teman Angel tertawa atas penderitaan Lolita]
[Tiana yang memerhatikan merasa sangat kesal atas prilaku Angel. Tiana mengepalkan tangannya. Tiana bangkit dari kursinya tapi Agis menahannya]
Agis
[Menggeleng] Jangan ikut campur Tiana.
Jihan
Kak Tiana mau apa?
Yuni
Ya ampun Jihan, pertanyaan kamu enggak banget. [Berbisik]
Tiana
[Kembali duduk] Kita enggak bisa terus-terusan diemin Angel.
Agis
Terus… kamu mau kaya Lolita?
[Tiana memerhatikan Angel dengan kesal]
Jihan
Kak Tiana marah ya? [Bertanya pada Yuni]
Yuni
[Menepuk jidat] Mending kamu makan aja deh Jihan.
Scene 49 – Int. Kamar Nomor 530 – Malam hari
Yuni
[Menghampiri Tiana yang sibuk mengetik di komputernya] Kamu lagi apa sih Tiana?
[Tiana tidak menjawab dan masih sibuk mengetik]
[Yuni mengahmpiri Tiana]
Yuni
Peperangan? Kamu lagi nulis cerita?
[Tiana mengprint tulisannya. Setelah selesai dia mengambil kertas lalu menunjukannya kepada Yuni]
Tiana
Waktunya kita bergerak [Tersenyum bangga]
Yuni
[Mengambil kertas] Begerak apa?
[Agis dan Jihan penasaran dan mendekati Yuni dan Tiana. Agis Yuni dan Jihan memerhatikan kertas secara seksama]
Jihan
Ini buat apa? Ada ujian?
Tiana
[Mengangkat kertas yang tadi di print] Udah waktunya kita beri pelajaran buat Angel and the geng. Aku udah buat cerita. Kalau semua orang baca cerita aku, mereka pasti paham apa yang aku maksud di cerita itu
Yuni
Terus terus? [Penasaran]
Tiana
Kita harus sebarin cerita ini biar semua orang baca. Kalau kita berempat doang yang bergerak, kemungkinan besar bakal gagal.
Yuni
Terus gimana dong? [Tidak sabaran]
Tiana
Itu gunanya koneksi. Kita bisa gunain Lolita buat sebarin ke teman-temannya, aku yakin dia bisa bantu kita. Tugas kita Cuma memperbanyak kertas ini sebanyak-banyaknya dan kirim ke departemen lain
Agis
Kenapa enggak di papan informasi aja biar semua lihat?
Tiana
[Menggeleng] Kalau kita taruh di papan informasi, kemungkinan besar belum semua baca udah dicabut sama Angel. Satu-satunya cara kita harus buat pergerakan bawah tanah [Menatap kertas di tangannya dengan penuh keyakinan]