Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
A Better Day
Suka
Favorit
Bagikan
5. 5.

Scene 23 – Int Kamar – Pagi hari

4 tahun berikutnya...

[Tiana (17) membuka matanya. Dia merentakan badan lalu tersenyum]

Tiana

[Mencuci wajah lalu melihat dirinya di cermin] Semangat Tiana!

 

Scene 24 – Eks. Pasar – Pagi hari

[Tiana dan Mbok Narti (43) pergi ke pasar]

Tiana

Udah semua Mbok?

Mbok Narti

[Mengecek belanjaan] Sudah Mba. Sayur bayem ada, tomat ada, bawang-bawangan ada, daging ayam ada, udang ada, paprika udah, bawang daun ada, taoge, bumbu-bumbu ada. [Mengangkat jempolnya ke arah Tiana] Lengkap Mbak!

Tiana

Telur? Tante Sarah nyuruh beli telur kan?

Mbok Narti

[Menepuk jidat] Iya lupa Si Mbok. Yaudah Mbak di sini aja tungguin, Si Mbok aja yang ke dalam lagi beli telur.

Tiana

[Mengangguk]

[Mbok Narti menjauh dari Tiana kembali ke pasar]

[Tiana menunggu Mbok Narti sambil melihat ke arah sekitar lalu dia melihat ada seorang lelaki memakai jas dan celana hitam dengan kemeja putih di dalamnya seperti orang kantoran mendekatinya. Lelaki itu memerhatikan Tiana]

Lelaki bernama Louis (30)

Jangan takut. Saya Cuma ingin tanya sesuatu. Orang tua kamu mana? Kamu sendiri di sini?

Tiana

[Merasa takut dan tidak menjawab]

Louis

[Memberikan kartu nama] Nama saya Louis. Tulisannya Louis dibacanya Luwi. [Tertawa]

Tiana

[Mengerutkan kening]

Louis

Ah. Kamu pasti pikir nama sama wajah enggak cocok ya? [Tertawa] Itu nama samaran. Keren ya?

Tiana

[Tersenyum]

Louis

Saya kerja di bawah pemerintahan, kamu enggak usah takut. Saya enggak akan macem-macem, satu macam aja. [Tertawa sendiri] Saya cuma lagi cari anak yatim piatu buat di sekolahin khusus di sekolah yang dibangun Pak Dardan. Kamu tahu kan Pak Dardan? Pak Gubernur yang baru kepilih.

Louis

Jadi gimana? Kamu yatim piatu atau bukan?

Tiana

[Berpikir lalu mengangguk]

Louis

Bagus. Kamu bisa ikut sama saya. Pak Dardan bakal jamin hidup kamu.

Tiana

[Menggeleng]

Louis

Gini aja, kamu pikirin dulu. Nanti telpon saya. Itu ada nomor telepon saya. Kalau kamu ragu kamu bisa cari di internet. Ketik aja “Yayasan Rumah Kita”. Saya tunggu ya. Bye bye jangan kangen! [Menggoda Tiana lalu menyatukan jari tangannya dan menaruhnya di kepala seperti memberi hormat dan pergi menjauh]

[Mbok Narti sudah beres membeli telur dan menghampiri Tiana]

Mbok Narti

Mbak! Ayo!

[Tiana masih diam sambil melihat ke arah kartu nama yang didapat tadi]

Mbok Narti

Mbak!! [Suara kencang] 

Tiana  

Emm… Mbok Narti…

Mbok Narti

Iya lah memang siapa lagi yang bentukkan kaya gini Mbak? [Tertawa]

Tiana

[ikut tertawa] Ayo Mbok!

[Tiana dan Mbok Narti berjalan sambil memegang barang belanjaan]

 

Scene 25 – Int. Kamar Tiana – Malam Hari

[Ghani mengetuk kamar Tiana]

Tiana

[Sedang sibuk dengan computer di depannya] Iya?

[Ghani masuk sambil membawa gelas berisi susu]

Ghani

[Meletakkan gelas susu di meja belajar Giandra] Nih minum suru Bunda!

Tiana

[Tersenyum] Makasih Kak Ghani.

Ghani

Kamu lagi apa?

Tiana

Enggak lagi apa-apa, cuma baca-baca aja Kak.

Ghani

[Mengacak rambut Tiana] Yaudah aku keluar ya.

[Tiana dan Ghani saling melempar senyum. Tiana mengangguk. Dari luar pintu Ghiana memperhatikan interaksi keduanya sambil menunjukan wajah kesal]

[Tiana melanjutkan pencariannya tentang “Rumah Kita” yang diberitahukan tadi pagi kepadanya]

Rumah Kita adalah sekolah khusus yang dibuat oleh Dardan Handoko. Sekolah yang khusus menampung anak yatim piatu. Berdiri sejak 2013. Anak-anak yang bergabung dalam sekolah ini akan diberi fasilitas tempat tinggal, pendidikan, dan biaya hidup.

[Tiana menghela nafas, mulai bimbang. Lalu dia melihat gelas susu di depannya]

 

Scene 26 – Ruang Makan – Pagi Hari

[Sarah, Tiana, Ghani dan Ghiana sedang makan bersama di meja makan]

Sarah

[Meletakkan sendok dan garpu yang sedang dipegangnya] Tiana?

Tiana

[Menengok ke arah Sarah] Iya Tante?

Sarah

Mulai sekarang kamu panggil tente, Bunda ya?

Tiana

Bunda? Memangnya kenapa tante?

Sarah

Tante udah urus surat-surat pengangkatan kamu jadi anak tente. Jadi mulai sekarang kamu, Ghani dan Ghiana itu saudara.

Giana

Aku enggak setuju. Kenapa Bunda enggak ngomong dulu sama aku? [Marah]

Ghani

Giana! [Menegur Giana]

Giana

Kenapa sih? Bunda sama Kakak sama aja. Selalu bela Tiana. Anak Bunda kan aku bukan Tiana. [Mendorong kursi lalu berdiri]

Sarah

Ghiana![Menyentak]

Giana

Yaudah. Kalau Bunda tetep mau angkat Tiana jadi anak bunda, Giana bakal keluar dari rumah ini! [Menjauh dari meja makan]

Sarah

Ghiana! Ghiana! [Tiba-tiba memegang jantungnya lalu jatuh]

Tiana

Tante!

Ghani

Bunda!

[Giana berbalik dan melihat Sarah sudah jatuh di lantai. Giana menghampiri ibunya dan mendorong Tiana yang sudah terlebih dahulu mendekati tubuh Sarah]

Giana

Bunda!

 

Scene 27 – Int. Rumah Sakit – Malam hari

[Tiana, Giana dan Ghani sedang menunggu di ruangan UGD. Sarah belum siuman akibat terkena serangan jantung]

Giana

[Menyerang Tiana] Ini karena kamu Tiana! Bunda kena serangan jantung karena kamu!

Ghani

[Berusaha menenagkan Giana] Gi… Jangan berisik ini di rumah sakit bukan di rumah.

Giana

Aku enggak peduli Kak! Aku pengen sekarang juga kamu pergi Tiana! Pergi kamu! [Teriak]

[Dokter keluar dari ruangan UGD]

Dokter

Ibu Sarah sudah siuman. Jika ingin melihat silakan tapi jangan gaduh ya.

[Ghani masuk ke dalam bersama Giana. Tiana hanya diam. Dia lebih memilih pergi]

 

Scene 28 – Int. Kamar Tiana – Malam Hari

[Tiana mengemasi pakaiannya dengan air mata yang mengalir. Setelah mengemasi pakaiannya. Dia menulis surat untuk Sarah]

Tante Sarah. Makasih karena mau terima aku di sini. Kalau bukan karena tante, mungkin aku udah tinggal di jalanan. Semoga tante selalu sehat dan bahagia.

Tiana

[Tiana memerhatikan kamarnya. Dia tersenyum lemah] 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar