Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
A Better Day
Suka
Favorit
Bagikan
7. 7.

Scene 34 – Kantin – Pagi Hari

[Yuni, Agis, Jihan dan Tiana sedang sarapan bersama di kantin]

Tiana

Kalian udah berapa lama di sini?

Yuni

Kalau aku udah 1 bulan. Agis sama Jihan masuknya barengan, baru dua minggu lalu.

Tiana

Jadi kalian juga baru ya?

Yuni

Ya, bisa disebut begitu.

Tiana

[Menoleh ke arah orang] Kalau yang jaga kantin sama bersih-bersih itu siapa? Keliatannya seumuran sama kita?

Yuni

Kalau itu anak-anak yang enggak masuk kualifikasi, karena nilai mereka enggak cukup buat masuk salah satu departemen. Jadi mereka tetep bisa tinggal di sini dengan tenaga mereka. Apa lagi? Kamu mau tanya apa lagi?

Tiana

[Menunjuk seseorang] Kalau mereka siapa? Kok keliatannya pada takut gitu sama mereka?

[Yuni menghelas nafas karena Tiana terus bertanya. Agis tersenyum lalu menjawab pertanyaan Tiana]

Agis

Mending kamu jangan berurusan sama mereka. Mereka itu senior di sini. Enggak ada yang berani lawan mereka.

Tiana

Kalau departemen kita ada senior?

Agis

[Menggeleng] Kita angkatan pertama, sekolah ini baru dibangun satu tahun lalu. Dulu cuma ada departemen matematika sama departemen olahraga. Sisanya ya baru masuk semua kaya kita.

Jihan

Jangan lupa, kita harus nunduk kalau mereka lewat.

Tiana

Nunduk? Biar apa?

Agis

Itu memang peraturan dari mereka. Mereka bakal anggap kamu mau lawan mereka kalau kamu engga nunduk.

Tiana

[Mengerutkan kening] Aneh…

Yuni

[Menyela] Sebulan tinggal di sini. Aku udah punya peraturan. Kalau kamu mau hidup tenang, mending jangan macem-macem sama Angel and the Gank. Udah banyak korbannya. Banyak yang kena bully terus dipukulin sama mereka semua. Bayangin satu lawan satu departemen . Kalau udah jadi musuh mereka, enggak akan ada yang bisa bantuin kamu!

Kringg…

[Bunyi alarm menandakan makan pagi sudah selesai]

Yuni

Ayok. Kita harus siap-siap belajar!

 

Scene 35 – Int. Ruang belajar – Pagi Hari

Suasana kelas cukup kondusif hanya ada beberapa anak yang mengobrol sisanya membaca buku dengan tenang. Tak lama berselang Anggun (35) memasuki ruangan kelas lalu menutup kelas]

Anggun

Selamat pagi!

Murid

(Serentak) Pagi Bu.

Anggun

Kalian pasti sudah tahu kan dari jadwal nama ibu. Kalian bisa panggil saya Bu Anggun. Saya tidak suka perkenalan yang terlalu bertele-tele. Kita harus bergerak cepat, dengan seiring waktu saya bisa mengenal kalian dan kalian bisa mengenal saya. Jadi kalau kalian msih berpikir sekolah ini sama dengan sekolah kalian yang dulu maka kalian harus buang jauh-jauh [ikiran itu. Sekolah ini memiliki sistem yang sangat jauh dari sistem sekolah pada umumnya di luar sana, karena apa? Karena kalian itu spesial! Ingat itu! [Membuka laptop]

Anggun

Sebelum kalian mendapatkan materi lebih jauh. Ibu ingin bertanya kepada kalian. Kalian tahu pentingnya Bahasa Indonesia dalam sastra?

[Hening]

Anggun

Kalian tahu kan kita berbicara, menulis dan membaca itu menggunakan bahasa?

[Murid- murid mengangguk]

Angun

Begitu pula dengan sastra, sastra membutuhkan bahasa sebagai wadah. Ayo kita lihat seberapa penting Bahasa Indonesia untuk kita.

Anggun

[Muncul gambar di layar proyektor] Indonesia memiliki banyak suku bangsa, budaya dan bahasa. Ada total 718 bahasa daerah di Indonesia. Dahulu kala sebelum ada Bahasa Indonesia. Bangsa kita menggunakan bahasa daerah masing-masing. Hal ini membuat mereka pada zaman dahulu tidak memiliki tali persaudaraan, karena apa? Karena mereka merasa orang sunda bukan orang jawa, orang Kalimantan bukan orang papua. Hal ini tentunya memberikan peluang besar untuk penjajah mengadu domba kita. Lalu suatu hari kaum pemuda sadar akan hal ini. Mereka memutuskan untuk menunjuk satu bahasa yang bisa dipakai sebagai bahasa persatuan. Mereka memilih bahasa melayu, selain sudah cukup popular bahasa melayu juga digunakan untuk kegiatan perdagangan. Untuk membedakan Bahasa melayu dengan bahasa kita mereka menggubahnya menjadi Bahasa Indonesia. Maka dari itu tanggal 28 Oktober tahun 1928 Indonesia mengikrarkan sumpah pemuda yang salah satunya berisi tentang Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Kalian harus bangga dengan Bahasa Indonesia.

Anggun

[Berjalan mendekati meja murid] Contoh lain, dalam Bahasa Jawa gedang itu adalah pisang, tapi dalam Bahasa Sunda gedang adalah papaya. Kalian tahu kan apa yang terjadi jika orang sunda dan orang jawa berbelanja di pasar menggunakan kata gedang? Betul! Akan terjadi peperangan karena kesalahan pahaman bahasa. Orang sunda berniat membeli pepeya tetapi diberi pisang oleh orang jawa. Maka dari itu Bahasa Indonesia memerankan peran penting di sini. Kalian tidak boleh lupa bahwa Bahasa Indonesia adalah kebanggan bagi orang Indonesia

Angun

[Kembali ke mejanya] Kalau kalian sudah tahu pentingnya Bahasa Indonesia. Setiap pelajaran ibu, ibu tidak ingin ada bahasa lain selain Bahasa Indonesia. Ibu tidak peduli dengan guru lain, tapi dengan ibu, kalian wajib menggunakan Bahasa Indonesia. Sudah cukup pemanasannya? [hening] Ibu tidak ingin ada yang mengobrol saat Ibu mengajar. Kalian ini dipilih untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik. [Memerhatikan satu-satu muridnya] Sekarang buka buku tulis kalian. Pelajaran pertama kita adalah sejarah sastra.

[Murid-murid mulai mengambil pulpen dan buku mereka, mereka mulai menulis]

 

Scene 36 – Int. Ruangan Gubernur – Siang Hari

Dardan

[Menyeruput kopi sambil bersantai di kursi] Bagaimana? Sudah banyak yang bergabung?

Louis

Saya dan tim baru mendapatkan beberapa Pak

Dardan

[Menatap tajam Louis] Saya bayar kamu buat kerja, terus sekarang kamu bilang baru beberapa. Jangan sampai saya uang saya sia-sia

Louis

[Menunduk] Mohon maaf Pak. Saya akan menyebarkan tim lagi

Dardan

Lakukan segera. Saya tidak ingin dengar lagi, kamu bicara baru beberapa. Kita harus bergerak cepat. Saya ingin minggu depan sekolah itu sudah dipenuhi dengan anak-anak. Satu lagi, kamu harus ingat ambil anak yang sudah tidak memiliki orangtua

Louis

Baik Pak! [Pamit lalu pergi]

Dardan

[Memberikan ekspresi puas sambil memainkan gelas]

Scene 37 – Int. Rumah Sarah – Pagi hari

Sarah

Gimana Mbok Narti? Sudah ketemu?

Mbok Narti

[Menggeleng] Sudah dicari ke sana ke mari Bu. Mbak Tiana enggak ada di mana-mana

Sarah

[Cemas. Melihat surat perpisahan dari Tiana] Ke mana kamu Tiana?

Ghani

Bun. Bunda istirahat ya. Biar Ghani yang cari Tiana.

[Sarah mngangguk]

[Ghania terlihat kesal ketika Bunda dan kakaknya terlihat mencemaskan Tiana]

Ghania

[Berbicara pelan] Tiana lagi Tiana lagi.

 

Scene 38 – Int. Kamar No.530 – Malam hari

Pukul 2 malam.

[Tiana melihat teman-temannya yang sudah tertidur, belum terbiasa dengan tempat ini. Tiana kembali ke tulisannya]

Tiana

[Menulis] Ibu… Bapak… Tiana janji, Tiana enggak akan nangis lagi. Tiana bakal jadi anak yang kuat biar kalian enggak khawatir sama Tiana. Tiana sayang Ibu sama Bapak. [Perlahan Tiana merebahkan badannya di meja]

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar