Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
THROPY KEMATIAN
Suka
Favorit
Bagikan
9. Bagian #9

FADE IN

1. INT. RUMAH ALENKA - RUANG TAMU — SIANG

CAST: PAPA ALENKA, MAMA ALENKA, RONI

MAMA PAPA ALENKA berjalan menuju sofa.

RONI berdiri, menyambut keduanya.

Tangan PAPA ALENKA terulur, Roni menyambut. Keduanya bersalaman.

RONI menyalami Mama Alenka.

PAPA ALENKA mempersilahkan Roni kembali duduk.

PAPA MAMA ALENKA duduk di depan Roni.

PAPA ALENKA

Silahkan, Nak. Apa yang kau tahu tentang putriku.

RONI

Terima kasih sudah menerima kedatangan saya, Om. Tante.

PAPA MAMA ALENKA mengangguk.

RONI

Sebelumnya, saya mohon maaf kalau berita ini akan sedikit kurang menyenangkan. (Beat)
Tetapi, Om, Tante, beberapa hari terakhir ini, saya sudah berbicara dengan Alenka.

MAMA ALENKA

Tunggu. Sebelumnya, bukankah kau tiga tahun terakhir ini berada di Sumbawa, Roni. Apa Alenka menemuimu sejauh itu?

RONI

Tidak, Tante. Hampir tiga bulan yang lalu saya sudah kembali.

MAMA ALENKA

Papamu di pindah tugas lagi?

RONI

Tidak. Terus terang saja, kejadian di pekan olah raga itu, saya berada di sana, Tante. Saya salah satu Atlet dan dua orang teman saya menjadi korban.

PAPA ALENKA

Dan kau memutuskan untuk pulang ke sini hanya demi Putriku?

RONI

(tersenyum)

Entahlah, Om. Tetapi saya merasa memiliki ikatan persahabatan yang terlalu erat dengan Alenka. Saya pikir, saya sangat ingin menemui Alenka lebih-lebih karena saya melihat sendiri Alenka berada di Asrama Atlet pada setiap kejadian.

PAPA ALENKA

Kenapa dia tidak menemuimu sejak pertama kalau begitu.

RONI

Kalau untuk itu, hanya Alenka yang tahu alasannya, Om. Saya juga sudah bertanya tetapi dia belum ingin membagi alasannya.

MAMA ALENKA

Sudahlah, Papa. Roni kesini kan mau memberikan kabar tentang Alenka.

PAPA ALENKA

Oh, Ya. Maafkan saya, Nak Roni. Silahkan, silahkan. Apa ada pesan dari Alenka yang harus kau sampaikan kepada kami?

RONI

Ya, Om, Tante.

DISOLVE TO:


2. INT. VILLA TUA RONI — MALAM

CAST: RONI, ALENKA

FLASHBACK

ALENKA beranjak dari sisi Roni, melayang ke jendela, berdiri di sisinya.

ALENKA

Aku ingin pulang.

RONI

(berdiri, mengikuti Alenka)

Pulang ke mana yang kau maksud?

ALENKA

Kubur.

RONI

Apa ada yang menghalangimu?

ALENKA mengangguk sekali.

RONI

Apa aku boleh tahu?

ALENKA

Bantu aku.

RONI

Apa pun yang kau butuhkan untuk ketenanganmu, selama tidak soal menemanimu di alam sana, akan kulakukan, Alenka.

ALENKA

(Berbalik, memelotot)

Aku tidak menginginkan nyawamu. Kita sudah membahas itu.

RONI

Baguslah. Lalu apa yang bisa kulakukan?

ALENKA

(bebalik menatap kelaur jendela)

Kuburkan tubuhku.

RONI

Apa?

ALENKA

Kuburkan tubuhku dengan layak. Tolong.

CUT BACK TO:


3. RUMAH ALENKA - RUANG TAMU — SIANG

CAST: PAPA ALENKA, MAMA ALENKA, RONI

PAPA ALENKA menatap Roni kaget.

PAPA ALENKA

Tapi kami menguburkan jasad Alenka.

RONI

Itulah yang terjadi.

PAPA ALENKA

Tapi... Bagaimana bisa?

DISOLVE TO:


5. INT. RUMAH ALENKA - PAVIILIUN — MALAM

CAST: ALENKA, MAMA ALENKA, BIBI NORA, DUA LAKI-LAKI

FLASHBACK

ALENKA berdiri di sudut ruangan, menatap kosong kesinukan di sana.

Terlihat oleh Alenka, Bibi Nora menepuk pundak mama Alenka yang duduk mengusap mata di depan peti jenazah Alenka.

BIBI NORA

Nyonya sebaiknya tidur. Biar saya yang menjaganya.

MAMA ALENKA

Tidak, Bibi. Biar saya menemani Alenka untuk terakhir kali.

BIBI NORA

Tapi nyonya butuh istirahat. Istirahatlah. Biar saya yang menjaganya seperti selama ini saya melakukannya.

MAMA ALENKA

(Menggeleng, terisak)

Saya ingin menemaninya malam ini, Bi.

BIBI NORA

Baiklah. (Berbalik pergi)

JUMP CUT TO:

BIBI NORA kembali membawa segelas teh hangat yang mengepul.

BIBI NORA

Minumlah dulu, Nyonya. Sejak pagi perutmu belum terisi.

MAMA ALENKA meminum segelas teh hangat dari Bibi Nora.

MAMA ALENKA mengembalikan gelas kosong ke tangan bibi Nora, kemdian kembali merenung di depan peti jenazah Alenka.

BIBI NORA keluar, membawa gelas kosong.

MAMA ALENKA bergelung di atas karpet, perlahan matanya terpejam.

BIBI NORA kembali, mendekati Mama Alenka, mengguncang pelan tubuhnya. Mama Alenka tidur.

BIBI NORA

Maafkan saya, Nyonya. Tapi anda harus istirahat.

BIBI NORA menggeser tubuh mama Alenka, memberinya bantal dan selimut tipis.

Dua orang laki-laki masuk, mendekati Bibi Nora.

BIBI NORA mengangguk kepada dua laki-laki yang datang, kemudian berjalan ke arah peti Alenka, membuka sekrupnya menggunakan obeng.

Peti terbuka, BIBI NORA menutup jenazah Alenka dengan seprei lebar.

Dua orang laki-laki itu mengangkat jenazah Alenka.

BIBI NORA kembali menutup peti dengan sekrup.

CUT TO:


8. EXT. DEPAN PAVILIUN — MALAM

CAST: ALENKA, BIBI NORA, DUA LAKI-LAKI

Sebuah mobil suv hitam terparkir di depan pavilliun. Dua orang laki-laki yang membawa jenazah Alenka duduk di dalam mobil.

BIBI NORA masuk ke bangku tengah, mobil melaju pergi.

ALENKA duduk di bagasi, tepat di atas peti matinya.

LAKI-LAKI

Mau kau bawa ke mana jenazah anak itu?

BIBI NORA

Sudah, ikuti saja. Aku akan menjaganya. Anak baik, Alenka. Sayang orang tuanya terlaku memaksanya.

CUT TO:


9. EXT. HUTAN — MALAM

CAST: BIBI NORA, DUA LAKI-LAKI

Sebuah rumah pohon berdiri di atas pohon besar di tengah hutan lebat. Tangga gantungnya menjuntai ke bawah.

BIBI NORA menuruni tangga gantung. Setelah kakinya menapak tanah, kepalanya mendongak melihat rumah papan dia atas pohon.

LAKI-LAKI

Tubuhnya akan membusuk di dalam sana dan menimbulkan bau yang mengundang.

BIBI NORA

Kau boleh memeriksanya satu pekan kedepan, dan kalau hidungmu mencium sedikit saja kebusukan, kau boleh menemuiku dan meminta bayaran lima kali lipat.

CUT BACK TO:


10. INT. RUMAH ALENKA — MALAM

CAST: PAPA ALENKA, MAMA ALENKA, RONI, ALENKA

PAPA MAMA ALENKA tertegun menatap Roni.

RONI

Alenka ingin jasadnya dikebumikan, Om.

PAPA ALENKA

T-tapi... Tapi bibi Nora menghilang sejak satu bulan setelah kasus Alenka ramai. Lalu ke mana kita akan mencari tempat itu?

RONI

(Mengerutkan kening)

Menghilang?

MAMA ALENKA

Bibi Nora pergi, tidak pamit. Hanya meninggalkan pesan dia berhenti bekerja. Tanpa membawa barang-barangnya, tanpa meminta gajinya.

RONI menatap kaget, kemudian mengalihkan pandangannya pada sudut jauh ruangan, ke arah lorong remang.

ALENKA berdiri di tengah mulut lorong, menatap kosong, kepalanya menggeleng kecil saat mendapati tatapan Roni.

PAPA MAMA ALENKA mengikuti arah tatapan Roni, mata mereka menatap ruang kosong.

MAMA ALENKA

(menatap Roni)

Apa dia di sana?

RONI melirik ke tempat Alenka.

RONI

(mengangguk)

Ya.

MAMA ALENKA

(menoleh ke sudut kosong)

Alenka. Kau di sana, Nak?

RONI

Dia sudah pergi. Dia menyayangi kalian. Dan Alenka tidak melakukan apa pun pada bibi Nora.

MAMA ALENKA menutup wajah dengan kedua tangan, menangis.

PAPA ALENKA merengkuh pundaknya.

PAPA ALENKA

(Menatap Roni)

Aku percaya Alenka tidak mungkin menyerang salah satu dari kami.(beat)
Sampaikan padanya kami juga sangat menyayanginya, Nak. Sampaikan maafku padanya. Aku sangat menyesal telah memberikan kehidupan penuh siksaan pada Alenka selama hidupnya. (Beat)
Aku sadar, tidak seharusnya sebagai orang tua kami menjadikan Alenka robot pameran. Seharusnya kami mencukupi kebutuhan kasih sayangnya, memfasilitasi rasa ingin tahunya yang tinggi, mendukung setiap prestasinya tanpa membebaninya dengan kewajiban untuk menang. Dia anak yang sangat pintar. Andai saja kami menyadari itu sejak dulu.

PAPA ALENKA merengkuh erat tubuh mama Alenka, menangis.

PAPA ALENKA

Maafkan papa, Alenka. Papa memang egois. Papa terlalu terbawa kehormatan di pundak papa sampai melupakan kebahagiaanmu.

RONI

Om, Tante, Saya senang Om kenyadari kesalahan kalian. Walau bagaimana pun, yang sudah terjadi tidak dapat di ulang kembali. Tetapi Saya yakin, Alenka juga pati telah memaafkan kalian. Yang terpenting sekarang adalah, kita harus segera membantu mengembalikan jasad Alenka agar dia bisa beristirahat dengan tenang. Itulah yang dia inginkan sekarang.

PAPA ALENKA mengangguk.

PAPA ALENKA

Terima kasih, Nak Roni.(beat)
Maukah nak Roni membantu kami sekali lagi, untuk menemukan tempat jasad Alenka disembunyikan?

RONI

(mengangguk)

Tentu, Om. Kita bisa melakukannya besok. Alenka akan menunjukkannya.

CUT TO:


11. EXT. HUTAN — SIANG

CAST: PAPA ALENKA, RONI

Pepohonan tinggi menghalangi sinar matahari masuk ke dasar hutan. Siang hari tak membuat hutan menjadi terang benderang, melainkan tetap suram dan gelap.

RONI, Papa Alenka, dan lima orang laki-laki mengangkat jasad Alenka dari rumah pohon, membawanya keluar hutan dengan berjalan kaki.

Mobil Papa Alenka terparkir di tepi hutan.

Jenazah Alenka dimasukkan ke dalam peti, bi bawa dalam mobil.

CUT TO:


12. EXT. PEMAKAMAN UMUM — SIANG

CAST: RONI, PAPA ALENKA, MAMA ALENKA

Pemakaman umum ramai kerabat dan teman-teman orang tua Alenka.

Makam Alenka telah di buka.

ALENKA diturunkan ke dalam liang lahat, kembali di timbun tanah.

Semua yang hadir mendoakan ketenangan Alenka.

RONI, PAPA ALENKA, MAMA ALENKA menabur bunga di atas pusara Alenka.


INSERT

(Teks berjalan)

Setiap anak terlahir ISTIMEWA

Mereka terlahir dengan keistimewaan yang berbeda

Tidak ada kesempurnaan yang bisa tumbuh dari paksaan

Pun tak ada manusia yang terlahir dengan sempurna

Karna kesempurnaah hanya milik Yang Maha Kuasa


"Jika kau ingin mengisi gelas dengan buah-buahan, ubahlah buah menjadi jiuce, jangan ubah gelasnya menjadi piring."


FADE OUT




Catatan Penulis:

Karya ini terinspirasi dari sebuah Lukisan, mahakarya ibu "Dian Yuphi Anggraeni"

Terima Kasih telah mengijinkan Penulis mengangkat kisah fiksi ini.












Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar