Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
THROPY KEMATIAN
Suka
Favorit
Bagikan
5. Bagian #5

FADE IN

1. EXT. BALKON LT.3 — MALAM

CAST: RONI, ANJAS, IRFAN dan DANU

Asrama Atlet. Balkon gedung lantai 3.

DANU (17th), ANJAS (17th), IRFAN (16th) DAN RONI (18th), duduk mengelilingi meja bundar di balkon lantai 3.

RONI

Apa sebenarnya yang terjadi dengan para altlet cewek.

DANU

Desas desus bilang mereka diteror hantu perempuan. Kau tau, Atlet yang gagal di 16 besar lalu, yang kabarnya kemudian mati bunuh diri. Kalau tidak salah namanya Alenka.

ANJAS

Ah, yang benar. Kata siapa kamu?

IRFAN

Aku sih justru curiga ada yang mengambil keuntungan dari berita itu, lalu membunuh para atlet lain agar dia bisa menjadi pemenangnya.

RONI

Apa iya hanya karena pertandingan seperti ini, ada yang sampai nekat mencelakai lawan. Berapa berharganya sih medali di banding nyawa teman.

IRFAN

(Mengendikkan bahu)

Bagi beberapa orang, kedudukan lebih penting dari nyawa kan. Dan lihat saja sekarang. Bukannya aku menuduh, tapi...
(Berbisik) tinggal Sani saja yang tersisa kan.

RONI

Hus! Hati-hati kalau bicara.

ANJAS

Bener. Hati-hati kalau ngomong. Itu bisa menjadi fitnah kalah sampai salah.

IRFAN

Aku tidak menuduh, kan aku sudah bilang. Tapi jujur saja aku kurang percaya ada hantu yang bisa balas dendam. Yang ada pasti ada yang mengambil keuntungan dari situasi ini.

RONI

Aku hanya bertanya-tanya, kenapa pertandingan belum juga dihentikan setelah terjadi banyak kematian.

DANU

Memangnya kenapa? Kau takut?

RONI

Takut sih tidak. Segala urusan hidup dan mati kan ada di tangan Allah. Aku hanya...

IRFAN

Halah, bilang saja kau takut di datangi hantu wanita itu. (Meninju pundak Roni)

RONI menggeleng kecil.

RONI(V.O)

(Menatap ke kegelapan)

Alenka, apa benar kamu yang melakukan semua ini. Kenapa, Alenka.

IRFAN

(Menepuk pundak Roni)

Jangan melamun, nanti di datangi pula sama hantu itu.

RONI menoleh, menggeleng, tersenyum.

DANU

Kalau aku di datangi hantu wanita itu, sudah ku lawan dia dengan ayat kursi. Apa sih yang ditakuti dari hantu. Hanya makhlauk tak kasat mata.

ANJAS

Jangan sombong, Dan.
(Berbisik) Hati-hati, dia bisa mendengarmu. Bagaimana kalau dia ada di belakangmu sekarang, menyeringai tak terlihat.

DANU

Kita ini manusia, Bro. Kenapa pula harus takut sama setan. Alam kita kan berbeda dengan mereka. Begitu kalau kata guru ngajiku dulu.

RONI

(Menatap di kejauhan)

Ya. Kita dan mereka memang berbeda alam. Tapi itu bukan berarti kita tidak bisa menghargai keberadaan mereka juga. Bagaimana seandainya kematian gadis itu memang tidak wajar, dan dia ingin membalas dendam.

ANJAS

(Beranjak berdiri)

Ah, sudahlah. Jangan membahas soal itu lagi. Aku juga mau tidur.

DANU

(terbahak)

Kau penakut sekali. Hantu itu kan membalas dendam pada para cewek. Jangan menyerah sebelum bertanding lah, tidak seru nanti kalau aku menang tanpa usaha.

ANJAS

(Menggeleng)

Kalian ini benar-benar ya. Ku harap hantu itu mencekik kalian malam ini.(beat)
Tapi tenang saja. Kalau pun kalian mati malam ini, aku tidak berniat untuk memenangkan pertandingan. Aku masih ingin umur panjang.(Berlalu pergi)

DANU dan IRFAN terbahak.

RONI berdiri, menempel pagar, menatap ke jalanan gelap di bawah. Wajahnya tampak terkejut.


INTERCUT

2. EXT. ASRAMA ATLET - JALAN — MALAM

CAST: ALENKA

ALENKA duduk pada batang rendah pohon kenitu, kakinya berayun-ayun, kepalanya mendongak menatap balkon lantai 3.

Tatapannya bertemu tatapan Roni, Alenka melayang, menghilang.

CUT TO:


3. EXT. BALKON LANTAI 3 - MALAM

CAST: RONI, DANU, IRFAN

Roni menghela nafas panjang, berbalik, berjalan ke kamar mengikuti Anjas.

RONI (V.O)

Ada apa, Alenka. Ternyata benar kamu ada di sini. Ku harap kamu mau menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi padamu, Alenka.

DANU dan IRFAN menatap Anjas dan Roni hingga keduanya memasuki kamar.

DANU

(bergidig)

Apa kau pikir dia benar-benar bisa mendengar kita?

IRFAN

(Mengangkat bahu)

Entahlah.

DANU

Hei! Ku pikir kau yakin dengan kata-katamu.

IRFAN

Aku kan hanya mencoba menenangkan diriku sendiri. Habisnya mereka membuatnya terasa lebih menyeramkan. Apalagi sekarang tinggal kita berempat di sini.

DANU

Apa kau sekarang merasa takut?

IRFAN

Sial. Ya. Dan kenapa tiba-tiba rasanya dingin sekali di sini. (Bergidig)

DANU

Sialan. Jangan membuatnya semakin seram. (Menatap ke segala arah)

IRFAN

Katamu kau hafal ayat kursi. Kalau begitu ayo baca.

DANU

Apa kau pikir Citra dan Laluna tidak menghafalnya sama sekali?

IRFAN

Aku tidak yakin. Citra sepertinya pasti hafal.

DANU

Dan dia juga mati, kan.

Terdengar Bunyi kerosak dedaunan di dekat Danu dan Irfan.

DANU dan IRFAN menoleh kaget. Dahan pohon ketapang kencana tua di dekat mereka bergerak kencang.

IRFAN

(berdiri tegang)

K-kenapa pohon yang lain tidak bergerak?

DANU

M-mungkin, mungkin anak tupai (berdiri mencengkeram lengan Irfan)
Buruan pergi, ayo... (Mendorong panik)

IRFAN berbalik, berlari, diikuti Danu di belakangnya.

CUT TO:

ALENKA duduk di salah satu dahan pohon ketapang kencana, tertawa nyaring melihat dua korbannya lari ketakutan.

CUT TO:


4. INT. KAMAR ASRAMA — MALAM

CAST: DANU, IRFAN, ALENKA

DANU menunduk mencengkeram lutut. Nafasnya tersengal.

DANU

Sial! Kenapa kau lari.

IRFAN

Kau yang mendorongku.

DANU

Aku kan hanya mengajakmu buruan pergi. Kenapa kau lari.

IRFAN

Po-pohon i-itu. Bergerak sendirian. Yang lain diam. Aku yakin.

DANU

Ah, kau ini. Itu pasti hanya tupai yang tidak sengaja melompat.

IRFAN

Ya tapi kau juga takut, kan.

DANU

Kau berlari, bodoh. Kupikir kau melihatnya datang.

IRFAN

Aku... Aaaagrh..!

IRFAN melompat cepat, memeluk leher Danu dari belakang.

DANU

Aaaagrrhh...! (Menutup mata)

Beberapa saat kemudian teriakan keduanya berhenti.

DANU perlahan membuka mata. Melihat ke sekeliling kamar.

DANU

Ada apa?

IRFAN

A-ada yang melemparku dengan s-sesuatu.

DANU bergeser ke arah saklar.

IRFAN

Mau kemana, kau? (Mencengkeram leher Danu)

DANU

Heh! Jangan mencekik ku. Bisa mati aku. Aku cuma mau menyalakan lampu!

IRFAN melonggarkan cengkeraman.

DANU memasukkan kartu pada saklar, lampu menyala terang.

DANU

(Menatap tempat tidur Irfan)

Apa yang melemparmu?

IRFAN

Kalau aku tahu sudah kulempar kembali.

DANU dan IRFAN berjalan pelan, menatap waspada sekeliling.

Seekor katak melompat ke kaki Danu.

DANU

Aaaggrrrhhh....!

IRFAN

Aaaaggrrhhh....!

DANU dan IRFAN saling berpelukan, satu kakinya terangkat melingkari pinggang yang lainnya, melompat-lompat.

IRFAN

Katak. Katak, Dan. Itu hanya katak.

DANU berhenti melompat, Irfan berhenti. Keduanya menunduk. Mata mereka melihat seekor katak yang melompat-lompat ke bawah tempat tidur.

DANU

Sial! Mengagetkanku saja.

Pintu di ketuk. Danu dan Irfan melonjak kaget.

DANU

Siapa?!

ANJAS (O.S)

Dan! Fan! Kalian tidak apa-apa?

DANU membuka pintu.

DANU

Tidak. Ada katak masuk kamar.

RONI

Bagaimana katak bisa masuk kamarmu?

DANU

Kalau tahu caranya, sudah kutiru caranya masuk biar aku tak perlu naik turun tangga.

ANJAS

Haha... Ya sudahlah. Ku pikir kalian didatangi hantu.

ANJAS dan RONI berbalik pergi.

DANU menutup pintu.

DANU

Ke mana kataknya? Mereka mengganggu saja. Hilang kan itu katak.

IRFAN

Ke bawah tempat tidur.

DANU berjalan ke tempat tidur Irfan.

Lampu utama berkedip, lalu mati.

DANU

Jangan matikan lampunya. Bagaimana aku bisa menangkap kataknya?

IRFAN

Aku tidak mematikannya.

DANU menatap Irfan bengong.

DANU berjalan ke arah saklar, menekan saklar lampu utama. Lampu tidak menyala.

DANU

Oh, Sial! Apa listrik mati?

IRFAN

(Melongok jendela)

Tidak. Di luar terang.

DANU menekan semua saklar. Seluruh lampu tidur menyala, lampu utama padam.

DANU

Ayo, Fan. Kita tangkap dulu kataknya baru nanti hubungi petugas kalau lampunya mati. Keburu masuk almari katak itu nanti.(beat)
(Berjalan ke sisi tempat tidur) Kau berjaga dari sebelah sana.

IRFAN berjalan ke sisi lain tempat tidur.

DANU merunduk di sisi kiri, Irfan di sisi kanan. Keduanya bersiap mengahalau katak.

DANU melongok ke bawah tempat tidur, juga Irfan.

CUT TO:

ALENKA duduk di bawah ranjang, menatap Danu dan Irfan dengan mata merah.

DANU dan IRFAN geragapan, berlari menjauh dari tempat tidur.

DANU menabrak tempat tidurnya, IRFAN menabrak almari. Keduanya saling pandang.

DANU dan IRFAN

(Berlari bertabrakan di depan tv)

Aaaaaa...

IRFAN

S-ss setan, Dan. Sssetan...

DANU

A-aku tahu. Larinya ke sana, bodoh! (Memutar tubuh Irfan menghadap pintu)

DANU dan IRFAN berlari ke arah pintu.

DANU

K-kau yakin itu dia?

IRFAN

(mengangkat bahu)

Kau mau mengeceknya?

DANU

Apa sebaiknya kita pastikan sekali lagi sebelum berteriak minta tolong?

DANU dan IRFAN saling tatap beberapa detik, lalu mengangguk.

Mereka berjalan pelan ke dekat tempat tidur Irfan, menunduk, mengintip kolong tempat tidur. Kosong.

Keduanya saling berpandangan,(beat) kemudian tertawa.

DANU

Dasar bodoh!

IRFAN

Kau yang bodoh.

DANU

Dasar penakut. Untung kau belum berteriak-teriak di lorong. (terbahak)
Ayo tidur. Aku lelah.

IRFAN

Tapi kataknya?

DANU

(Menepuk dahi)

Oh, ya. Sial! Kemana katak sialan itu.

IRFAN

Mungkinkah sudah melompat keluar jendela.

DANU mengangkat bahu, menatap seluruh lantai dari sudut ke sudut.

DANU

Ya sudah. Nanti saja kalau dia muncul lagi. Sekarang aku mau mandi.

DANU berjalan ke lemarinya, membuka pintu lemari.

ALENKA berdiri di sudut gelap, mengawasi.

DANU mengambil kaus bersih yang di gantung. Tanpa dia tahu, tangannya hampir menampar wajah Alenka.

ALENKA memelotot.

IRFAN tiba-tiba bergidik, berjalan cepat ke arah Danu, menarik-narik lengan kaus Danu.

IRFAN

Dan, Dan! Aku ikut, Dan. Aku takut. (Menatap ke segala arah)

DANU

Hih! Ogah. Nanti kau nodai aku pula. (Menyingkirkan tangan Danu)

IRFAN

Aku masih doyan perempuan. Tapi sungguh aku takut, Dan. Aku takut di kamar sendirian.

DANU

Sialan! Kau ini laki-laki macam apa sih.

IRFAN

Dan, Dan! Aku serius, Dan. (Meraba tengkuk sambil bergidik)

DANU

Sana pergi ke kamar Anjas kalau kau takut.

IRFAN

Dan, Danu. Aku serius Dan. Kau jangan pergi mandi sendirian deh.

DANU bergeming, melangkah ke kamar mandi sambil berkalung handuk.

IRFAN menepuk dahi, duduk di tepi kasur Danu, lalu menyalakan tv.

CUT TO:


5. INT. KAMAR MANDI — MALAM

CAST: DANU

DANU menutup pintu kamar mandi, menaruh handuk di tempat handuk.

DANU membungkuk di atas wastafel, menatap bayangan dirinya pada cermin lebar. Wajahnya terlihat kusam dan lelah.

DANU mengambil sikatt gigi, menggosok gigi.

INTERCUT


6. INT. KAMAR ASRAMA — MALAM

CAST: IRFAN

IRFAN mengganti-ganti chanel tv dengan cemas, beberapa kali menoleh ke kamar mandi, terlihat waspada.

CUT TO:


7. INT KAMAR MANDI — MALAM

CAST: DANU, ALENKA, IRFAN

DANU selesai menggosok gigi, mencuci sikat gigi sambil memeriksa giginya di cermin.

DANU mengambil sabun cuci muka, mulai mengguyur wajahnya dengan air, menyabun seluruh wajah hingga berbusa.

DANU membuka mata, terlonjak kaget.

DANU melihat wajah Alena tepat di tempatnya seharusnya berdiri.

Geragapan panik, Danu segera membasuh wajah. Keran air mati. Danu membuka tutup keran, air tetap mati.

DANU menatap cermin, Alenka masih di sana, menatap marah.

DANU

Hey! Tunggu. Tunggu, jangan sekarang. Mataku perih ini, kau tidak boleh curang. Tunggu. Nyalakan airnya!

DANU meracau, meraba-raba apa pun yang bisa dipakai untuk membasuh wajahnya.

Keran menyala tiba-tiba. Danu menatap air, terlihat jernih.

DANU kembali menatap cermin.

DANU

(Meracau ketakutan)

Tunggu. Biarkan aku membasuh wajahku. Kau di sana saja, tunggu. Jangan mengotori airnya, kau mengerti kan? Kau jangan curang ya.

DANU menatap cermin dengan wajah ketakutan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

DANU membasuh wajah dengan air.

SOUND EFFECT

Suara ketukan pintu

DANU melonjak kaget, mundur dua langkah dari wastafel.

IRFAN (O.S)

Dan, Danu! Kau bicara dengan siapa?

DANU

Bre****! Sialan. Kau ini mengagetkanku saja. Aku sampai hampir melompat ke dalam kloset.

IRFAN

(Menggedor pintu)

Kau biacara dengan siapa?!

DANU

SETAN! Mau ikut?

DANU melirik cemin, bayangan Alenka hilang.

IRFAN

(Berteriak panik)

Yang bener kau Dan! Jangan bercanda soal makhuk begituan kau.

DANU membuka pintu.

DANU

Apa sih, berisik aja!

IRFAN

Sumpah Dan, aku dengar kamu bicara sendiri tadi. Sama siapa kau bicara.

DANU bergeming, berjalan melewati Irfan.


8. INT. KAMAR ASRAMA — MALAM

CAST: DANU, IRFAN, ALENKA

DANU berjalan ke tempat tidurnya, urung mandi.

IRFAN

Gak jadi mandi?

DANU

Nggak.

IRFAN

Kenapa?

DANU

(Berbisik)

Dia ngintip di dalam sana.

IRFAN menoleh sedikit sekali ke arah kamar mandi, cepat berbalik menatap Danu.

IRFAN

(Berbisik)

Siapa?

DANU

Anak itu. Yang... Itu.

IRFAN

A...

DANU

(Memotong Irfan)

Sssttt.... (Beat)
Dia di sana.

IRFAN

(melirik cemas)

Yang benar.

DANU mengangguk yakin.

IRFAN

(Berbisik tegang)

Kau sih. Kan sudah aku bilang jangan mandi. Setan biasanya senang membunuh di kamar mandi.(beat)
(Menoleh ke arah kamar mandi) Terus kita harus bagaimana?

DANU

(berbisik)

Makanya kau jangan ramai. Kita berjalan pelan-pelan, keluar. Malam ini kita tidur sama Anjas dan Roni saja.

IRFAN mengangguk.

Keduanya berdiri, berjalan pelan-pelan menuju pintu.

Tiba di pintu...

ALENKA berdiri tepat di hadapan mereka, menghalangi pintu.

DANU dan IRFAN

Huaaaa...!!!

ALENKA

Mau pergi ke mana?

DANU

A-anu, itu, setan...

ALENKA mendelik marah.

IRFAN menyikut keras pinggang Danu.

DANU

Eh, itu. Maksudku, kami mau... Itu Alenka, kami mau... Ya, mau mengambil orderan makanan. Nasi goreng. Ya nasi goreng. Di bawah. (Memaksa tersenyum)

IRFAN menginjak kaki Danu, Danu memberi isyarat untuk diam.

ALENKA berdiri bergeming di hadapan mereka.

DANU

T-tolong menyingkirlah. Aku hanya mau mengambil nasi goreng. Kau mau? (Ketakutan)

IRFAN

Atau kau mau bakso? Mau... Sate 50 tusuk? A-akan aku belikan, kok. Tapi kamu m-minggir dulu, Alenka.

DANU menepuk kening.

DANU (V.O)

Anak bodoooh...! Kau pikir Susana, doyan makan sate.

IRFAN

(merajuk)

Ayolah, girl. Kau bisa minggir untuk kami kan? Ku mohon...(mengatupkan kedua tangan)

ALENKA menatap dingin, melayang mendekat.

DANU dan IRFAN berlari mundur, bertabrakan, jungkir balik di lantai.

DANU

Minggir, bodoh! Ayo lari.

IRFAN

Mau minggir ke mana. Dia kan setan. Kau pikir dia bisa berhenti mengejar kalau kau sembunyi di dalam lemari.

DANU

Terserah. Yang penting berusaha dulu.

DANU berdiri menarik Irfan yang terlentang. Irfan ikut berdiri, mereka berlari ke sudut kamar.

ALENKA melayang mendekat, tanpa suara.

IRFAN

Dan, Dan, Danu! Ayo buruan pergi, Dan!

DANU

Ini sudah di pojokan, bodoh!

IRFAN

(Berbisik)

Balik, Dan. Balik. Lari ke pintu.

DANU menatap pintu, wajahnya terlihat sedang menilai jarak antara dirinya dengan pintu, dengan kekuatan berlarinya.

ALENKA melayang, berhenti tepat di depan keduanya. Tangan Alenka terjulur.

DANU menunduk, menarik lengan Irfan dan berlari ke arah pintu.

IRFAN terantuk kaki tempat tidur, berguling-guling di lantai.

DANU berbalik, menyeret Irfan.

ALENKA berdiri diam, memperhatikan.

DANU dan IRFAN mencapai pintu, menariknya terbuka. Pintu terkunci.

DANU

(panik)

Kartu, kartu! Kartunya! (Menunjuk arah saklar lampu tempat kartunya menempel)

IRFAN

Buka saja! Biar kartunya di situ. Tidak usah masuk lagi. (Mendorong Danu ke arah pintu, kepalanya menoleh menatap Alenka.

DANU

Terkunci, Fan! Ambil kartunya cepat.

IRFAN menoleh, menatap Danu.

IRFAN

Mana bisa. Dari dalam tidak bisa di kunci. Kau pikir pintu rumahmu!

DANU

(Berteriak)

Terkunciii... Tolol! (Menarik-narik handle pintu)

ALENKA tertawa nyaring. Suaranya menggema di dalam ruangan.

DANU dan IRFAN saling tatap, menoleh perlahan. Keduanya mundur, tubuhnya menempel di pintu.

ALENKA tertawa semakin keras, terdengar sangat menyeramkan.

IRFAN

(Berbisik)

Dan, bacakan surat-surat, Dan. Cepetan baca.

DANU

S-ss-surat apa?

IRFAN

Terserah. Surat yasin atau apa lah, yang penting doa.

DANU

Aku tidak bisa.

IRFAN

Sial! Kau tadi bilang hafal.

DANU

Itu 98 ayat, bodoh. Mana mungkin aku hafal.

IRFAN

(semakin panik)

Tapi kau tadi menyombong kalau hafal, Badrun!

DANU

Ayat kursi, bukan surat yasin, Bambang... (Suaranya terdengar hampir menangis)

IRFAN

Tidak masalah apa pun. Cepat baca!

DANU

Y-yy-yaaasiinn... (Beat)

IRFAN

KENAPA BERHENTI! (Menginjak kaki Danu)

ALENKA melayang mendekat, tawanya lirih tapi semkian menyeramkan.

DANU

Aku cuma hafal itu. Kan aku sudah bilang aku cuma hafal awalnya saja.

IRFAN Menepuk kening.

IRFAN

Kau bilang ayat kursi kau hafal!

DANU

Kalau panik begini aku lupa lah, Fan. (Beat)
(Menunduk menatap kedua kaki, tangannya mencengkeram lengan Irfan) Aku pipis di celana

IRFAN

Sialah! Jorok! Berak aja sekalian lu di celana.

DANU berlutut, mengatupkan kedua tangan, terlihat seperti menyembah.

IRFAN menatap bingung, ikut berlutut dan memohon.

IRFAN

Ampun, ampuni kami. Kami kan tidak pernah mengganggumu, kenapa kamu mengganggu kami.

DANU

K-kalau kau mau, kita bisa berteman. Berteman kan tidak harus satu alam. Berbeda alam juga bisa.
(Menoleh Irfan) ya kan, Fan. Iya, Fan. Cepat bilang iya. (Menyenggol-nyenghol lengan Irfan)

IRFAN mengangguk-angguk.

IRFAN

I,i, i-iya... Benar. Iya. Berteman sama hantu juga boleh, asal jangan di bunuh ya. Jangan ya Alenka. Tolong lah.

ALENKA tertawa.

ALENKA

(Menggema)

Aku tidak tertarik berteman dengan kalian.

DANU

Ooh, ayolah... Kami akan jadi teman yang baik, yang menyenangkan. Kita berteman saja, Alenka. Banyak kawan itu menyenangkan, sungguh.

IRFAN mengangguk-angguk cepat.

ALENKA kembali tertawa.

ALENKA

Tidak tertarik.

ALENKA melayang mendekat, mencekik keduanya.

DANU dan IRFAN terlempar ke pintu, tubuh keduanya perlahan terangkat.

DANU meninju, menendang, berkelit, berusaha meloloskan diri.

IRFAN menatap pasrah, tangannya menahan leher.

ALENKA terbahak, mencengkeram lebih erat.

DANU berhenti menyerang, memegangi lehernya. Berusaha membuka cengkeraman Alenka.

IRFAN meringis kesakitan, tapi diam.

ALENKA melepas cengkeraman, keduanya merosot di belakang pintu.

DANU berkelojotan beberapa kali, terlihat seperti kejang, kemudian berhenti, diam. Matanya memelotot, tatapannya kosong.

IRFAN berteriak, menggoyang-goyeng tubuh Danu.

ALENKA terbahak nyaring.

IRFAN menatap Alenka, terlihat ketakutan.

IRFAN

Jangan. Jangan, tolong jangan. (Menggeleng panik)

ALENKA

(Menggema)

Kau mau menyusul dia sendiri atau dengan bantuanku.

IRFAN

(Beringsut mundur) Tidak. Jangan. Jangan. Tolong jangan. Aku akan menyusul sendiri.

IRFAN beringsut mendekati Danu, menelungkup di atasnya, pura-pura mati.

ALENKA

Kau mempermainkanku!

ALENKA melayang mendekat.

IRFAN cepat-cepat bangun.

IRFAN

Tidak, tidak. Ya, maafkan aku. Maafkan aku.

IRFAN matap ketakutan, berlari menjauhi Alenka, menabrak meja, merepet di bawah jendela.

ALENKA berbalik. Menatap Irfan dengan mata merah menyala.

ALENKA melayang pelan mendekati Irfan.

IRFAN berteriak ketakutan, berlari ke balkon.

CUT TO:


9. EXT. BALKON KAMAR — MALAM

CAST: ALENKA, IRFAN

ALENKA terbahak.

IRFAN berjalan mundur, punggangnya menempel pagar.

IRFAN

J-j-jangan. Jangan ke sini. Aku belum mau mati. Tolong kasihani aku. (Menggeleng panik)

ALENKA mengangkat kedua tangan.

IRFAN terangkat, terbalik di udara, jatuh melewati balkon.

CUT TO:


10. EXT. PELATARAN PARKIR — PAGI

CAST: IRFAN, PANITIA, SATPAM

Tubuh Irfan terlentang di atas rumpun bunga hidrangea. Darah keluar dari hidung, mulut dan telinganya.

PETUGAS KESEHATAN membawa tubuhnya di atas tandu, di masukkan ke dalam ambulance.

PANITIA 1

Apa yang terjadi. Apa teman sekamarnya tak tahu dia terjatuh?

SATPAM

Saya menemukannya sudah tergeletak di sini pagi tadi, saat berkeliling.

PANITIA 2

Kami belum mengecek kamarnya.

PANITIA 1

Ayo.

Kerumunan kecil perlahan bubar.

CUT TO:


11. INT. KAMAR ASRAMA — PAGI

CAST: PANITIA

DUA PANITIA mengetuk kamar Danu.

Tidak ada jawaban.

PANITIA 1

Danu! Danu, buka pintunya.

PANITIA 2 (38th), menempelkan telinga di pintu, mendengarkan.

PANITIA 1

DANU...!

PANITIA 2

Bagaimana kalau kita meminjam kunci kamar?

CUT TO:

PANITIA 1 (32th), Kembali membawa kartu kunci kamar.

PANITIA 2 menerima kartu, menggesek pada pintu.

Pintu di dorong terbuka, berat, seolah terganjal sesuatu.

PANITIA 2 mendorong paksa.

PANITIA 2 melongokkan kepala ke dalam kamar.

PANITIA 2

ASTAGA! DANU...!

PANITIA 1

Ada apa?

PANITIA 2 mendorong pintu lebih lebar, merangsek masuk.

PANITIA 1 membelalak, menatap mayat Danu.

PANITIA 2

(Berdiri mematung)

Panggil petugas keamanan! Ambulance. Petugas kesehatan. Telepon mereka.

PETUGAS 1 berbalik, berlari pergi.

FADE OUT



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar