Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
THROPY KEMATIAN
Suka
Favorit
Bagikan
1. Bagian #1

FADE IN

1. EXT. RUMAH ALENKA — MALAM

Rumah besar tiga tingkat bergaya emporio bernuansa hitam putih. Di sisi belakang rumah, disudut kanan taman luas, terdapat paviliun kecil bobrok, seperti gudang tak terawat.


2. INT. PAVILIUN — MALAM

CAST: ALENKA

ALENKA (16th), tubuhnya bergelung di lantai kotor penuh debu tebal yang sudah lengket. Tangan dan kakinya terikat. Rambut panjangnya terburai awut-awutan. Matanya sembab dan menghitam.

ALENKA

Maafkan Lenka, Papa, Mama. Lenka minta maaf. Lenka sudah berusaha.

ALENKA menangis. Tubuhnya berguncang keras di atas lantai dingin tanpa alas.

ALENKA

(Meracau)
Alenka minta maaf. Mama tolong Lenka, Ma. Papa, Alenka akan membayar kekalahan Alenka. Tolong lepaskan Lenka. Lenka akan menebus kekalahan Lenka. Jangan hukum Alenka lagi, Papa. Alenka mau sekolah. Alenka ingin bertemu teman-teman.

ALENKA terisak sesekali. Perlahan nafasnya mulai teratur, kemudian tertidur.

FADE OUT

TITLE : THROPY KEMATIAN



FADE IN

1. EXT. TAMAN BELAKANG — SIANG

CAST: ALENKA, MAMA ALENKA, MISS ANISA

FLASHBACK (14 tahun yang lalu)

ALENKA kecil (3th), tubuh gembul, bulat, rambut model bob dengan poni menggantung seperti dora, berlarian di taman belakang yang ditumbuhi rumput taman yang terpangkas rapi. Tawanya lepas, terlihat sangat riang.

CUT TO:

MAMA ALENKA (34th), menengok dari balik pintu.

MAMA ALENKA

(Berteriak)
Alenka...! Ayo. Miss Anisa sudah datang.

ALENKA berhenti berlari, menoleh dengan wajah cemberut.

MAMA ALENKA melambani dengan tidak sabar.

ALENKA melangkah gontai ke arah ibunya.

ALENKA

(merengek)
Tapi Alenka masih ingin main, Ma.

MAMA ALENKA

(Menatap galak)
Sudah, jangan banyak mengeluh. Belajar dulu. Kalau tanggung jawab sudah selesai baru bermain lagi.

ALENKA

Tapi kan Alenka sudah belajar. Alenka masih ingin main sebentar lagi.

MAMA ALENKA menyentak lengan Alenka kasar, menariknya masuk.

ALENKA terseok mengikuti langkah mamanya menuju ruang tengah.

Wajah ALENKA terlihat sedih, matanya berkaca-kaca, tetapi tidak berani menangis.

MAMA ALENKA

(tersenyum ramah)
Maaf menunggu lama, Miss Anisa. Alenka ini kalau sudah bermain, susah sekali diajak berhenti. Bandel sekali.

MISS ANISA (27TH), duduk di kursi bundar di depan grand piano, menoleh.

MISS ANISA berdiri, tersenyum.

MISS ANISA

Tidak apa-apa, mama Lenka. Saya mengerti. Alenka kan masih anak-anak, tentu saja keinginan bermainnya masih sangat besar.

MAMA ALENKA

Bagi saya, tanggung jawab harus diajarkan sejak masa kanak-kanak. Biar tidak terbawa sampai besar, maunya malas-malasan terus. (Terlihat tersinggung pada ucapan miss Annisa)

MISS ANNISA

(Tersenyum)

Anda benar, Mama Lenka.(beat)
(Menatap Alenka) Ayo Alenka sayang. Kita bermain dengan bunyi-bunyian indah di sini, ya. (Tersenyum lebar)

ALENKA cemberut, berjalan mendekat dengan kaki terseret.

MAMA ALENKA berbalik, pergi meninggalkan ruangan.

MISS ANISA

Kenapa Alenka cemberut?

ALENKA

(Mengeluh)

Alenka ingin main. Tadi Alenka sudah belajar matematika, bahasa inggris, dan melukis. Alenka sudah capek. Alenka ingin main sebentar saja, Miss.

MISS ANISA

(Tersenyum)

Ooh, jadi Alenka lelah belajar?

ALENKA mengangguk. Matanya menatap grand piano dengan tatapan sebal.

MISS ANISA

(berbisik)

Kalau begitu, bagaimana kalau hari ini kita bermain-main saja?

ALENKA menoleh pada Miss Anisa, membelalak senang.

ALENKA

(Berseru senang)

Miss Anisa mau main apa?

MISS ANISA

(Menempelkan telunjuk di bibir)

Sstt.. jangan keras-keras. Nanti kalau mama tahu, kita bisa dihukum.

ALENKA menutup mulut menggunakan kedua tangan.

MISS ALENKA

(berbisik)

Jadi, Alenka mau main apa?

ALENKA menatap langit-langit, berpikir.

MISS ANISA

Bagaimana kalau kita main tebak nada dan tebak lagu? Seru kan? Dan mama juga akan berpikir kalau kita sedang berlatih.

ALENKA terlihat berpikir sejenak, kemudian mengangguk senang.

CUT BACK TO:


4. INT. PAVILIUN — MALAM

CAST: ALENKA

ALENKA membuka mata. Matanya menatap nyalang ke segala arah.

ALENKA terpaku pada sudut ruangan, menatap ngeri.

ALENKA

Tidak! tidak! Mama... maafkan Alenka. Alenka berjanji Alenka akan rajin berlatih. Alenka berjanji, Ma. Alenka tidak akan bermain-main lagi dengan Miss Anisa. Maafkan Alenka, Ma. Maafkan Alenka. Jangan hukum Alenka!

ALENKA duduk dengan susah payah, tubuhnya beringsut mundur.

ALENKA

(berteriak panik)

Tidaaak...! tidak mau. Alenka tidak mau di pukul. sakit, Mama. sakit. (Beat)
Sakit, Ma. Tolong Alenka. Alenka mau belajar dengan miss Anisa. Alenka mau ikut lomba lagi. Alenka mau menang. Jangan hukum Alenka lagi, Mama. Mama... Tolong hentikan papa. Sakit, Ma. Sakit.

ALENKA menyembunyikan kepalanya di antara lutut, menunduk. Tangisnya terdengar keras.

CUT TO:

ALENKA mendongak tiba-tiba, menatap ke seluruh ruangan kosong yang suram.

ALENKA

(berbisik)

Mama... (Beat)
(Menatap ke segala arah) Mama, Alenka takut, Ma. Alenka takut. (Beat)
Gelap. Alenka takut, Ma. Tolong lepaskan Alenka, Mama.
(terisak pelan) Papa, maafkan Alenka. Alenka tidak mau di kurung di sini. Wanita itu terus-terusan menatap Alenka, Pa. Alenka takut, Papa.

ALENKA kembali menatap ke segala arah. Tampak waspada seperti sedang menunggu sesuatu, mendengarkan.

SOUND EFFECT

Derik jangkrik dan desir angin menerpa dedaunan.

ALENKA

(Berbisik)

Jangan. Jangan ke sini, jangan!

ALENKA berusaha berdiri, tetapi tangan dan kakinya terikat. Alenka terjatuh.

ALENKA bergelung, menyembunyikan wajah di balik lengannya, terisak.

ALENKA

Maafkan Alenka, Papa. Alenka berjanji tidak akan kalah lagi. Alenka akan berusaha.(beat)
(Menangis) Mama. Lepaskan Alenka, Ma. Tolong Alenka. Alenka tidak akan kalah lagi. Alenka berjanji tidak akan kalah lagi. Alenka berjanji. Tolong lepaskan Alenka.

ALENKA mendongak, menatap dinding kosong penuh benci.

ALENKA

(Terisak)

Aku akan membalas kekalahanku. Semua ini karena kamu! Karena kamu papa marah. Karena kamu papa membenciku. Aku akan membalasmu. Aku akan menghukummu karena berani mengalahkanku dan membuat aku di hukum di tempat ini. Kau akan merasakan kekalahanku, Laluna. Kau harus merasakannya.

DISOLVE TO:


5. INT. GELANGGANG OLAH RAGA — SIANG

CAST: ALENKA, LALUNA, PAPA ALENKA

FLASHBACK (pertandingan bulu tangkis)

ALENKA (16th), rambutnya di kuncir ekor kuda, tubuh berisi, pipi cubby. Berdiri di tengah lapangan, bersanding dengan lawan tandingnya yang dua puluh centimeter lebih tinggi darinya.

Senyum penuh kebanggaan terlihat jelas di wajah keduanya.

WASIT meniup peluit, ALENKA dan LALUNA (18th), menempati posisi.

Set ke 3. Pertandingan berlangsung seru selama 41 menit. Kedua kubu sama kuat. Scor akhir 20-20. Draw.

ALENKA terlihat panik. Menoleh takut-takut pada papanya yang duduk di tribune paling dekat.

PAPA ALENKA (52th), menatap galak. Tangannya membuat isyarat menebas leher.

CUT TO:

ALENKA terlihat sangat panik. Dua kali gagal menangkap umpan lawan. Deuce dimenangkan oleh lawan.

CUT TO:

ALENKA menunduk dengan murung.

SOUND EFFECT

Tepuk tangan

ALENKA mencuri pandang pada papanya di kejauhan. Tidak ada senyuman. Hanya tatapan marah penuh kekecewaan. Mamanya menatap datar.

ALENKA menggigit bibir, kembali menunduk.

ALENKA (V.O)

Maafkan Alenka, Papa. Jangan hukum Alenka. Alenka sudah berusaha. (Beat)
Alenka tahu ayah pasti marah. Ayah pasti kecewa. Ayah pasti akan menghukum Alenka. Alenka minta maaf. Mama, Alenka minta maaf.

CUT BACK TO:


6. INT. PAVILIUN — MALAM

CAST: ALENKA

Alenka menggigil di tempatnya bergelung. Wajahnya cekung, terlihat kurus dan kumal. Matanya menatap ketakutan.

ALENKA

(meracau)

Mama, Alenka takut, Mama. Tolong lepaskan Alenka.(beat)
Papa, Alenka berjanji akan menebus kekalahan Alenka. Tolong lepaskan Alenka, Papa. Maafkan Alenka.(Beat)
Mama, Papa, lepaskan Alenka. Alenka takut. Alenka takut.

ALENKA diam, matanya terpejam.

ALENKA

(meracau)

Mama, Papa, Alenka tidak mau pergi. Alenka mau sama mama, sama papa.

ALENKA kembali diam. Matanya tetap terpejam, seolah dia sedang berbicara dalam tidurnya.

ALENKA

(menggeleng ketakutan)

Lepas! Lepaskan aku! Aku tidak mau pergi. Aku mau di sini. Lepas! Tolooong! Tolong mama. Papa. Tolong Alenka!(beat)

ALENKA kembali terdiam. Tidur. Nafasnya teratur.

ALENKA

(Menggeleng-geleng gelisah)

Jangan. Jangan. Lepaskan aku! Jangan bawa aku!
Mama! Papa! Alenka tidak mau pergi. Mama tolong Alenka. Papa. Alenka mau sama papa.

Tubuh ALENKA menjejak, menggelinjang, berjengit keras dalam ikatan.

Dia berteriak, meracau tidak jelas. Lalu kembali bergelung, meringkuk, menggigil, terisak keras sampai tubuhnya berguncang.(Beat)

Alenka duduk tersentak, menoleh ke sekeliling ruangan, matanya membelalak ketakutan.

ALENKA

(panik)

Jangan! Jangan! Jangan! Jangan bawa aku pergi. Papa akan memaafkanku. Mereka akan melepaskanku. Aku akan membayar kekalahanku. Jangan! Lepaskan aku...!

Alenka beringsut ke sudut ruangan dengan susah payah. Kaki dan tangannya masih terikat.

Alenka menunduk, menyembunyikan wajah di lututnya yang tertekuk, menangis sesenggukan sambil menggeleng kuat-kuat.

ALENKA

Jangan. Jangan, tolong, jangan. Jangan bawa aku.

JUMP CUT TO:


7. INT. PAVILIUN — PAGI

CAST: BIBI NORA

Pintu paviliun terbuka. Cahaya matahari menyorot ke dalam ruangan.

Bibi Nora (50th), asisten rumah tangga Alenka, berdiri di ambang pintu membawa nampan berisi sepiring nasi dan lauk, dan segelas minuman. Dan ada kue tart kecil di atas lepek yang dihiasi lilin mungil berbentuk angka 17.

BIBI NORA menatap ke sekeliling ruangan yang tampak kosong.

Ruangan segi empat dengan cat putih mengelupas di sana sini, gorden berlubang dimakan ngengat dan kaca yang sudah retak-retak, dipan reyot tanpa kasur di sudut belakang, terlihat begitu menyeramkan di mata Bibi Nora.

BIBI NORA

Non... Non Alenka.

BIBI NORA menatap sekeliling sekali lagi. Diam, menunggu.

BIBI NORA

Non Alenka...

BIBI NORA menatap jendela belakang, kayu yang menutup bingkainya terlepas sebelah.

BIBI NORA meletakkan nampan di samping pintu, berlari cepat kembali ke rumah besar.

CUT TO:


8. INT. DAPUR RUMAH BESAR — PAGI

CAST: BIBI NORA, MAMA ALENKA, PAPA ALENKA

BIBI NORA berlari memasuki bangunan utama melalui pintu belakang.

Memasuki dapur, BIBI NORA berteriak-teriak panik.

BIBI NORA

(panik)
Nyonya! Tuan! Nyonya...!

MAMA ALENKA melongok dari balik pintu.

MAMA ALENKA

(Menatap keheranan)
Ada apa denganmu?

BIBI NORA

(Tersengal)
Nona, nona... Alenka. Hilang.

PAPA ALENKA

(Muncul dari balik punggung istrinya)

Hilang? Hilang bagaimana?

BIBI NORA

(Menatap papa Alenka)

Dia, dia tidak ada di gudang, Tuan. Nona tidak berada di sana.

MAMA ALENKA

Apa maksudmu? Apa kau sudah mencarinya?

BIBI NORA

Ruangan itu kosong, Nyonya. Saat saya membuka pintu, nona Alenka sudah tidak ada di sana.(beat)
K-kayu yang menutup jendela belakang terlepas, Tuan.

PAPA ALENKA

(Bergumam jengkel)

Omong kosong. Kaki dan tangannya terikat.

PAPA ALENKA berjalan ke pintu, diikuti mama Alenka.

BIBI NORA berjalan cepat di belakang keduanya.

CUT TO:


9. EXT. TAMAN BELAKANG — PAGI

CAST: PAPA ALENKA, MAMA ALENKA, BIBI NORA

PAPA ALENKA dan MAMA ALENKA berjalan menyeberangi lapangan rumput. Bibi Nora mengikuti di belakang, setengah berlari.

PAPA ALENKA melihat pintu depan paviliun terbuka.

PAPA ALENKA

(bicara tanpa menoleh)

Kau meninggalkan pintunya terbuka?

BIBI NORA

(gugup)

Ma, maaf, Tuan. Saya, panik.

PAPA ALENKA

Kalau dia hilang, kau yang akan menggantikan tempatnya.

BIBI NORA membuka mulut, tetapi tidak bisa bicara.


10. INT. PAVILLIUN KOSONG — PAGI

CAST: PAPA ALENKA, MAMA ALENKA, ALENKA, BIBI NORA

PAPA ALENKA mendorong pintu sampai terbuka sepenuhnya.

Pintu berbalik menutup, seolah ada yang mendorongnya dari belakang.

PAPA ALENKA

(terkejut)

SIAL! (Menangkap daun pintu yang hampir menghantam wajahnya).

PAPA ALENKA menahan pintu, melongok ke baliknya.

Laki-laki itu melihat Alenka, sedang meringkuk di sudut, tubuhnya bergelung. Satu kakinya terbujur lurus mengganjal pintu. Tubuhnya menbentuk huruf L dengan punggungnya menempel tembok. Matanya yang tampak menonjol terpejam.

PAPA ALENKA

(Bertanya marah)
Anak Bodoh! sedang apa kau di sana?!

MAMA ALENKA

Apa itu Alenka?

PAPA ALENKA

Bangun, Bodoh!

PAPA ALENKA berjalan ke balik pintu, menendang kaki Alenka.

MAMA ALENKA mengikuti, melongok ke belakang pintu.

MAMA ALENKA

Alenka...

Alenka tidak menyahut.

PAPA ALENKA

BAGUN! Bangun pemalas! (Beat)
Pantas saja tidak bisa menjadi yang nomer satu. Dasar pemalas.

PAPA ALENKA menendang keras kaki Alenka yang terbujur.

MAMA ALENKA memekik kecil, mentap kaget tubuh Alenka yang tidak bergerak.

MAMA ALENKA

Alenka... Alenka sayang!

ALENKA diam tak bergerak.

MAMA ALENKA berjongkok, menyentuh kaki Alenka dengan ujung jarinya.

Kepala MAMA ALENKA perlahan mendongak, menatap PAPA ALENKA.

PAPA ALENKA mengangkat alis.

MAMA ALENKA

(berbisik)

Kaki Alenka dingin, Pa.

PAPA ALENKA

Apa maksudmu?

MAMA ALENKA

Kemarilah. Kakinya sangat dingin dan kaku.

PAPA ALENKA menunduk, tangannya terjulur menyentuh ujung jari kaki Alenka.(Beat)

PAPA ALENKA menggoyang-goyangkan ibu jari kaki Alenka.

ALENKA tetap terpejam. Seluruh tubuhnya berguncang.

PAPA ALENKA

Lenka! Kau jangan berlagak. Bagun!

ALENKA diam.

PAPA ALENKA

(marah)

Lenka! BANGUN! (Menendang keras kaki Alenka)

Tubuh Alenka bergerak dari ujung kaki sampai kepala. Kakinya tetap menekuk membentuk huruf L.

MAMA ALENKA

(Cemas)

Papa.(mendongak menatap papa Alenka)
Apa tidak perlu kita panggil dokter?

PAPA ALENKA

Tidak perlu. Paling-paling dia hanya berakting supaya dilepaskan.

MAMA ALENKA

Tapi, Pa. Tubuhnya sudah dingin dan kaku.

PAPA ALENKA

Biarkan saja. Nanti juga bangun sendiri.

MAMA ALENKA

(Berteriak tertahan)

Pa! Jangan keterlaluan. Lihat dia. Kita harus segera memanggil dokter!

PAPA ALENKA

Ya sudah terserah kau. Urus saja semuanya sendiri kalau kau sudah merasa pintar.

Papa Alenka berbalik, berjalan meninggalkan pavilliun. Ini

FADE OUT



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar