Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
The Cursed Princess
Suka
Favorit
Bagikan
7. RAJA SEJATI
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. ALUN-ALUN ISTANA PRAMBANAN - PAGI

Pagi mulai menyingsing. Bandung beserta seluruh pasukan Pengging memasuki gerbang istana Prambanan. Seluruh rakyat menatap Bandung dengan tatapan takut. Seorang anak kecil bersembunyi di balik kaki ibunya karena merasa terancam. Jonggrang menatap Bandung dengan tatapan kebencian dari teras istana. Saka, pelindungnya, berdiri di sebelahnya. 

Bandung terus berjalan menuju istana. Sesampainya di depan istana, Bandung melihat Jonggrang yang menatapnya dengan tatapan dingin. Bandung hendak menyapa, namun Jonggrang justru membuang muka dan berjalan masuk ke istana Prambanan, diikuti oleh Saka. Bandung terlihat sedih, namun terus berjalan hingga ke teras Istana.

Bandung berdiri tegap menghadap seluruh rakyat Prambanan yang berkumpul di alun-alun. Bandung menarik napas panjang.

BANDUNG BONDOWOSO

Wahai seluruh rakyat Prambanan. Mulai hari ini, aku menegaskan, bahwa Prambanan telah berada dibawah kekuasaanku! Siapapun yang ingin menentang, aku persilahkan untuk maju saat ini juga!

Rakyat Prambanan tak bersuara. Perlahan terdengar bisikan-bisikan kecil bernada negatif. Bandung menghela napas, mencoba untuk lebih tenang.

BANDUNG BONDOWOSO

Hari ini, aku berbicara dengan kesedihan yang mendalam. Prambanan telah kalah. Tapi, Paduka Raja Karungkala adalah seorang raja sekaligus kesatria yang hebat. Ia bertarung dengan gagah berani, memperjuangkan hak rakyat Prambanan hingga saat terakhirnya. Ia telah menunjukkan padaku tentang arti menjadi Raja yang sesungguhnya.
Kepergiannya telah membuat semua orang berduka. Perang telah merenggut banyak hal yang kita cintai. Sudah seharusnya, perang yang berkepanjangan ini dihapus dari muka bumi. Janji yang ia buat untuk mengabdi dan membawa kedamaian di tanah ini, akan kulanjutkan hari ini, hingga akhir hidupku.

Rakyat Prambanan menangis. Jonggrang yang mendengarkan dari dalam istana pun ikut menangis, didampingi Saka dan Kirana. Bandung meninggalkan alun-alun dengan raut wajah penuh kesedihan.


CUT TO:


EXT. TAMAN PRAMBANAN - PAGI

Bandung berdiri sambil sesekali menyentuh bunga yang ada di taman. Oswara mendampinginya dari belakang.

BANDUNG BONDOWOSO

Sudah lama aku mengagumi taman ini. Terlihat rapi, bersih, dan sangat terawat. Kupikir, setelah melihat keindahan taman ini, suasana hatiku akan ikut membaik. Tapi bunga-bunga ini pun tak mampu untuk mengobati kekecewaanku.

OSWARA

Kau melakukan apa yang seharusnya. Ini semua demi kedamaian kedua kerajaan.

BANDUNG BONDOWOSO

(diam sejenak)
Semoga begitu. Karena semua itu tergantung pada satu tugas terakhir yang harus kuselesaikan.

OSWARA

Apa yang harus kita lakukan setelah ini?

BANDUNG BONDOWOSO

Kita akan berperang sekali lagi. Kali ini lebih berat karena yang akan kita lawan adalah teman kita sendiri dan barangkali keluarga kita sendiri.

OSWARA

Apa maksudmu?

Tiba-tiba Yodha datang. Oswara naik pitam dan hendak memukul Yodha.

OSWARA

Mau apa kau ke sini dasar bajingan!!

BANDUNG BONDOWOSO

Hentikan, Oswara! Aku yang mengundangnya ke sini.

YODHA

Tunjukkan sedikit rasa hormatmu!

OSWARA

(menatap Bandung heran)
Gusti Pangeran?

BANDUNG BONDOWOSO

Aku akan menyerang Pengging.

Oswara dan Yodha terkejut.

BANDUNG BONDOWOSO

Aku membutuhkan bantuanmu, Yodha.

OSWARA

Tunggu! Apa Gusti Pangeran mempercayainya? Dia adalah kaki tangan Raja, dia bisa saja mengkhianati kita lagi.

BANDUNG BONDOWOSO

(menatap Yodha lama)
Aku mengakui kemampuanmu sebagai ahli strategi. Sudah sepantasnya kau menjadi penasihat utama di Pengging. Jika kau mau membantuku naik tahta, aku akan memberikan posisi itu kepadamu.

YODHA

(memberi hormat)
Sungguh, saya sudah menantikan hal ini sejak lama. Mohon maaf atas kelancangan saya tempo hari. Tapi semua itu saya lakukan, semata-mata untuk menyiapkan panggung bagi kelahiran Raja Bandung Bondowoso. Saya sangat senang Anda sepemikiran dengan saya. Saya berjanji, saya akan melayani Anda dengan seluruh kemampuan saya.

BANDUNG BONDOWOSO

(menatap Yodha serius)
Tak usah banyak bicara. Aku ingin kau pergi ke Pengging untuk mengabarkan kemenangan kita. Aku juga ingin kau membuat para rakyat, prajurit, bahkan pelayan istana untuk menentang Raja dan memihak kita.

OSWARA

(tersenyum sinis)
Tugas yang cocok untukmu. Aku dengar kau pintar menghasut. Sama saat kau menghasut Raja.

YODHA

(menatap Oswara dingin)
Akan saya laksanakan, Gusti Pangeran

BANDUNG BONDOWOSO

Pergilah.

Yodha memberi hormat, kemudian pergi meninggalkan taman.

OSWARA

Seharusnya kau mempercayakan tugas itu kepadaku. Yodha bisa saja berkhianat kapanpun.

BANDUNG BONDOWOSO

Mulai sekarang, Yodha akan menjadi tanggung jawabku. Kau akan tetap di sini dan memastikan seluruh prajurit kembali pulih dan segera bersiap untuk perang terakhir kita.

OSWARA

Lalu bagaimana denganmu?

BANDUNG BONDOWOSO

(bingung)
Aku?

OSWARA

Ya. Kau dan hubunganmu dengan adik Karungkala. Aku yakin dia sudah mendengar kabar kematian kakandanya.

BANDUNG BONDOWOSO

(menatap bunga kesukaan Jonggrang)
Dia memang sudah tahu. Tapi aku tidak tahu bagaimana aku harus menghadapi Jonggrang. Jonggrang adalah perempuan yang keras. Tidak akan mudah menjelaskan semuanya padanya.

OSWARA

Sejak awal, hubunganmu dengannya memang tidak pernah mudah.

Bandung terdiam. Wajahnya terlihat semakin sedih.

OSWARA

Kau ingin aku menyiapkan pemakaman untuk Karungkala?

BANDUNG BONDOWOSO

Tidak. Aku sendiri yang akan menyiapkan pemakaman Karungkala.


CUT TO:


EXT. AREA PEMAKAMAN RAJA PRAMBANAN - SORE

Suasana mendung. Seluruh rakyat Prambanan berkumpul dalam duka.

BEGIN MONTAGE

A. Prosesi pemandian jenazah Karungkala.

B. Prosesi pemasangan Lembu Kayu.

C. Prosesi pembakaran jenazah Karungkala oleh Bandung Bondowoso.

D. Jonggrang menangis hingga pingsan karena tak kuat melihat prosesi pembakaran, didampingi Saka dan Kirana.

E. Bandung berdiri termenung menatap api jenazah Karungkala didampingi Oswara.

END OF MONTAGE


CUT TO:


INT. KAMAR RORO JONGGRANG - MALAM

Kirana masuk ke kamar Jonggrang dengan membawa minum lalu meletakkan gelasnya di atas meja. Jonggrang sedang berdiri menghadap jendela seraya memegangi kalung pemberian Bandung seraya memikirkan sesuatu.

KIRANA

Sebaiknya Gusti Putri segera tidur, sudah malam.

RORO JONGGRANG

Aku belum mengantuk.

Kirana memandangi Jonggrang dengan tatapan sedih.

RORO JONGGRANG

Bagaimana keadaan diluar?

KIRANA

Sejauh ini, kondisi kerajaan aman terkendali. Dibawah komando Pangeran Bandung, seluruh prajurit yang terluka sudah mendapatkan perawatan. Para prajurit yang gugur pun telah dimakamkan.

Roro Jonggrang diam, seolah ingin menanyakan sesuatu, tapi ragu.

KIRANA

Saat ini Pangeran Bandung sedang beristirahat di kamar mendiang Paduka Raja.

RORO JONGGRANG

Terima kasih, Kirana. Aku juga ingin beristirahat.

KIRANA

Kalau begitu saya pamit.

Kirana keluar dari kamar Jonggrang.

Jonggrang berjalan menuju mejanya lalu meletakkan kalung pemberian Bandung di sebelah belati yang biasa dia bawa.


CUT TO:


INT. KAMAR KARUNGKALA - MALAM

Di kamar Karungkala yang diterangi cahaya bulan, Bandung tidur. Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Cahaya dari luar merayap masuk bersamaan dengan sesosok hitam yang menelusup masuk ke kamar tempat Bandung tidur. Sosok itu berjalan mendekat ke ranjang Bandung.

Sosok hitam yang memakai masker itu mengangkat pisau dan hendak menancapkannya di dada Bandung. Belum sempat itu terjadi, Bandung sudah terbangun dengan mata terkejut dan ketika sosok hitam itu hendak menikamnya dengan pisau, Bandung segera berguling menjauh lalu melompat untuk berdiri.

BANDUNG BONDOWOSO

Siapa kau?!

Alih-alih menjawab, sosok itu justru semakin membabi buta menyerang Bandung. Bandung yang sudah waspada, membalas serangan sosok hitam itu dan berhasil membuat sosok itu kehilangan pisaunya. Dengan gerakan singkat, Bandung membekuk sosok misterius itu dan membuka masker di wajahnya. Bandung terkejut saat mendapati Jonggrang di balik masker itu.

BANDUNG BONDOWOSO

(terkejut)
Jonggrang?

Bandung yang terkejut melemahkan cengkeramannya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Jonggrang untuk membalik keadaan. Jonggrang segera melepaskan diri dari bekukan Bandung, menarik belati di balik bajunya, lalu meletakkan belatinya di leher Bandung.

BANDUNG BONDOWOSO

(tersenyum)
Kau semakin hebat, Jonggrang

RORO JONGGRANG

Diam!!!

BANDUNG BONDOWOSO

Apa kau akan membunuhku?

Tangan Jonggrang mulai gemetar tetapi justru semakin menekan belatinya ke leher Bandung.

BANDUNG BONDOWOSO

Kalau kau ingin membunuhku dan itu membuatmu merasa lebih baik, lakukan sekarang!

Jonggrang mulai menangis dalam amarah.

BANDUNG BONDOWOSO

Tapi kau harus selalu ingat Jonggrang aku mencintaimu meskipun kau membenciku

RORO JONGGRANG

DIAM!!! BAJINGAN KAU BANDUNG!!!
(menarik belatinya di leher Bandung)
AAAARGGHHH!!!

Darah menetes dari ujung belati Jonggrang. Belati Jonggrang berhasil melukai leher Bandung namun hanya luka kecil. Jonggrang menunduk dalam dan membiarkan belatinya terjatuh di lantai. Dia menangis, tetapi dalam diam. Bandung segera menguasai diri. Dia menghampiri Jonggrang lalu memeluk Jonggrang. Jonggrang hanya berdiri mematung. Dia tidak menolak juga tidak membalas pelukan Bandung.

BANDUNG BONDOWOSO

(berbisik)
Maafkan aku, Jonggrang. Maafkan aku.

Tiba-tiba Oswara datang dengan dua ajudan di belakangnya.

OSWARA

(berlari masuk)
Apa yang ter-

Oswara terkejut melihat Jonggrang ada di dalam kamar Bandung.

Jonggrang tetap dalam diamnya. Bandung melepas pelukannya yang terasa dingin itu, lalu berbalik ke arah Oswara.

BANDUNG BONDOWOSO

Ajudan, tolong antar Jonggrang ke kamarnya. Dia ingin istirahat

AJUDAN BANDUNG

(memberi arah pada Jonggrang)
Mari saya antar, Gusti Putri.

Jonggrang melangkah keluar bersama dengan ajudan.

BANDUNG BONDOWOSO

Tunggu!

Bandung memungut belati Jonggrang beserta sarungnya lalu mengembalikannya pada Jonggrang. Bandung meraih tangan Jonggrang lalu meletakkan belati di tangannya. Jonggrang tetap membisu dalam kesedihan dan kemarahannya.

BANDUNG BONDOWOSO

Maafkan aku...

Bandung mencium kening Jonggrang. Jonggrang tidak merespon, tetapi tangannya menggenggam belati semakin erat sampai gemetar. Lalu Jonggrang pergi.

OSWARA

Lehermu berdarah. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa dia mencoba membunuhmu?

BANDUNG BONDOWOSO

(menyentuh lehernya yang berdarah)
Jonggrang bukanlah gadis biasa, kau harus paham itu

OSWARA

Kau memang tidak pernah menyukai sesuatu yang mudah

BANDUNG BONDOWOSO

(tersenyum getir)
Bagaimana dengan tugasmu?

OSWARA

Seluruh prajurit yang terluka sudah ditangani tabib. Aku juga sudah meminta para prajurit Prambanan menyamar menjadi pasukan Pengging dan berbaris di antara pasukan kita, tapi...

Oswara terlihat ragu.

BANDUNG BONDOWOSO

Ada apa?

OSWARA

Ada sebagian prajurit Prambanan yang tidak mempercayai kita dan tidak ingin pergi. Mereka tetap akan tinggal.

BANDUNG BONDOWOSO

Berapa jumlah pasukan yang bisa pergi bersama kita?

OSWARA

Hanya setengah dari seluruh prajurit Prambanan.

BANDUNG BONDOWOSO

Bujuk mereka lagi. Jika mereka tetap tidak mau, biarkan. Kita harus segera bersiap. Besok pagi kita akan memulai rencana kita.

OSWARA

(sedikit terkejut)
Kita akan berangkat besok?

BANDUNG BONDOWOSO

(berjalan ke arah jendela besar)
Ya. Aku harus memberi hadiah pada ayahku.


CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar