Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
The Cursed Princess
Suka
Favorit
Bagikan
3. PERTEMUAN YANG DINANTI
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

KAKEK PERAMAL (V.O.)

Kau tidak akan bisa hidup dan kau juga tidak akan bisa mati.


CUT TO:


INT. KAMAR RORO JONGGRANG — PAGI

Jonggrang terbangun dari tidurnya lalu duduk di tepi tempat tidurnya.

RORO JONGGRANG

Mimpi itu lagi...

Jonggrang berdiri lalu berjalan menuju meja riasnya. Ia duduk dan menatap kotak yang berisikan kalung emas yang sangat cantik dengan batu berwarna biru di tengahnya.

Jonggrang hendak mengeluarkan kalung dari kotak. Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Jonggrang reflek menutup kotaknya.

RORO JONGGRANG

Masuklah.

Kirana dan Saka masuk.

RORO JONGGRANG

(menghela nafas)
Ternyata kalian.

Jonggrang kembali membuka kotak dan mengambil kalungnya.

RORO JONGGRANG

Kangmas Bandung memberiku kalung ini saat terakhir kali kami bertemu.

KIRANA

Mengapa Gusti Putri tidak memakainya?

RORO JONGGRANG

Karena aku tidak ingin Kakanda curiga, tadinya. Tapi sekarang Kakanda sudah tahu semuanya.

Kirana dan Saka terkejut.

KIRANA

(tersenyum)
Boleh saya pinjam kalungnya, Gusti?

Jonggrang mengangguk. Kirana mengambil kalung di tangan Roro Jonggrang lalu terdiam sejenak.

RORO JONGGRANG

Apa ada sesuatu dengan kalung itu?

KIRANA

Kalung ini dilapisi sihir pelindung yang sangat kuat, yang melindungi siapapun yang memakainya. Dengan ini saya semakin yakin, Pangeran Bandung pasti sangat mencintai Gusti Putri.

RORO JONGGRANG

Bagaimana kau bisa tahu?

KIRANA

Saya pernah belajar sihir. Sayangnya saya tidak berbakat, jadi saya berhenti. Itu sudah lama sekali.

Kirana memakaikan kalung tersebut di leher Roro Jonggrang.

KIRANA

(tersenyum)
Kalung ini sangat cantik di leher Gusti Putri.

RORO JONGGRANG

Tapi sayangnya, hubunganku dengan Kangmas Bandung tidak secantik kalung ini.
(berdiri)
Apakah salah jika aku jatuh cinta?

KIRANA

Gusti Putri, tidak ada perasaan cinta yang salah. Hanya saja, terkadang, orang-orang jatuh cinta di waktu dan tempat yang salah.

Raut wajah Jonggrang berubah sedih.

SAKA

Lalu, apakah Gusti Putri akan menyerah begitu saja?

RORO JONGGRANG

Menyerah? Tentu saja tidak! Aku mencintai Kangmas Bandung, begitupun sebaliknya.

SAKA

Kalau begitu, Gusti Putri harus memperjuangkannya.

Saka menyerahkan sebuah gulungan kepada Jonggrang. Jonggrang menatap Saka, penasaran.

SAKA

Dari Gusti Pangeran Bandung.

Raut wajah Jonggrang berubah senang, lalu bergegas membaca isi gulungan.

Ketika selesai membaca, Jonggrang mendapati Saka dan Kirana sedang berbicara lirih.

SAKA

(berbisik)
Tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja. Kamu yang harus berhati-hati.

KIRANA

Daripada keselamatanmu, aku lebih khawatir terhadap apa yang akan kamu lakukan.

SAKA

Aku akan-

Saka dan Kirana terdiam saat sadar Jonggrang sedang menatap mereka.

RORO JONGGRANG

(menatap curiga)
Hmm... Aku sudah lama curiga kalian memiliki hubungan khusus.

KIRANA

(salah tingkah)
T-Tidak, bukan seperti itu Gusti. K-Kami hanya...

SAKA

(salah tingkah)
Apa yang dikatakan Pangeran Bandung, Gusti?

RORO JONGGRANG

(kembali berseri)
Ah, iya. Kangmas Bandung ingin aku menemuinya besok malam!

SAKA

(terkejut)
Maaf Gusti Putri. Kalau boleh saya tahu, di mana lokasi pertemuannya?


CUT TO:


EXT. DEPAN RUMAH GURU — SORE

Jonggrang dan Saka yang mengenakan baju penyamaran berhenti tepat di sebuah rumah yang cukup jauh dari pemukiman warga.

RORO JONGGRANG

Sudah kubilang kau tidak perlu ikut. Tidak akan terjadi apa-apa.

SAKA

Saya hanya memastikan saja Gusti.

Tiba-tiba pintu terbuka. Seorang laki-laki tua berambut putih dan memakai cincin di tangan kirinya keluar dari rumah. Dia tersenyum pada Jonggrang dan Saka.

RORO JONGGRANG

Kakek Rakso!

KAKEK RAKSO

Dia sudah menunggumu sejak pagi, masuklah.

Saka menatap Kakek Rakso dengan tatapan waspada.

KAKEK RAKSO

Sepertinya kau membawa teman, siapa dia?

RORO JONGGRANG

Ini ajudanku, Kek. Saka namanya. Dia hanya ingin menemaniku saja.

KAKEK RAKSO

Oh, ajudan. Seharusnya kau tidak perlu ada disini, Saka. Majikanmu hanya ingin bertemu dengan kekasihnya.

SAKA

Sudah menjadi kewajibanku ada di sini.

Dengan wajah gugup, Jonggrang berjalan ke arah halaman belakang rumah. Saka mengikuti dari belakang. Tiba-tiba Jonggrang berhenti dan menatap ke arah Saka.

RORO JONGGRANG

Mau apa kau?

SAKA

Tugasku di sini adalah untuk-

RORO JONGGRANG

Mengganggu sepasang kekasih yang hendak melepas rindu? Iya?

SAKA

Bukan begitu-

Jonggrang menggambar garis di tanah dengan kakinya.

RORO JONGGRANG

Tugasmu untuk mengantarku selesai sampai di sini. Aku akan menemui Kangmas Bandung, sendirian. Dan kau tetap di sini.

KAKEK RAKSO

(merangkul Saka)
Temui dia, aku akan membuatkan teh untuk ajudanmu.

RORO JONGGRANG

Terima kasih, Kakek.

Jonggrang berjalan menuju halaman belakang rumah.

Saka menatap Kakek Rakso dengan tatapan tidak senang.


CUT TO:


EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH GURU - SORE

Jonggrang sampai di halaman belakang rumah Kakek Rakso yang cukup luas. Jonggrang mendapati halaman belakang itu kosong. Tidak ada Bandung di sana. Jonggrang melepas tudung jubahnya dan berjalan ke arah pohon seraya mencari sosok Bandung.

Tiba-tiba saja sesosok berjubah menyerang Jonggrang. Dengan sigap, Jonggrang menghindari serangan sosok itu lalu balas menyerang. Jonggrang mengeluarkan belati yang diam-diam selalu dia bawa di balik pakaiannya lalu kembali menyerang sosok itu. Mereka berhenti ketika belati Jonggrang tepat berada di leher sosok berjubah itu dan keris musuhnya berada tepat di lehernya.

RORO JONGGRANG

Sebenarnya aku mengharapkan kejutan yang manis, Kangmas Bandung.

BANDUNG BONDOWOSO

(angin membuka tudung jubah Bandung)
Kemampuanmu tidak berkurang, Jonggrang.

Mereka melucuti senjata mereka masing-masing. Bandung melepas jubahnya lalu memeluk Jonggrang dan menciumnya.

RORO JONGGRANG

Kakek Rakso mengajariku banyak ilmu beladiri dengan sangat baik.

BANDUNG BONDOWOSO

(melepaskan pelukan)
Hanya Kakek Rakso?

RORO JONGGRANG

(tertawa)
Baiklah. Kau juga mengajariku dengan baik.

BANDUNG BONDOWOSO

Bagaimana kabarmu sepeninggalanku ke Pengging?

RORO JONGGRANG

Aku baik...
(menunduk)
Tetapi kita tidak baik-baik saja.

BANDUNG BONDOWOSO

Apa maksudmu?

RORO JONGGRANG

(sedih)
Kakanda Karungkala sudah tahu hubungan kita Kangmas.

BANDUNG BONDOWOSO

(terkejut)
Apa yang kakandamu katakan?

RORO JONGGRANG

Tentu saja Kakanda ingin aku meninggalkanmu.

BANDUNG BONDOWOSO

Lalu, kau akan meninggalkanku?

RORO JONGGRANG

(menatap Bandung)
Kau tahu aku mencintaimu.

BANDUNG BONDOWOSO

Kalau begitu, jangan pergi, Jonggrang.

RORO JONGGRANG

Aku akan tetap bersamamu Kangmas. Aku percaya, suatu hari nanti, ketika kau menjadi raja di Pengging, kau akan membawa perdamaian di antara dua kerajaan ini. Dan Kakanda Karungkala tidak akan mempunyai alasan untuk menentang kita.

BANDUNG BONDOWOSO

Tapi jalan kita tidak akan mudah. Kau tahu ayahku tidak akan begitu saja menyerahkan kekuasaannya.

RORO JONGGRANG

Bukankah kau putranya. Tentu saja tahtanya akan diberikan kepadamu.

BANDUNG BONDOWOSO

Aku hanya anak seorang selir, Jonggrang. Di sisi lain, ayahku selalu meragukan kemampuanku.

RORO JONGGRANG

Kangmas, dengarkan aku. Kau adalah putra sulung seorang raja, dan kau satu-satunya putra mahkota. Kau adalah Bandung Bondowoso! Seorang kesatria Pengging, kesatria yang terkenal tak pernah kalah di medan perang. Tujuanmu adalah membawa perdamaian dan aku sangat yakin kau akan bisa mewujudkannya.

BANDUNG BONDOWOSO

(diam sejenak)
Kau benar. Aku harus segera merebut tahta ayahku dan menyelesaikan permusuhan di antara kerajaan kita. Tapi aku tidak akan bisa melakukannya tanpamu, Jonggrang.

Jonggrang memeluk Bandung.

BANDUNG BONDOWOSO

Berjuanglah bersamaku, Jonggrang. Jangan pernah tinggalkan aku.

RORO JONGGRANG

Tidak akan, Kangmas. Aku akan selalu di sini bersamamu.

Tiba-tiba saja di dalam rumah Kakek Rakso terdengar suara berisik. Bandung dan Jonggrang terkejut ketika mendengarnya.

INT. RUMAH GURU - SORE

Jonggrang dan Bandung membuka pintu belakang rumah Kakek Rakso untuk melihat sumber suara berisik yang tadi mereka dengar. Jonggrang dan Bandung terkejut dan heran ketika mendapati seluruh ruangan berantakan. Di salah satu sudut ruangan, Kakek Rakso terbaring di lantai dan di atasnya Saka mencengkeram baju Kakek Rakso dan satu tangannya lagi mengepal hendak memukul Kakek Rakso. Saka dan Kakek Rakso ikut terkejut ketika Jonggrang dan Bandung menatap mereka.

RORO JONGGRANG

Apa yang kalian lakukan?

Saka dan Kakek Rakso buru-buru berdiri.

KAKEK RAKSO

(panik)
Aku hanya mengetes temanmu, Nak. Aku ingin tahu seberapa hebat dia.

SAKA

(panik)
Iya, kami hanya latihan sedikit.

BANDUNG BONDOWOSO

Sampai membuat Kakek Rakso tersungkur ke tanah, hebat juga kau Saka.

SAKA

(salah tingkah)
Maaf, Pangeran... Saya tidak bermaksud-

RORO JONGGRANG

Apa kalian benar-benar tidak apa-apa?

KAKEK RAKSO

Tentu saja. Apakah kalian sudah selesai bicara?

BANDUNG BONDOWOSO

Kami sudah selesai bicara dan aku harus segera pergi lagi.

RORO JONGGRANG

Secepat itu, Kangmas?

BANDUNG BONDOWOSO

Maafkan aku, Jonggrang.

Bandung mencium kening Jonggrang. Saka dan Kakek Rakso menatap mereka dengan canggung.

Bandung menghampiri Saka.

BANDUNG BONDOWOSO

Tolong jaga Jonggrang.

SAKA

Tentu, pangeran.

Bandung memberikan sebuah gulungan kecil secara diam-diam kepada Saka.

BANDUNG BONDOWOSO

(berbisik)
Pastikan sampai ke tangan Karungkala.
(menoleh ke Kakek Rakso)
Terima kasih banyak, Kek. Saya mohon undur diri.

Kakek Rakso mengangguk. Bandung berjalan dengan wajah serius.


CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar