Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. MOBIL - BERGERAK — PAGI
Satrio menyetir Mobil dengan kecepatan tinggi. Pandangannya ke depan, tangannya memegang Radio.
SATRIO
Tidak ada jawaban.
SATRIO
Tidak ada jawaban juga. Iskandar memukul Kemudi Mobilnya, kesal. Ia menambah kecepatan Mobilnya, semakin tinggi.
EXT. JALAN - BERGERAK — PAGI
Iskandar mengendarai Motornya dengan kecepatan sedang. Ia terlihat dingin menatap jalan, ia akan berburu.
Terlihat Radio yang tergantung di celananya, di biarkan begitu saja.
EXT. PERKEBUNAN SAWIT — PAGI
Faizal dan Denis berdiri di depan Para Pengawal. Para Anggota Kelompok Tani berdiri di belakang Hasan.
HASAN
Faizal dan Denis tidak menjawab.
HASAN
DENIS
JOKO
DENIS
HASAN
Denis dan Faizal tidak menjawab. Hasan melihat mereka dengan dingin.
FAIZAL
Hasan berbalik melihat Denis. Yang di lihat hanya melihat datar Denis.
HASAN
DENIS
Faizal melihat Denis, datar.
HASAN
DENIS
HASAN
DENIS
HASAN
DENIS
HASAN
DENIS
HASAN
DENIS
HASAN
DENIS
HASAN
DENIS
Salah satu Pengawal menyadari Yetno memegang sesuatu di Tangannya.
PENGAWAL
Semua orang melihat ke arah Yetno. Ia masih tidak bergerak, tetap pada posisinya.
PENGAWAL
Yetno hanya diam. Pengawal itu memegang sesuatu di belakangnya.
PENGAWAL
Dengan cepat ia mengambil Pistol di belakangnya dan mengarahkan kepada Yetno.
Dengan cepat, Hasan, Joko dan Kasman memegang Pistol dan mengarahkan ke kepada Faizal dan Denis, begitu juga dengan Para Pengawal yang memegang Pistol dan mengarahkan ke ke Kelompok Tani.
YETNO
Faizal melihat sekitar, perlahan ia mundur, Hasan menyadarinya.
HASAN
PENGAWAL
KASMAN
JOKO
PENGAWAL
HASAN
PENGAWAL
HASAN
DENIS
FAIZAL
DENIS
FAIZAL
Para Pengawal saling melihat sekitar, menyadari keadaannya, Tidak ada jalan keluar dari ini.
PENGAWAL
Faizal tak menjawab, sesaat ia melihat Denis yang juga terdiam di tempatnya.
PENGAWAL
DENIS
JOKO
Mobil Satrio sampai di tempat itu. Ia turun dengan cepat dan berlari, melihat keadaan yang ada di depannya.
Ia mengeluarkan Pistol dari Sarung Penyimpanan dan berlari dengan cepat.
SATRIO
Satrio berdiri di antara Dua Kelompok itu, menodongkan Pistolnya ke kedua pihak.
SATRIO
YETNO
PENGAWAL
SATRIO
Kedua Kelompok tidak ada yang menurunkan Pistol mereka, tetap dengan posisi mereka masing-masing.
SATRIO
HASAN
SATRIO
Masih sama, tak ada yang menurunkan Pistolnya, semua masih tetap dalam posisi mereka masing-masing. Satrio masih menodong Pistol ke kedua arah, bolak-balik, memastikan.
SATRIO
Semua orang saling melihat.
SATRIO
Satrio memasukan kembali ke dalam Sarung Pistolnya dan ia mengangkat Tangannya ke atas. Kemudian ia berjalan ke depan --
SATRIO
Anggota Kelomok Tani saling melihat satu sama lain. Sesaat Hasan melihat Satrio.
SATRIO
Para Pengawal saling melihat ke depan, sambil memberikan kode. Mereka melempar Pistol mereka ke tanah. Begitu juga Kelompok Tani.
SATRIO
HASAN
Dengan cepat Satrio mengarahkan Pistolnya ke Hasan.
SATRIO
Hasan tidak bergeming, ia masih tetap menodongkan Pistol ke arah Satrio, Faizal dan Denis.
SATRIO
Faizal dan Denis berjalan ke samping Satrio, namun Hasan belum melempar Pistolnya. Satrio menyadarinya.
SATRIO
Sesaat Hasan dan Satio saling melihat --
Dengan cepat, Hasan melepaskan tembakan ke arah Faizal dan mengenainya.
Satrio dengan cepat melompat ke belakang dan berlindung di balik semak belukar.
Semua Orang dengan cepat mengambil Pistol mereka masing-masing dan saling menembak satu sama lain. Suara-suara tembakan terdengar seperti saling bersahutan.
Yetno tertembak, begitu juga Para Pengawal. Yang tersisa hanya Tiga Orang dari masing-masing kelompok.
Hasan menembak Faizal beberapa kali, mengenai Tubuhnya. Kemudian ia menembak Denis, yang berlari menghindar ke arah Mobil.
ANGLE ON --
Satrio berada di balik semak-semak, dengan nafas yang tersengal-sengal, ia mengambil Pistol dan mengisinya dengan peluru, tangannya bergetar, matanya mengawasi sekitar, memaksanya ia harus melakukan dua hal sekaligus. Sesaat ia berusaha menenangkan diri, mengepalkan tangannya.
Di sisi lain, suara tembakan masih terdengar, Pengawal berhasil menembak Joko dan Kasman, hanya menyisakan Hasan. Tetapi ia juga berhasil menembak Pengawal, menyisakan satu saja.
Peluru Hasan habis, ia juga terkena tembakan di kakinya, terlihat keluar darah. Hal yang sama juga terjadi dengan Pengawal, ia juga kehabisan peluru dan mulai mengganti Magasin. Ia terlihat tidak lebih baik, terlihat darah dari lengannya, membuat ia hanya menggunakan tangan Kanannya saja.
Mereka beradu cepat mengganti dan mengisi di Pistol mereka masing-masing. Tapi Hasan berhasil lebih dulu dan dengan cepat menembak Pengawal itu beberapa kali. Ia jatuh ke tanah. Hasan orang terakhir yang selamat dari Mexican Standoff ini.
Sesaat ia melihat sekitar, kemudian ia berjalan ke arah Mobil.
ANGLE ON --
Satrio melihat sekitar, dengan menondongkan Pistol, ia melihat sekitar. Semua Pengawal terkapar di tanah, berlumuran Darah, begitu dengan Kelompok Tani, hal yang sama juga terjadi.
Hasan berdiri di depan sebuah Mobil, di dalamnya ada Denis yang terlihat takut, wajahnya pucat melihat Hasan yang menodongkan Pistolnya.
DENIS
HASAN
Denis tidak menjawab, ia hanya melihat Hasan dengan pucat.
Dari belakang, Satrio berjalan cepat menuju Hasan dan Denis, sambil menondongkan Pistol --
SATRIO
Hasan tidak menjawab, ia masih melihat Denis, dingin.
SATRIO
HASAN
Dengan cepat, Hasan mengarahkan Pistol ke Satrio dan menembaknya beberapa kali. Dengan cepat, Satrio juga melepakan tembakan beberapa kali ke arah Hasan, membuat mereka berdua jatuh ke tanah.
Hasan tewas di tempat, terlihat peluru menembus dada dan perutnya. Sementara Satrio, ia meringis kesakitan, beberapa peluru mengenai Bahunya dan juga Pahanya. Ia jatuh, terlentang. Terdengar suara nafasnya.
Denis dengan panik keluar dari Mobil, ia mengambil Pistol milik Satrio dan berlari masuk ke dalam Perkebunan Sawit.
Dengan sekuat tenaga, Satrio berusaha bangun, tapi tidak bisa, berusah memanggil nama Denis, walau pelan.
Ia hanya memandang langit dengan suara nafasnya yang pelan.
Tampak kabut asap tipis-tipis yang menutupi sekitar.
EXT. PERKEBUNAN SAWIT — SIANG
Dengan kabut asap tipis-tipis yang menyelimuti sekitar. Iskandar berjalan pelan dengan mengarahkan Senapan Anginnya ke depan, mencari buruannya.
Ia melihat sekitar, waspada.
EXT. PERKEBUNAN SAWIT — SIANG
Denis berjalan pelan di perkebunan sawit. Ia mencari-cari arah yang benar menuju Kantornya. Nafasnya tersengal-sengal, menghirup udara. Sesekaliia terbatuk-batuk, menghirup kabut asap. Jarak Pandangnya juga pendek, ia melihat-lihat sekitar, secara cepat.
Namun ia merasakan sesuatu, suara langkah kaki, Denis mendengarnya dengan seksama --
Suara Tembakan, khas Senapan Angin terdengar, mengarah kepada Denis --
Dengan cepat ia berlari dan berlindung di balik Pohon Sawit.
Denis memegang Pistol, mencoba memegangnya dengan benar, ia berkeringat, jelas ini sudah di luar perkiraanya.
Terdengar suara Tembakan Senapan Angin ke arah Denis. Tidak tahu siapa yang melakukannya. Kali ini suaranya dekat. Denis melihat sekitar.
Dengan pelan, Iskandar, memegang Senapan Angin dan berjalan Pohon Sawit yang lebih dekat dari Denis. Ia memompa Senapan Anginnya beberapa kali. Ia membidiknya, terlihat lengan Denis dari tempatnya.
Ia menembaknya --
Terdengar suara jeritan dari Denis. Bersamaan dengan Iskandar berjalan mendekat sambil mempompa Senapan Anginnya.
Denis belari ke arah pohon lainnya, berlindung. Ini seperti permainan Kucing dan Tikus. Siapa yang mempunyai strategi dan timing yang baik, ia yang akan menang.
Lengan kiri Denis mengeluarkan darah, lukanya dalam. Ia menahan tangis, tapi Tidak bisa, tangisnya pecah. Menahan suaranya tidak besar. Setelah itu ia melihat ke arah Denis, mencari dia dimana.
Tidak ada apa-apa.
Sial, ia pintar bersembunyi.
Dengan panik, Denis berlari ke arah Pohon Sawit lainnya --
Peluru Senapan Angin mengenai badannya lagi, ia menjerit kesakitan, ia tersungkur jatuh. Dengan terpincang-pincang ia berlari ke arah Pohon Sawit.
Ia bersandar di Pohon Sawit, menahan sakitnya. Dua buah peluru Senapan Angin bersarang di Pahanya, membuat celananya menjadi basah karena darah. Ia menahan sakitnya.
DENIS
Ketika ia mendengar suara langkah kaki --
Ia menembak ke arah itu, beberapa kali.
Kemudian ia melihat, tidak ada apa-apa.
Denis bersandar di pohon sawit. Ia berusaha menahan sakit di tubuhnya.
DENIS
Iskandar melihat ke arah tempat Denis, memikirkan langkah selanjtunya. Ia mencari Mimis di Kantong Celananya, tapi tidak ketemu, Mimisnya sudahg habis. Kemudian ia megambil Pistol dari belakang Celananya, mengarahkannya kepada Denis.
DENIS
Ketika ia ingin berpindah tempat --
Suara tembakan terdengar, Peluru mengenai Denis di bagian punggungnya. Ia berteriak, tersungkur ke tanah.
Iskandar berjalan mendekati Denis sambil melepaskan tembakan ke arahanya, dua kali.
Iskandar berhenti, sesaat ia melihat Denis yang bersandar di Pohon Sawit, berlumuran darah.
Iskandar hanya melihatnya saja, tidak melakukan apa-apa. Kemudian ia berjongkok di depannya.
DENIS
ISKANDAR
DENIS
ISKANDAR
Denis tersenyum, terhibur.
ISKANDAR
DENIS
ISKANDAR
Iskandar melihat sekitar.
DENIS
ISKANDAR
DENIS
ISKANDAR
DENIS
ISKANDAR
DENIS
ISKANDAR
DENIS
Iskandar berdiri, mengarahkan Pistol kepada Denis, ia melihatnya.
ISKANDAR
Iskandar melepaskan tembakan dari Pistolnya dan mengenai Denis. Seketika ia tidak bergerak. Ia tewas.
Iskandar hanya melihatnya, sesaat. Kemudian ia berjalan menjauhi tempat itu, mengambil Senapan Anginnya dan berjalan menjauh.
Meninggalkan Denis sendirian.
EXT. PINGGIR JALAN - PERKEBUNAN SAWIT — SIANG
Satrio bersandar di Mobil, terlihat ia berusaha menahan sakitnya. Ia berusaha menekan luka di Bahunya.
Dari dalam perkebunan sawit, Iskandar keluar, sesaat ia melihat sekitar, Anggota Kelompok Tani dan Para Pengawal terkapar di tengah jalan, Tidak bernyawa.
Sesaat Iskandar melihat Faizal yang juga Tidak bernyawa Tidak jauh dari mereka.
Iskandar berjalan menuju Satrio dan berdiri di depannya. Ia berjongkok di depan Satrio, memeriksa lukanya.
ISKANDAR
Sesaat ia melihat Hasan yang terkapar di tanah, Tidak bernyawa. Satrio menyadarinya.
SATRIO
ISKANDAR
Sesaat Iskandar melihat Hasan, datar. Kemudian ia berdiri dan mengambil sesuatu dari Mobil, ia kembali membawa kain dan meletakannya di balik Rompi Satrio, menutupi Lukannya, Satrio meringis kesakitan.
SATRIO
ISKANDAR
SATRIO
Ada jeda di antara mereka.
SATRIO
ISKANDAR
Ada jeda di antara mereka, lama sekali.
SATRIO
Iskandar tidak menjawab.
SATRIO
ISKANDAR
Satrio hanya diam, ia melihat ke arah lain. Bersamaan dengan Iskandar yang juga melihat ke arah lain.
INT. RUMAH SAKIT — SIANG
Satrio yang memakai Penyangga Tangan, terlihat ia berada di depan Kaca Panjang Besar, ia melihat sesuatu di depannya.
Deretan-deratan Bayi yang baru saja lahir, berbaris rapi, lengkap dengan Nama dan Tanggal Lahir mereka.
Satrio melihat salah satu Bayi dengan datar. Sesaat kemudian ia menunduk, membersihkan sesuatu di matanya, berkali-kali, sambil melihat Anaknya yang baru lahir itu.
Satrio sendirian di tempat itu.
EXT. DEPAN RUMAH ZULFIKAR — SIANG
Lela menggendong Ismail, ia berdiri di depan Pintu.
Iskandar duduk di depan rumahnya, dengan tatapan datar. Di sebelahnya adanya Senapan Angin yang bersandar dengan badan rumah.
Sesaat kemudian, Iskandar berdiri, menggantungkan Senapan Angin di bahunya.
ISKANDAR
LELA
Iskandar berjalan menuju Motor yang terparkir di sebelah rumah. Menghidupkanya dan ia pergi dari situ.
Lela melihat Iskandar yang pergi menjauh dari pintu rumah, ia memandangnya datar.
EXT. PERKEBUNAN SAWIT — SIANG
Iskandar berada di Perkebunan Sawit, ia melihat sesuatu yang ada di depannya dengan datar.
Sebuah Papan Penanda yang pernah kita lihat sebelumnya, Papan Penanda Sengketa Tanah.
Sesaat, Iskandar melihat Papan Penanda itu. Datar.
Ia berjalan masuk ke dalam perkebunan Sawit. Melewati papan penanda itu.
FADE OUT.