Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tanah Yang Dijanjikan
Suka
Favorit
Bagikan
7. Bagian 7

EXT. TEMPAT PEMROSESA SAWIT — PAGI

Mobil Pikap Double Cabin berada di depan Tempat Pemprosesan Sawit.

Terlihat Tiga Orang yang mengangkat beberapa potongan pohon besar dan meletakannya di depan pintu Pagar Bangunan itu, memblokirnya. Mereka juga measang Kawat di sekitar Batang-batang Pohon itu.

Tidak lama kemudian, Tiga Anggota Kelompok Tani, dengan menggunakan Motor mereka, berhenti di depan mereka.

Satu dari Tiga Anggota turun dari Motor dan berbicara kepada salah satu dari mereka.

Dua Orang itu berjalan menuju Mobil dan mengambil Alat-alat Pertanian.

Hal yang sama juga di lakukan Dua Anggota Kelompok Tani, mereka turun dari Motor dan memegang Alat-alat perkebunan mereka masing-masing.

EXT. TEMPAT PEMROSESAN SAWIT — SIANG

Iskandar turun dari Motornya, ia berjalan ke arah depannya, datar. Sesaat ia berhenti di depannya, melihat sesuatu.

FENDI, 20-an, terbaring di tanah dengan berlumuran Darah. Terlihat Darah yang keluar dari Tubuhnya.

Iskandar melihat Fendi sudah kehilangan kesadaran. Ia melihatnya, datar untuk beberapa saat. Ia mengambil Radio di Celananya --

ISKANDAR

Saya butuh bantuan darurat, sekali butuh bantuan darurat sekarang. Siapa saja jawab.

OPERATOR (V.O)

Disini menara pengawas PT. Nirwana, masuk. Jelaskan kondisi.

ISKANDAR

Pabrik pemrosesan Kelompok Tani Bangun Rejo. Sekali lagi Pabrik pemrosesan Kelompok Tani Bangun Rejo. Area sawit 30. Ada enam orang di lokasi, enam orang.

OPERATOR (V.O)

Mengerti, bantuan segera di kirimkan.

Iskandar melihat sekitar, Enam Orang yang tersebar di area itu, tidak bergerak.

Iskandar melihat Parang, berlumuran darah. Ia menghela nafas.

Ia berjalan menuju Fendi, berjongkok di depannya, datar. Ia menutup mata, menghela nafas panjang.

Ia melihat Fendi yang sudah tidak bergerak. Darah di mana-mana.

INT. MOBIL - BERGERAK — SIANG

Satrio mengendari Mobil dengan kecepatan tinggi, terdengar suara sirine Polisi dari Mobilnya. Sesekali ia memainkan bunyi tronton.

Sesekali ia melihat ke belakang melalui Kaca Tengah Mobilnya. Di belakang, terlihat Mobil yang berada di belakang Mobil Satrio dengan kecepatan yang sama.

INT. KORIDOR UGD - RUMAH SAKIT — SIANG

Satrio berdiri di koridor Rumah Sakit, ia melihat sekitar, pandangannya datar.

Tidak lama kemudian, pintu UGD terbuka, Bayu keluar dari sana dan ia berbicara kepada Satrio.

EXT. TEMPAT PEMROSESAN SAWIT — SIANG

Iskandar dan Hasan berdiri di depan Tempat Kejadian Perkara. Mereka melihat tempat itu, datar.

HASAN

Dan sekarang ini.

Iskandar tidak menjawab, ia hanya diam.

HASAN

Ini akibatnya kita biarkan mereka, Is.

ISKANDAR

Kalau begitu kita lakukan hal yang sama.

Iskandar berjalan ke Motornya. Hasan masih melihat tempat itu, datar.

INT. KEDAI KOPI — SORE

Suasana kedai kopi yang tidak ramai, beberapa kursi di tempati orang-orang. Di antara mereka, terdapat Satrio yang duduk bersama Bayu, kopi di atas meja mereka.

Dalam diam, mereka tidak bicara, terdengar suara orang-orang yang bicara di sekitar mereka.

BAYU

Mereka orang-orang dari Kelompok Tani Desa Bangun Rejo, sedangkan tiga orang itu, pekerja dari PT. Agro.

SATRIO

Saling serang sepertinya.

BAYU

Iya, mungkin. Masalah ini jadi rumit, satu orang meninggal, satu kritis, dua-duanya dari Warga. Mereka pasti punya cerita mereka masing-masing.

SATRIO

Penyebab Fendi meninggal?

BAYU

Masih belum tahu, sepertinya karena luka tusuk, cukup dalam. Organ vitalnya kena. Masalah ini jadi pasti perhatian media, sengketa tanah melibatkan korban jiwa. Mereka sudah dapatkan judul mereka.

SATRIO

Apa kamu yang akan melakukan penyelidikan?

BAYU

Mungkin, Aku yakin Kapolres akan turun tangan. Ini masalah besar, pasti mereka mau ikut campur.

Ada jeda di antara mereka.

BAYU

Mereka akan saling menuntut satu sama lain. Bilang PT. Agro yang mulai duluan atau Kelompok Tani mulai duluan. Tidak ada yang mau ngalah. Penyebab kasus ini semakin panjang, jauh dari kata selesai.

SATRIO

Pertama, kasus Zul dan sekarang kasus bentrokan.

Sesaat Bayu melihat Satrio, datar.

BAYU

Kasus seperti ini tidak sering, tapi setiap tahun mungkin ada.
(jeda)
Perselisihan antar petani di perkebunan itu sering terjadi. Mereka-mereka ini orang-orang yang terdampak akibat dari pembukaan lahan dari perusahaan dan pemerintah. Mereka akan melakukan segala cara untuk mendapatkan tanah mereka kembali, ketika mereka dapat, mereka akan mempertahankannya. Sekalipun mereka harus melawan sesama petani.

Ada jeda diantara mereka.

BAYU
Banyak dari mereka sekarang ini adalah bukan warga asli dari sini, mereka datang dari tempat lain, menjadi pekerja di sini dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik daripada penduduk asli. Apa yang akan kamu lakukan kalau dalam posisi mereka, Satrio?, kamu mau kehidupan yang layak kan.

Satrio tidak menjawab, ia hanya diam.

BAYU

Banyak dari para pendatang ini memiliki tanah yang lebih luas dari luas sebuah Desa, padahal warga Desa itu yang mempunyai tanah ini lebih dulu. Dan kemudian, semakin banyak para pendatang yang bekerja di sini, berkeluarga, membuat adat dan budaya setempat menjadi kabur, mungkin hilang.

Ada jeda di antara mereka.

BAYU

Masih banyak warga yang memegang adat dan budaya mereka sampai sekarang. Di tempat PT yang pernah aku jaga, mereka membuka lahan karena merupakan titah dari Ketua Adat, tujuannya agar mempertahankan Desa lama mereka, membuat orang luar tidak bisa mengambil keuntungan dari mereka.

SATRIO

Walaupun mereka harus mengorbankan hutan yang mereka lindungi.

BAYU

Mereka beradaptasi dari kerasnya lingkungan sekitar mereka, Satrio. Mereka tahu itu.

Ada jeda di antara mereka.

BAYU

Tapi itu masalah yang ada ketika pertama kali kebun sawit di buka di sini. Kasus itu mungkin masih ada, tapi jarang. Sekarang yang mereka hadapi bukan sesama Petani, tapi Perusahaan dan Pemerintah. Menganggap mereka bekerja sama untuk mengambil alih tanah yang mereka punya dari dulu. Batas antara orang luar dan penduduk asli sudah hilang, sekarang lawan mereka satu.

SATRIO

Mereka belajar kalau Pemerintah yang telah memberikan tanah milik Adat mereka, justru merekalah yang menjual tanah Adat mereka itu.

BAYU

Masalah sekarang adalah Masyarakat menganggap itu tanah milik mereka, Pemerintah menganggap itu tanah untuk industri. Kedua pihak Tidak ada yang mau mengalah dan sekarang lihat, berapa banyak kasus sengketa tanah yang sudah menumpuk di pengadilan.

SATRIO

Tidak ada yang bisa di lakukan orang-orang ini, mereka hanya mau tanah mereka.

BAYU

Mungkin itu yang kamu lihat mereka dari luar, Satrio.

Ada jeda di antara mereka.

BAYU

Dalam masalah ini, Tidak ada yang benar dan salah. Mereka punya hak dan kewajiban masing-masing. Kita sebagai orang luar, jangan terlalu ikut campur. Kita di bayar buat kerja di satu pihak, jadi kita cuma perlu kerja.

Satrio tidak menjawab.

BAYU

Orang-orang disini, mereka hanya ingin hidup dengan tenang dan layak, mereka sudah lelah, menghadapi masalah mereka yang tidak selesai, bertahun-tahun menunggu.

BAYU

Tanah salah satu dari tiga kebutuhan dasar. Apa yang orang-orang ini lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka.
(jeda)
Kita hidup di dunia mereka, Satrio. Kamu hanya harus tutup telinga dan mata dengan apa yang kamu lihat di sana.

Satrio hanya diam, tidak menjawab. Ia melihat ke arah lain, datar.

EXT. TEMPAT PEMROSESAN SAWIT — PAGI

Bayu dan Para Polisi melakukan pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara. Terlihat Garis Kuning Polisi di sekitar area itu. Mereka melihat bercak darah yang masih terlihat di Tanah. Bersamaan dengan Kendaraan yang tertinggal.

Dari kejauhan, Satrio melihat Iskandar yang berbicara kepada Polisi, serius sekali.

Iskandar berjalan menuju Satrio dan berdiri di sebelahnya.

SATRIO

Eko masih kritis.

ISKANDAR

PT. Agro bicara apa?

SATRIO

Mereka di mintai keterangan juga. Luka pekerja mereka juga parah, walaupun tidak ada yang mengancam nyawa.

Ada jeda di antara mereka.

SATRIO

Apa kamu pernah lihat seperti ini?

ISKANDAR

Beberapa kali, ini yang pertama setelah beberapa tahun.

SATRIO

Sering aku lihat seperti ini, tapi yang ini beda, Is.

ISKANDAR

Kamu butuh waktu untuk memahami ini, Satrio. Kamu tidak akan mengerti dalam sekejap. Tapi mungkin saya bisa bantu, mereka hanya ingin memperebutkan apa yang menguntungkan mereka. Ini adalah siapa yang bertahan dan siapa yang tidak, mereka yang bertahan akan bisa melindungi apa yang mereka punya, seperti para warga yang menolak untuk memberikan tanah mereka. Ini seperti hukum rimba, yang kuat dia yang akan bertahan.

Ada jeda di antara mereka.

ISKANDAR

Mereka akan terus datang ke sini, Satrio. Mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari tanah ini... tanah yang di janjikan ini...

Satrio hanya mendengar apa yang dikatakan Iskandar. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Melihat Para Polisi melakukan kerja mereka.

EXT,. KAWASAN PERUSAHAAN - PT. AGRO — SIANG

Mobil Polisi berada terparkir di Parkiran Perusahaan. Bayu dan Seorang Polisi berjalan menuju Bangunan Kantor Perusahaan.

Di sana sudah menunggu Faizal dan Denis yang melihat mereka.

Sesaat Faizal melihat Denis. Yang di lihat hanya melihat ke arah depan, datar.

Mereka saling bersaaman dan berjalan masuk ke dalam bangunan.

EXT. DEPAN RUMAH FENDI — SIANG

Bendera Kuning terpasang pada Dahan tertancap di pinggir jalan. Kendaraan-kendaraan yang terparkir di depan Rumah Fendi.

Orang-orang berkumpul di depan Rumah Fendi, berpakaian Baju Koko dan Pakaian Muslim lainnya.

Iskandar dan Hasan yang berdiri melihat orang-orang yang berada di dalam rumah itu, datar. Terdengar suara-suara Orang yang mengaji dari dalam Rumah.

Mandor Yono berjalan dan berdiri di samping Iskandar dan Hasan, dalam diam.

MANDOR YONO

Sudah berapa kali kita melihat seperti ini, Is.

ISKANDAR

Ini terakhir kalinya Bapak lihat, setelah ini Tidak lagi.

MANDOR YONO

Banyak orang yang tanya saya, Is. Apa yang saya dapatkan dari sini.

ISKANDAR

Apa jawaban Bapak?

MANDOR YONO

Saya tidak tahu, Is.

ISKANDAR

Selama saya pergi dari sini dan kembali. Saya tak dapatkan apa-apa di luar. Mungkin memang Bapak Tidak dapat apa-apa selama di sini.

MANDOR YONO

Mungkin, Is.

Tiga Mobil Double Cabin berhenti di depan Rumah Fendi. Faizal dan Denis turun dari Mobil, di ikuti beberapa orang Pengawal Perusahaan.

Semua orang melihat mereka, termasuk Iskandar dan Mandor Yono.

Faizal dan Denis berjalan menuju Rumah Fendi. Mereka berjalan dengan pelan, melihat kiri dan kanan.

Faizal berjalan sambil menyusun kedua tangannya ke depan ke semua orang. Sedangkan

Orang-orang memberikan jalan kepada Mereka, Mereka berjalan menuju Rumah itu. Para Pengawal Perusahaan waspada, melihat kiri dan kanan.

Joko berdiri di depan Para Pengawal.

JOKO

Mau apa kalian di sini?

PENGAWAL

Minggir, Bos kami mau ke Rumah itu.

JOKO

Kami tak terima kalian disini.

Pengawal tidak menjawab. Faizal berjalan ke depan, menghadapi Joko.

FAIZAL

Kami mau ke rumah duka. Menyampaikan duka cita.

JOKO

Simpan duka cita Bapak buat Bapak sendiri. Kami tidak mau ada Orang PT di sini.

FAIZAL

Kami tidak lama.

Iskandar melihat Faizal, datar. Ia berpindah ke Denis yang juga melihat dirinya. Mereka saling melihat, lama sekali, datar. Denis memegang perban di Hidungnya.

JOKO

Kalian pergi dari sini sekarang. Kami benar-benar tidak ingin di ganggu.

PRANGG --

Terdengar suara pecahan dari arah belakang. Semua orang menoleh.

Seorang Warga memecahkan kaca Mobil dengan batu, melihat ke arah Orang-orang PT dengan emosi.

Ia berlari dan berteriak --

Ingin memukul Faizal --

Namun ia di tahan oleh Para Pengawal, dengan cepat ia membantingnya ke tanah.

Warga kampung tidak terima, dengan cepat mereka mengelilingi Orang-orang PT itu dan berteriak, berusaha untuk menolong kawannya.

Keadaan menjadi kacau, semua orang beradu mulut satu sama lain, tidak ada yang mengalah.

Dengan cepat, Faizal dan Denis di lindungi Pengawal Perusahaan.

Mereka berusaha kembali ke Mobil, tapi tertahan degan Warga Kampung yang mengerumuni mereka. Mereka berusaha melepaskan diri mereka.

Mereka berlari ke Mobilnya. Warga Kampung mengelilingi Mobil mereka, mengetok-ngetok kaca.

Didalam Mobil, Pengawal membunyikan Klakson dengan kencang, tapi Warga Kampung tidak bergerak. Mereka tetap di Mobil, emosi.

Pengawal menginjak Pedal Gas, membuat Mobil itu bergerak maju, warga kampung menghindar. Mobil itu melakukannya lagi.

Mobil itu berhasil melarikan diri dengan kecepatan tinggi.

Warga kampung yang melihat itu bersorak-sorak, merayakan kemenangan mereka.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar