Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tanah Yang Dijanjikan
Suka
Favorit
Bagikan
5. Bagian 5

INT. DEPAN BALAI DESA — SIANG

Tampak Pak Kades berbicara dengan Mandor Yono dan Hasan. Sesaat Iskandar melihat mereka. Kemudian, ia berjalan menuju Motornya yang teparkir, terlihat ada Senapan Angin menggantung di Bahunya.

SATRIO

Apa yang kamu buru, Is?

Iskandar melihat sumber suara, ada Satrio di belakangnya.

ISKANDAR

Tupai, burung-burung, biawak... sesuatu yang hidup dan bergerak.

Ada jeda di antara mereka.

ISKANDAR

Saya dengar soal kebakaran lahan.

SATRIO

Pelakunya lari. Kamu bisa bantu saya? Kamu yang lebih pengalaman soal ini.

ISKANDAR

Kamu punya radio? kita komunikasi kalau ada kejadian. Saya ada di channel delapan.

Satrio mengeluarkan Radionya dan menyetelnya.

ISKANDAR

Biasanya pelakunya lebih dari satu, mereka berkelompok.

Satrio mengangguk, sesaat ia melihat Senapan Angin di bahu Iskandar.

SATRIO

Kamu kerja di PT sekarang?

ISKANDAR

Mereka minta saya buat berburu. Saya bisa jual hasil buruannya.

SATRIO

Kamu pulang menemui Lela?

ISKANDAR

Sebentar lagi dia akan melahirkan.

SATRIO

Apa yang akan kamu lakukan sekarang, Is? Kamu akan melanjutkan mengurus tanah keluarga kamu?

ISKANDAR

Saya tidak terbiasa mendengar kata-kata tanah kamu itu.

Satrio melihat Iskandar, mendengarkan.

ISKANDAR

Kamu tahu, warga Desa menggarap tanah secara berkelompok, semua demi kepentingan kelompok mereka. Dan sekarang, setiap warga mempunyai tanah mereka sendiri-sendiri.

SATRIO

Saya dengar tentang masalah sengketa tanah itu.

Iskandar melihat ke arah lain.

SATRIO

Kalau mereka memenangkan sengketa ini? apa yang akan kalian lakukan?

ISKANDAR

Apa kami punya pilihan? Kami hanya harus hidup dengan apa yang ada sekarang. Tidak ada pilihan di sini, Satrio.

Iskandar berjalan menuju Motor dan menghidupkannya.

Iskandar pergi dari situ, meninggalkan Satrio di tempatnya. Sesaat ia melihat Iskandar.

EXT. DEPAN KANTOR - PT. NIRWANA — SIANG

Satrio dan Mandor Yono keluar dari Mobil. Beberapa Mobil juga terparkir di sana.

SATRIO

Jadi apa yang orang-orang buat, Pak, kalau mereka serahkan tanah mereka?

MANDOR YONO

Sebagian dari mereka mungkin akan pindah, sebagian juga akan bekerja sebagai buruh di kebun, Satrio. Pada dasarnya, tidak akan ada yang berubah.

SATRIO

Sebelum kebun sawit, mereka punya kerjaan?

MANDOR YONO

Tapi mereka mengharapkan pendapatan yang stabil dan teratur, tidak seperti pekerjaan mereka terdahulu.

Satrio hanya mendengarkannya, tidak menjawab.

MANDOR YONO

Berharap ada sesuatu yang berubah ketika mereka berpindah, ternyata tidak ada. Semuanya masih terulang, seperti lingkaran.

SATRIO

Apa PT. Nirwana biarkan mereka tanpa kejelasan? Memutuskan kerjasama gitu saja?

Mandor Yono berhenti, ia melihat Satrio.

MANDOR YONO

Memutuskan kerjasama itu kejelasan buat mereka. Apa yang mau kamu minta dari kami?

SATRIO

Bukannya itu terlalu kasar, Pak?

MANDOR YONO

Sebelum kita ada di sini, mereka bisa hidup dan berkembang. Mereka bisa bertahan dengan cara mereka sendiri.

Satrio hanya diam, tidak menjawab. Mandor Yono berjalan masuk menuju Kantor Perusahaan.

EXT. POS PENJAGAAN - PT. NIRWANA — SIANG

Satrio duduk di Kursi, melihat sekitar. Dari kejauhan ia melihat asap yang mengepul ke Udara.

ISKANDAR (V.O)

Satrio, masuk.

Satrio mengambil Radio.

ISKANDAR (V.O)

Kebakaran di sebelah area delapan puluh.

SATRIO

Masuk, Iskandar. Itu masuk wilayah PT. Nirwana?

ISKANDAR (V.O)

Tidak... itu perkebunan milik kelompok tani.

Satrio langsung berdiri dan berjalan dengan cepat.

EXT. PERKEBUNAN — SORE

Perkebunan terbakar, asap mengepul, tidak terlalu luas. Abu sisa-sisa kebakaran beterbangan di udara.

Iskandar dan Satrio berusaha mematikan Api dengan menggunakan Dahan dan Ranting Pohon. Tetapi api cepat menyebar, membuat Api membesar.

Iskandar berusaha, tapi ia tidak tahan dengan sengatan panas. Berulang kali ia memadamkan Api, berkali-kali juga ia melindungi wajahnya dari sengatan panas.

Hal yang sama juga terjadi kepada Satrio, sesaat ia melihat sekitar. Api semakin besar merambat perkebunan itu. Satrio memanggil Iskandar, tapi ia tidak mendengar, tertutup suara kebakaran.

Satrio berteriak memanggil Iskandar, ia menoleh, dengan menggunakan tangan ia menyuruh mereka keluar, menyelamatkan diri. Mereka berdua berlari keluar dari Area Kebakaran.

CUT TO:

Satrio sedang berbicara dengan Petugas Pemadam Kebakaran. Mobil-mobil Pemadam Kebakaran teparkir tak jauh.

Iskandar melihat kepulan asap yang beterbangan di udara. Ia melihat ke arah depannya dengan datar. Hasan berada di sampingnya, melihat ke arah depan, datar.

Terlihat tanah-tanah yang kehitaman yang masih mengeluarkan asap.

Petugas-Petugas Pemadam Kebakaran menyiram perkebunan yang terbakar dengan pakaian lengkap.

HASAN

Kamu lihat sumbernya dari mana?

ISKANDAR

Iya.

HASAN

Mereka pasti senang lihat ini.

Iskandar tidak menjawab, ia hanya diam.

HASAN

Aku suruh anggota patroli.

Hasan pergi, menuju Motornya. Satrio berdiri di sebelah Iskandar.

SATRIO

Masalah kalian makin bertambah, Is.

ISKANDAR

Dan kerjaan kamu makin banyak.

SATRIO

Mereka masih pendinginan. Butuh waktu beberapa jam lagi.

Iskandar tidak menjawab, ia hanya diam.

SATRIO

Sulit cari penyebab ini.

ISKANDAR

Sekarang musimnya. Atau mungkin ini sabotase.

SATRIO

Bisa jadi. Kita tinggal cari siapa pelakunya.

Ada jeda di antara mereka.

ISKANDAR

Kenapa kamu mau Zul di otopsi?

SATRIO

Setidaknya anak dia tahu kenapa Bapaknya meninggal.

ISKANDAR

Kamu punya anak?

SATRIO

Masih dalam kandungan.

ISKANDAR

Kamu bisa jadi Orang Tua yang baik.

Iskandar berjalan menjauhi Satrio. Satrio melihat ke depan, datar.

EXT. PERKEBUNAN — PAGI

Pak Kades berdiri di depan Bekas Lahan yang terbakar, ia melihat sekitar. Datar.

Tampak asap-asap masih mengepul di udara, walaupun tipis-tipis.

Ia berjalan menjauhinya.

EXT. DEPAN RUMAH PAK KADES — SIANG

Pak Kades berjalan menuju Rumahnya. Sebuah Mobil berada di depan Rumah Pak Kades.

Di Teras Rumahnya, Denis duduk di kursi. Ia berdiri ketika melihat Pak Kades.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH PAK KADES — PAGI

Pak Kades dan Denis duduk berhadapan. Suasana hening terdengar.

DENIS

Apa yang Bapak tanam sekarang?

PAK KADES

Cuma Jagung dan Sawi.

DENIS

Harusnya Bapak tanam sawit juga, seperti orang-orang.

Pak Kades tidak menjawab, ia hanya duduk dan meminum air putih dari Gelas di tangannya.

DENIS

Apa yang Bapak lakukan sekarang?

PAK KADES

Mereka yang punya keputusan, bukan saya

DENIS

Bapak bisa membantu mereka dalam membuat keputusan.

Pak Kades melihat Denis.

PAK KADES

Untuk saya sendiri atau kelompok kami?

DENIS

Untuk Kelompok Bapak lebih bagus, tapi saya tahu tak semua orang punya pemikiran yang sama kayak Bapak.

PAK KADES

Apa yang bisa buat kamu yakin saya Tidak menolak tawaran kamu.

DENIS

Karena semua orang tak mungkin tolak tawaran saya, termasuk Bapak.

Ada jeda di antara mereka.

DENIS

Masalah Bapak makin banyak... maksud saya Kelompok Tani. Mereka butuh orang-orang kayak Bapak yang paham dan bisa kasih pemahaman ke mereka.

PAK KADES

Saya suka kamu yang berani, Denis. Saya harus akui.

DENIS

Saya sering dengar pujian itu, Pak. Terimakasih.

PAK KADES

Sayangnya saya harus tolak tawaran itu.

DENIS

Walaupun itu bisa beli hidup baru?

PAK KADES

Mungkin orang lain bisa, tapi tidak dengan saya.

DENIS

Kalau begitu Tidak ada cara lain, Pak.

PAK KADES

Iya, saya juga akan beri Bapak tawaran.

DENIS

Saya menunggu, Pak.

PAK KADES

Bapak bisa menyerahkan tanah ini ke kelompok tani. Tidak perlu seperti ini.

DENIS

Untungnya buat saya?

PAK KADES

Tanggung jawab moral.

Denis tersenyum mendengarnya, tapi tidak dengan Pak Kades.

DENIS

Bapak tahu itu bukan tanah mereka.

PAK KADES

Bapak tahu itu bukan tanah kalian juga.

Ada jeda di antara mereka.

DENIS

Jangan bersikap sinis, Pak. Orang-orang akan melihat kami sebagai orang yang jahat di sini.

PAK KADES

Bukan begitu kenyataannya?

DENIS

Tidak begitu. Mungkin kalian harus lihat diri kalian sendiri. Tidak peduli salah atau benar, kita hanya melakukan apa yang di lakukan orang-orang, Pak.

Pak Kades tidak menjawab, ia masih melihat Denis.

DENIS

Mungkin saya harus cari orang lain yang punya pemahaman sama saya, Pak. Tidak dapat kepala, ekor pun jadi, begitu kata pepatah.

Denis berdiri, di ikuti Pak Kades yang berdiri dan mereka bersalaman. Denis berjalan keluar rumah. Pak Kades melihatnya datar.

EXT. DEPAN KANTOR BUPATI BINTAN — PAGI

Sebuah Bangunan yang bertingkat, dengan terdapat Lambang Pemerintahan yang tertempel di bangunan itu.

Terdapat tulisan di bawah Bangunan itu, bertuliskan:

"KANTOR BUPATI BINTAN"

Polisi-polisi yang berpakaian lengkap berbaris di belakang Pagar Tinggi. Mereka melihat ke arah depan mereka dengan datar. Terdengar suara-suara yang saling bersahutan di depan mereka. Di belakang mereka terdapat Mobil Anti Huru Hara terparkir.

Orang-orang berdiri di depan Pagar Tinggi itu dengan membawa beragam spanduk dan mereka meneriakan kata-kata dan semangat-semangat.

Hasan berada di atas Mobil Bak terbuka, ia memakai pengeras suara, berbicara kepada Masa yang ada di depannya.

Iskandar berada di Masa itu, ia memegang sebuah spanduk. Ia melihat Hasan, datar. Sesekali ia ikut menyambung apa yang di katakan Hasan dan berseru.

Tidak jauh dari mereka, terdapat beberapa orang yang mengambil gambar Pendemo dengan Kamera mereka. Tidak jauh dari mereka, Pak Kades dan Arief berdiri, mengamati mereka.

Tidak lama kemudian, seorang Pegawai Kantor, berjalan keluar dari Pagar dan berbicara kepada Hasan. Sesaat kemudian, Hasan melambaikan tangan kepada Pak Kades. Pak Kades dan Arief berjalan menuju Pagar dan Pendemo. Mereka bersama Hasan, masuk ke dalam Pagar.

Iskandar dan Pendemo lainnya melihatnya dan menunggu di luar.

EXT. JALAN - BERGERAK — SORE

Iskandar bersama Pendemo lainnya berada di belakang Bak Pikap, pandangan mereka datar melihat sekitar. Rasa lelah terlihat dari wajah mereka, sesaat Iskandar melihat Para Pendemo lainnya, datar.

Kemudian ia melihat ke arah lain, melihat perkebunan Sawit di kiri dan kanannya.

EXT. DEPAN RUMAH - RUMAH ZULFIKAR — MALAM

Iskandar duduk di kursi, menikmati sore hari. Ia melihat sekitar, hanya terdengar suara hening, sesekali suara angin yang berhembus.

Suara Binatang terdengar dari kejauhan terdengar pelan.  Iskandar hanya melihat sekelilingnya dengan datar, ia berpikir sesuatu.

Ia masih melamun, bersamaan dengan matahari yang sudah menghilang dan malam yang menjelang.

INT. RUANG KERJA FAIZAL - PT. AGRO — PAGI

Faizal duduk di ruangannya dan terdengar suara ketokan pintu. Denis berjalan masuk.

DENIS

Keputusannya sudah keluar.

FAIZAL

Kasih tahu mereka.

Denis berjalan keluar. Faizal melihat ke arah lain, datar.

EXT. TERAS - RUAMH PAK KADES — PAGI

Pak Kades duduk di depan Rumah.

Usman berhenti di depan Rumah Pak Kades dengan Motornya. Ia berjalan menuju Rumah.

Ia memberikan Pak Kades Surat.

Pak Kades sesaat terdiam. Ia melihat Usman yang memberikannya Surat kepadanya. Ia mengambilnya, melihatnya, datar.

PAK KADES

Bilang ke yang lain. Kumpulkan mereka di Balai.

Usman pergi, terdengar suara Motornya yang menjauh. Pak Kades, masih melihat Surat itu, datar.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar