Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. BALAI DESA — PAGI
Kursi-kursi telah di duduki warga Desa, semuanya terisi, bahkan ada yang berdiri di belakang. Di antara mereka ada yang membawa anak-anak, duduk di pangkuan mereka.
Iskandar salah satu orang yang duduk di kursi-kursi itu.
Di depan mereka ada Pak Kades dan Arief, duduk bersebelahan, bersama dengan Hasan.
PAK KADES
Pak Kades mengangkat Amplop Surat itu tinggi-tinggi, memperlihatkannya kepada semua warga.
Para Warga menunggu isi surat itu, termasuk Iskandar yang dengan datar melihat surat itu.
Pak Kades mulai membuka amplop itu, merobek bagian ujung amplop dan ia mengambil kertas di dalam amplop itu. Pak Kades membukanya, sesaat ia melihat ke arah para warga, sebelum ia melihat isi kertas itu.
PAK KADES
Suara lebah warga mendengar apa isi surat dari PT. Agro, mereka kecewa. Pak Kades berhenti sejenak, menenangkan suasana.
PAK KADES
Suara lebah dari arah warga semakin kencang, membicarakan penolakan ini.
PAK KADES
Suara lebah dari warga terdengar lagi, kecewa. Dengan cepat Pak Kades mengangkat tangan --
PAK KADES
Sesaat Pak Kades melihat Warga yang serius mendengarkan isi surat itu, bersamaan dengan Arief yang melihat ke arah yang sama.
Sementara Iskandar dengan tenang mendengarkan di kursinya, tidak terpengaruh dengan suara-suara di sekitarnya.
PAK KADES
Bersamaan dengan suara-suara lebah yang bersahutan dan terdengar, sangat besar, membicarakan surat itu.
Pak Kades melipat surat itu dan memasukannya ke dalam Amplop itu kembali. Ia melihat ke Arief yang berada di sebelahnya, mereka bertukar pandang, datar, ia melihat Hasan, datar.
Pak Kades mengangkat tangannya, menyuruh semua warga tenang.
PAK KADES
Semua warga diam, memikirkannya.
JOKO
HASAN
Ada jeda di antara mereka.
YETNO
Pak Kades dan Arief saling melihat.
ARIEF
Semua warga diam mendengar apa yang di katakan Arief.
ARIEF
Suara lebah salih bersahutan dari arah warga --
ARIEF
Semua warga diam, mendengarkan Arief.
ARIEF
JOKO
Ada jeda di antara mereka.
ARIEF
Semua warga diam, Tidak terdengar suara mereka.
ARIEF
HASAN
Arief melihat Hasan, bersamaan dengan Pak Kades. Pak Kades juga melihat Arief.
ARIEF
Semua warga diam.
ARIEF
Ada jeda di antara mereka.
ARIEF
KASMAN
KASMAN, 40-an, Anggota Kelompok Tani bersuara.
ARIEF
Para Warga hanya diam, tidak menjawab, termasuk Iskandar.
ARIEF
Semua orang hanya diam, sesaat Iskandar berkontak mata dengan Arief.
EXT. PERKEBUNAN SAWIT — PAGI
Sebuah Mobil teparkir di pinggir jalan.
Terdengar suara dari benda tumpul, berkali-kali.
Sebuah Papan Penanda, bertuliskan:
"LAHAN INI DAN ASET-ASETNYA DALAM STATUS SENGKETA DAN TELAH DIDAFTARKAN DI PENGADILAN NEGERI DENGAN NOMOR
REGISTER: 58/Pdt.G/2011/PN.Pku
Tanggal 1 November 2011
SEHINGGA PARA PIHAK TIDAK MELAKUKAN/BERTINDAK DI LUAR HUKUM"
Papan Penanda itu berdiri di tengah-tengah hamparan kebun sawit.
Dua Orang Pekerja berjalan menuju Mobil, membawa peralatan yang sudah selesai di gunakan.
EXT. PERKEBUNAN SAWIT — SIANG
Iskandar membawa Karung dan Senapan Angin yang tergantung di Bahunya.
Ia berhenti di satu tempat dan mengambil Tupai yang di tembak dan memasukannya ke dalam Karung. Sesaat ia melihat sekitar.
Iskandar memperhatikan sesuatu, ia melepaskan Senapan Anginnya dan membidik sesuatu.
Seekor Biawak, berukuran kecil, sedang memanjat Pohon Sawit.
Iskandar memompa Senapan Anginnya, berkali-kali, setelah itu, ia membidik Biawak itu. Ia melepaskan Tembakan beberapa kali. Biawak itu jatuh ke tanah, Zul mendekatinya, sambil membawa Karung.
EXT. PINGGIR SUNGAI - PERKEBUNAN SAWIT — SIANG
Iskandar mengikat Mulut Biawak berukuran sedang dengan sebuah Tali Plastik. Ia memeriksanya sekali lagi, melihat Ikatan di Keempat Kakinya.
Kemudian ia memasukan Biawak itu ke dalam Karung yang ada di sebelahnya.
Ia membalikan Posisi Perangkap ke tempat semula. Ia memasukan Umpan, Tikus Mati ke dalam tempat yang sama. Memastikan Perangkapnya sempurna, ia berjalan membawa Karung menjauhi Perangkap.
EXT. PINGGIR JALAN - KEBUN SAWIT — SIANG
Denis dan Dua Orang Pengawalnya sedang melihat Papan Penanda itu. Ia melihatnya, datar.
Dari dalam Kebun, Iskandar keluar dengan membawa Karung. Iskandar melihat Papan Penanda itu, datar. Kemudian ia melihat Denis.
Denis dan Dua Orang Pekerja berjalan menuju Iskandar, begitu juga dengan Iskandar.
DENIS
ISKANDAR
DENIS
ISKANDAR
Denis tersenyum, terhibur.
DENIS
ISKANDAR
DENIS
Iskandar tidak menjawab, ia hanya diam.
DENIS
ISKANDAR
DENIS
ISKANDAR
Ada jeda di antara mereka.
DENIS
ISKANDAR
DENIS
ISKANDAR
DENIS
ISKANDAR
DENIS
ISKANDAR
DENIS
Ada jeda di antara mereka.
ISKANDAR
Denis tersenyum, terhibur lagi.
DENIS
ISKANDAR
Dua Orang Pekerja itu berjalan ke arah sekitar Iskandar, Ia menyadarinya.
DENIS
Iskandar tidak menjawab, ia hanya diam.
DENIS
ISKANDAR
Dua orang itu ingin mengambil Karung itu dari Iskandar --
Dengan cepat, Iskandar memukul Satu Orang dengan Senapan Anginnya di perut dan Wajahnya, ia terjatuh.
Satu Orang Pekerja dan melepaskan Pukulan, dengan gerakan sambungan, Iskandar mengelak dan memukul Pekerja itu dengan Lututnya dan membuat ia terduduk. Iskandar memukul Kepala Pekerja itu dengan Senapan Angin, membuat Pekerja itu tersungkur.
Dengan cepat, Iskandar menondongkan Senapan Angin ke arah Denis, ia terlihat dingin.
Denis hanya diam, terlihat wajahnya yang pucat.
ISKANDAR
Iskandar berjalan pelan menuju Denis.
ISKANDAR
Dengan menggunakan Ganggang Senapan Angin, Iskandar memukul wajah Denis. Ia jatuh terduduk, hidungnya mengeluarkan darah.
ISKANDAR
Iskandar berjalan ke motornya, menghidupkannya dan pergi.
Denis masih di tempatnya, hanya melihat sambil memegang hidungnya yang berdarah, dingin.
EXT. BELAKANG RESTORAN — SORE
Iskandar membawa Karung itu dan berdiri di depan pintu, ia berbicara kepada LAKI-LAKI,40-an, Keturunan Tionghoa. Iskandar memberikan Karung itu kepada Laki-laki itu dan ia berjalan ke dalam sambil membawanya.
Tidak lama kemudian, Laki-laki itu keluar dan memberikan sejumlah Uang Ratusan Ribu kepada Iskandar. Iskandar berjalan menuju Parkiran.