Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tak Kasatmata
Suka
Favorit
Bagikan
19. Ketika Karma Berbicara

CUT TO

64. INT. DI DALAM SEBUAH GEDUNG SEKOLANG KOSONG – MALAM

CAST: Ve, Jessie, Nura

 

Ve mengikat Jessie dan Nura di kursi. Ve menyiram Jessie dan Nura dengan air. Mereka perlahan membuka mata.

 

JESSIE

(mengerjapkan mata beberapa kali dan memandang sekeliling)

Ini di mana? Ve, lo bawa gue ke mana? Kenapa gue diiket?

 

Jessie menengok ke arah Nura yang juga diikat di sampingnya.

 

JESSIE

Nur, bangun! Sadar, Nur!

 

Nura mulai sadar. Nura mengamati dirinya sendiri yang diikat, lalu menoleh ke arah Jessie. Jessie dan Nura saling bertukar pandang, lalu menatap Ve yang berdiri di depan mereka.

 

NURA

Apa yang mau kamu lakuin, Ve? Ini di mana?

 

VE

(menatap Jessie dan Nura dengan wajah datar)

Ini adalah sekolah yang dibangun papaku. Aku akan membunuh kalian di sini. Biarin sekolah ini menyimpan cerita horor jauh sebelum pembangunannya selesai.

 

JESSIE

(tertawa, lalu menatap Ve tajam)

Papa lo? Jangan mimpi lo! Lo itu cuma cewek miskin yang nggak punya apa-apa. Sepatu bagus aja nggak punya.

 

VE

Kalian nggak sadar ya kalau kalian sudah dibodohi oleh Alena? Dia itu satu sekolah sama aku waktu SMP. Dia tau banget setajir apa keluargaku. Kalian kenal pasangan pengusaha kaya Frans Anderson dan Adera Anderson? Aku adalah anak tunggal mereka, Rebecca Veronika Anderson yang berganti nama menjadi Ve.

PAUSE

Kekayaan kalian itu nggak ada apa-apanya. Alena takut kalau dia cerita semuanya kalian bukannya mem-bully aku malah jadi deket sama aku karena dia tau standar pertemanan kalian itu cuma berdasarkan harta

 

JESSIE

Berani-beraninya Alena bohong!

 

VE

Udah lah. Kalian itu kan geng orang-orang jahat. Wajar kalau pertemanan kalian penuh kebohongan.

 

NURA

(menatap Ve dengan tatapan memelas)

Ve, maafin kami. Tolong bebasin kami. Kamu nggak perlu bunuh aku. Sebentar lagi aku juga bakalan mati karena penyakitku.

 

VE

Terlambat, Nura sayang. Ini adalah menit-menit terakhir kalian bernapas. Nggak ada kesempatan lagi. Aku nggak akan biarin kamu mati semudah itu. Kamu harus ngrasain sakit yang aku rasain, Nura. Ini balasan untuk perundung yang nggak punya hati seperti kalian!

 

Ve melangkah perlahan mendekati Jessie dan Nura. Dia mengeluarkan sebuah pisau dari kantong celana jeans-nya.

 

NURA

(menatap Ve dengan ketakutan)

Ve, kamu mau apa? Aku minta maaf, Ve. Jangan sakiti aku

 

JESSIE

(menatap Jessie dengan kesal)

Nur! Lo ngapain minta maaf sama dia? Kita nggak boleh lemah dan tunduk sama dia walaupun dia membunuh kita sekalipun!

 

Ve menatap Nura dengan sengit. Langkahnya terhenti di depan Nura.

 

NURA

(menggelengkan kepala dan menatap Ve dengan ketakutan)

Mau ngapain kamu, Ve? Tolong jangan bunuh aku. Tolong! Tolong!

 

VE

Teriak aja sampai suara kamu habis! Di sini sepi. Nggak akan ada yang denger. Oh ya, aku lupa ngasih tau sesuatu sebelum kalian mati. Besok teman-teman kalian yang lain juga akan menyusul kalian ke neraka. Seisi sekolah akan mati semua. Jadi kalian nggak akan sendirian.

 

NURA

A—apa maksud kamu, Ve?

 

JESSIE

Dasar psikopat gila!

 

VE

(tersenyum menatap Nura)

Aku kaya gini juga karena kalian. Kalian yang udah mengubah gadis pendiam ini menjadi monster. Kalian jahat! Sekarang aku akan membunuh kalian sebelum mereka.

 

Ve mulai mencekik Nura dengan kuat.

 

NURA

Ve, le—lepasin!

 

JESSIE

(menatap Ve)

Ve, lepasin Nura! Gila lo ya!

 

Ve semakin menguatkan cengkeraman tangannya di leher Nura. Ve menggoreskan pisau di leher Nura.

 

NURA

(memekik kuat)

Aaaaaaa!!!!

 

VE

(tersenyum menatap Nura)

Nikmati setiap rasa sakitnya. Nikmati setiap tetesan darah yang keluar sebagai pengganti air mataku yang jatuh karena kamu! Juga sebagai hukuman atas kematian sahabatku, Milka!

 

Nura menangis. Jessie mulai ketakutan melihat Ve menyiksa Nura. Jessie berusaha melepaskan diri, tetapi tidak bisa karena ikatannya terlalu kuat. Ve mengambil dua gunting dari saku hoodie-nya dan menusukkannya bersamaan ke kedua tangan Nura. Sementara Jessie memalingkan wajahnya ketika Ve masih mengangkat guntingnya.

 

NURA

(menjerit kesakitan)

Aaaaaa! Sakit, Ve!

 

Ve mencabut kedua gunting itu dari tangan Nura, lalu menusukkannya ke leher Nura. Nura memekik kuat, lalu berhenti bernapas dengan keadaan mata terbelalak. Jessie mulai menangis dan gemetar ketakutan. Ve membiarkan salah satu guntingnya menancap di leher Nura. Ve berjalan mendekati Jessie. Jessie memejamkan mata, keringatnya bercucuran dan air matanya menetes. Ve menggoreskan pisau ke tangan Jessie. Jessie masih memejamkan mata, berusaha menahan sakit dan tidak menjerit.

 

VE

Tangan ini yang selalu digunakan untuk menyakiti aku. Sekarang kamu rasakan pembalasannya!

 

Ve menggoreskan pisau secara perlahan ke tangan Jessie berulang kali, memperlambat kematian Jessie sehingga dia bisa tersiksa lebih lama. Jessie meringis mencoba menahan sakit.

 

VE

(menatap tajam Jessie)

Ini baru sekali, Jessie. Yang kamu lakukan ke aku itu hampir setiap hari. Lihat darah kamu. Sebanyak inilah tetesan air mata aku selama ini. Juga air mata mamaku yang selalu nangis setiap hari memikirkan nasib anaknya yang sering di-bully di sini.

 

Darah terus menetes dari jangan Jessie. Ve tersenyum pada Jessie, lalu mulai mengangkat pisaunya bersiap mengayunkannya ke tangan Jessie. Jessie terbelalak, lalu memejamkan mata. Ve memotong satu per satu jari-jari tangan Jessie. Jessie menjerit setiap kali pisau itu mengenai jarinya. Ve mengangkat pisaunya lagi, lalu menusukkannya ke kening Jessie dengan kuat.

 

JESSIE

(menjerit kesakitan)

Aaaaa!!!

 

Jessie meninggal dengan mata terbelalak seperti Nura. Tangan dan keningnya terus mengucurkan darah. Ve tersenyum puas menatap Jessie dan Nura bergantian.

 

 

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar