Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tak Kasatmata
Suka
Favorit
Bagikan
9. Kebenaran Tentang Ve

CUT TO

25. INT. LORONG INDEKOS VE – SORE

CAST: Ve dan Milka

 

Milka berjalan mengekori Ve di lorong indekos Ve. Indekos Ve berbentuk lorong panjang dengan kamar berderet di kanan dan kiri. Suasana sepi. Tampak gelap seperti cahaya matahari tidak dapat menembus masuk. Semua pintu kamar tertutup. Milka menoleh ke kanan dan kiri, mengamati setiap sudut indekos Ve. Milka mengusap tangannya, merasakan bulu kuduknya yang berdiri.

 

MILKA

(mengamati setiap jendela kamar indekos Ve)

Ve, kosan lo horor banget sih. Lo nggak takut ngekos di sini?

 

VE

Enggak. Kamu takut? Bukannya kamu bilang nggak takut hantu?

 

MILKA

Begitu masuk kosan lo, gue jadi takut. Eh kok sepi? Pada ke mana?

 

VE

Masih pada sekolah sama kuliah mungkin atau keluar main.

 

MILKA

Tapi gue ngrasa kaya ada yang lihatin gue.

 

VE

Perasaan kamu aja kali. Ayo masuk ke kamar aku.

 

Ve membuka pintu kamarnya. Milka berjalan di belakang Ve.

 

CUT TO

26. INT. KAMAR INDEKOS VE – SORE

CAST: Ve dan Milka

 

Ve menyalakan lampu dan membiarkan pintu kamarnya terbuka. Milka berdiri di depan pintu, mematung mengamati setiap sudut kamar Ve.

 

MILKA

Siang aja harus ngidupin lampu. Serem banget sih.

 

VE

Biasanya nggak aku hidupin lampunya. Malem aja jarang ngidupin lampu.

 

MILKA

Dengan keadaan gelap kaya tadi? Apalagi kalau pintunya ditutup pasti lebih gelap. Gimana kalau malem coba. Lo nggak takut? Gue mulai curiga nih sama lo. Jangan-jangan lo beneran hantu lagi.

 

Ve tersenyum tipis. Milka melangkah masuk. Milka berjalan menelusuri seisi kamar Ve, mengamati setiap benda yang ada di dalamnya. Milka membuka lemari Ve.

 

MILKA

Warna hitam semua? Seisi lemari lo nggak ada warna lain?

 

VE

Ada. Seragam sekolah kan bukan hitam.

 

MILKA

Ya maksud gue selain seragam sekolah. Lo cinta banget ya sama warna hitam?

 

VE

Kalau hidup aku udah bahagia, mungkin aku bisa suka sama warna-warna cerah, tapi nyatanya hidup aku terlalu gelap.

 

MILKA

(menepuk bahu Ve dan tersenyum)

Jangan putus asa. Gue yakin semua masa-masa berat ini akan segera berlalu.

 

Milka menutup lemari Ve, lalu berjalan mendekati meja belajar Ve. Dia heran melihat kaca yang ditutupi sebuah kain.

 

MILKA

Ini kaca, kan? Kenapa ditutup?

 

VE

(duduk di tempat tidur)

Aku benci melihat wajahku sendiri. Jangan dibuka.

 

MILKA

(ekspresi wajah sedih)

Eh di mana kotak P3K lo?

 

VE

Di laci. Ambil aja.

 

Milka mengambil kotak P3K di laci meja belajar Ve, lalu dia duduk di tempat tidur, di samping Ve. Milka mulai mengobati luka-luka Ve.

 

VE

(memberikan ponselnya pada Milka)

Baca isi pesan di HP aku.

 

Milka meletakkan kapas yang digunakan untuk mengobati luka Ve, lalu menerima ponsel yang disodorkan Ve dan membaca beberapa pesan yang tampak di layar.

 

MILKA

(mata terbelalak, ekspresi wajah terkejut)

Ini gue nggak salah baca? Lo dapet transferan 25 juta setiap bulannya? Dari mana?

 

VE

Dari orangtua aku. Kamu tau Frans Anderson?

 

MILKA

(mengernyitkan dahi, mengetuk-ngetuk dahi dengan jari telunjuk)

Bentar, kayanya nggak asing tuh nama. Oh iya, pengusaha terkenal asal Jerman itu, ya? Yang nikah sama wanita asal Bandung, Adera Anderson? Pemilik Anderson Company? Iya, kan?

 

VE

(mengangguk)

Iya. Mereka orang tuaku.

 

MILKA

Ngaco lo. Lo bisa bercanda juga ternyata.

 

Ve merebut ponselnya dari Milka. Ve membuka galeri di ponselnya dan menunjukkan beberapa foto dirinya bersama orang tuanya kepada Milka. Milka melongo.

 

MILKA

Ini foto-foto kalian? Jadi lo beneran anak tunggalnya Frans Anderson? Pantesan aja ada wajah-wajah bulenya lo. Sayangnya ketutup sama cover horor lo.

 

Milka mendekatkan ponsel Ve ke wajah Ve untuk memastikan bahwa gadis yang ada di foto tersebut memang benar Ve. Milka menyingkap poni panjang yang menutupi mata Ve.

 

MILKA

Iya bener ini lo. Lo aslinya cantik banget tau nggak kalau nggak berpenampilan horor kaya gini. Ve, kalau lo anak pengusaha kaya, terus kenapa lo berpenampilan sederhana banget? Maaf ya, bahkan sepatu lo aja udah butut gitu. Lo juga tinggal di kosan kecil yang serem kaya gini. Kenapa nggak tinggal di apartemen?

 

VE

Aku lebih suka hidup sederhana. Aku nggak mau orang tau siapa papa aku atau gimana status sosial aku. Itu cuma akan berakibat buruk.

 

MILKA

Berakibat buruk apa?

 

VE

(menunduk dengan ekspresi wajah sedih)

Sejak kecil aku udah jadi korban bullying. Di setiap jenjang sekolah. Terutama waktu SMP. Alasannya sepele, karena prestasi aku, karena guru-guru yang sering muji aku. Banyak yang berusaha memfitnah aku untuk merusak nama baik aku biar para guru juga benci sama aku, tapi usaha mereka selalu gagal. Guru-guru selalu lebih percaya sama aku. Hal itu bikin mereka semakin benci sama aku. Waktu ada rapat wali murid di sekolah, mereka akhirnya tau siapa papa aku. Setelah itu mereka mendadak minta maaf sama aku dan berubah bersikap baik. Aku pikir mereka itu tulus dan benar-benar sudah menyadari kesalahan mereka. Sampai akhirnya perlahan-lahan aku tau kalau aku ternyata dikelilingi orang-orang fake. Aku sakit waktu denger mereka semua berbicara buruk tentang aku di belakang. Ternyata mereka semua benci sama aku. Mereka cuma mau temenan karena tau aku anak orang kaya.

 

MILKA

(menatap Ve dengan rasa iba)

Lo nggak punya satu sahabat pun?

 

VE

Mereka yang aku anggap sahabat ternyata sama aja seperti yang lain. Aku pernah punya sahabat, namanya Liza, Agista, dan Jihan. Aku pikir mereka beneran sahabat aku, tapi ternyata mereka sama aja seperti yang lain. Kenyataannya nggak ada yang beneran tulus temenan sama aku.

 

MILKA

(mata berkaca-kaca, memegang luka di pipi Ve)

Terus soal wajah lo? Kenapa lo benci sama wajah lo sendiri?

 

VE

(menitikkan air mata)

Temen-temen aku yang cewek benci wajah ini. Mereka selalu berusaha melukai wajah aku. Sedangkan di mata para cowok wajah ini adalah bahan taruhan. Banyak yang berusaha buat nyentuh aku cuma untuk menangin taruhan. Aku sering mengalami pelecehan di sekolah di usia aku yang masih sedini itu.

 

Milka mendekap Ve begitu melihat air mata menetes di pipi Ve.

 

MILKA

(mengusap punggung Ve dengan tetap memeluk Ve)

Mereka itu cuma iri sama kecantikan lo. Lo nggak boleh ngrusak wajah lo lagi. Lo jangan takut. Lo nggak akan ngalamin kaya gitu lagi.

 

VE

(melepas pelukan Milka dan menunduk sedih)

Kenyataannya aku mengalami kaya gitu lagi, Mil. Kamu lihat sendiri, kan? Semua anak-anak di sekolah benci sama aku.

 

MILKA

(mengusap wajah Ve dengan lembut)

Lo coba berpenampilan sesuai status sosial lo, seperti temen-temen yang lain. Jadi nggak akan ada yang ngrendahin lo lagi.

 

VE

(menatap Milka dengan mata sendu berkaca-kaca)

Jadi aku harus nunjukin kekayaan orang tua aku? Apa aku harus dikelilingi orang-orang fake lagi? Aku memang sakit hati dengan mereka yang suka merendahkan dan mencaci aku, tapi aku lebih benci dengan mereka yang bermuka dua. Aku akan tetap jadi Ve yang seperti ini dengan tas dan sepatu butut aku, dengan penampilan anehku. Biarin cuma mereka yang berhati tulus yang mau temenan sama aku. Mil, tolong rahasiakan semua ini, ya?

 

MILKA

(tersenyum dan menggenggam erat tangan Ve)

Ya udah kalau itu mau lo. Gue akan rahasiain ini. Ve, gue akan berusaha selalu ada buat lo. Gue bener-bener tulus mau jadi sahabat lo. Makasih ya lo mau cerita semua rahasia lo ke gue.

 

VE

Cuma kamu yang aku lihat tulus sama aku karena itu aku mau jujur. Makasih ya kamu udah baik sama aku selama ini dan selalu belain aku tiap aku di-bully.

 

MILKA

Nura? Lo nggak cerita ke dia?

 

VE

Dari awal aku nggak yakin sama dia. Aku ngrasa ada sisi lain Nura yang nggak aku tau. Dari matanya dia kelihatan nggak tulus.

 

MILKA

(mengerutkan dahi)

Gue kenal Nura sejak lama, Ve. Dia baik kok.

 

VE

Suatu saat kamu akan lihat sendiri seperti apa Nura sebenarnya. Ya bisa jadi kamu bener dan aku yang salah menilai.

 

MILKA

Oke. Oh ya, lo kenapa kok telat masuk sekolah sampai dua bulan lebih?

 

VE

(menunduk sedih)

Aku sempet depresi dan nggak mau lanjut sekolah lagi. Aku takut di-bully lagi Makanya aku butuh waktu buat nenangin diri dan nggak langsung masuk setelah pendaftaran waktu itu, tapi bagaimanapun aku sayang banget sama orang tuaku. Aku nggak mau menjadi egois dan bikin mereka malu karena anaknya nggak sekolah. Makanya akhirnya aku mau sekolah setelah lebih tenang.

 

MILKA

Keputusan kamu bener, Ve. Walaupun akhirnya kamu harus mengalami perundungan lagi, tapi nggak seharusnya kamu nyerah gitu aja dan mematahkan impian kamu hanya karena orang-orang jahat yang membenci kamu. Kamu harus selalu semangat dan nggak boleh takut menghadapi apa pun.

 

Ve mengangguk dan tersenyum tipis.

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar