Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tak Kasatmata
Suka
Favorit
Bagikan
6. Kehadiran Malaikat Asing

CUT TO

12. INT. RUANG KELAS – PAGI, DUA HARI KEMUDIAN

CAST:Ve, Jessie, Alena, Liana

 

Ve berjalan masuk kelas dengan perlahan sambil menunduk. Jessie dan Alena tengah asyik memakan camilan sambil ngobrol dan tertawa. Suara tawa mereka menggema di dalam ruangan kelas. Ve menghentikan langkahnya ketika melihat wajah asing yang asyik berbincang bersama Jessie dan Alena. Menyadari kehadiran Ve, Jessie, Alena, dan gadis asing tersebut mendekatinya.

 

ALENA

(tersenyum sinis)

Akhirnya dateng juga lo. Kenapa dua hari nggak masuk? Oh masih sakit ya lukanya?

 

Alena memegang kedua pipi Ve dengan erat.

 

ALENA

(mengerutkan dahi)

Kok bekas lukanya ada dua? Gue kan cuma nglukain salah satu pipi lo. Siapa yang nglukain lo lagi selain gue? Kasian banget ya lo dikelilingi orang-orang yang benci sama lo.

 

Alena melepaskan pipi Ve dengan kasar. Ve hanya menunduk dan diam.

 

JESSIE

Pinter juga lo, Na. Ngrusak wajah cewek aneh ini. Gue juga udah eneg lihat mukanya. Oh iya, hari ini gue mau kenalin seseorang ke lo. Dia anak baru di kelas kita. Namanya Liana. Kemarin juga gue dan Alena langsung menobatkan dia sebagai anggota baru geng RB. Kenapa? Karena dia tajir, penampilannya modis, selevel lah sama gue dan Alena. Jadi lo juga harus menghormati dia. Liana, kenalin ini Ve, si cewek aneh dan udik yang gue ceritain itu. Inget ya, anggota geng RB bebas melakukan apa pun di sekolah ini, termasuk menyiksa cewek norak ini. Jadi, mulai sekarang lo bisa bermain-main sama dia.

 

LIANA maju mendekati Ve, lalu menatap Ve dengan sinis. Dia mengulurkan tangan kepada Ve.

 

LIANA

Lo nggak mau kenalan sama gue? Gue Liana.

 

Dengan ragu Ve menjabat tangan Liana. Namun, Liana langsung meremas tangan Ve dengan kuat hingga Ve merasa kesakitan.

 

LIANA

Ups, sakit ya? Emang kaya gini cara gue berjabatan tangan dengan orang yang nggak gue suka. Mungkin tenaga gue terlalu kuat buat cewek sekecil lo.

 

Liana melepaskan tangan Ve. Lalu mendorong Ve hingga Ve tersungkur.

 

LIANA

Enteng banget sih. Senggol dikit langsung jatuh. Kayanya boleh nih buat umpan para laki-laki hidung belang. Dengan badan dia yang sekecil ini, cukup tiga laki-laki aja udah bisa bikin dia nggak berkutik. Iya nggak, guys?

 

Liana, Jessie, dan Alena menertawakan Ve. Alena maju dan salah satu kakinya menginjak tangan kanan Ve. Ve hanya diam meringis menahan sakit.

 

ALENA

(tersenyum sinis)

Sakit? Makanya nggak usah sekolah di sini kalau nggak mau di-bully. Sekolah ini nggak cocok buat cewek kampung kaya lo! Mumpung hari ini pahlawan lo si preman itu izin nggak berangkat sekolah, jadi nggak akan ada yang nolongin lo.

 

Jessie menarik kerah baju Ve, lalu mencekiknya cukup lama. Lalu Jessie melepaskan cekikannya dan mendorong kuat tubuh Ve sehingga Ve terjatuh lagi. Teman-teman sekelas Ve menertawakan Ve. Ve mulai meneteskan air mata. Jessie dan Alena tersenyum puas melihat penderitaan Ve. Namun, perlahan Ve mendongakkan kepalanya dan menatap tajam kepada Jessie dan Alena. Liana ikut menyiksa Ve dengan menjambak rambut Ve, lalu membenturkan kepala Ve ke meja. Alena mendekati Ve dan menginjak kaki Ve. Ve meneteskan air mata lagi sambil memegangi kepalanya yang sakit. Jessie, Alena, dan Liana tertawa puas.

 

CUT TO

13. EXT. DI JALAN – SORE

CAST: Ve dan Brilian

 

Ve berjalan dengan perlahan sambil menunduk. Ve memegangi tangannya yang masih sakit akibat injakan Alena. Tiba-tiba sebuah motor berhenti di samping Ve. Lelaki yang naik motor tersebut membuka helm-nya. Ve masih tetap berjalan pelan tanpa memperhatikan lelaki yang berhenti di dekatnya.

SUARA LALU LALANG MOBIL DAN MOTOR DI JALAN.

 

BRILIAN

Berhenti!

 

Ve menghentikan langkahnya. Brilian memajukan motornya hingga tepat berada di samping Ve. Ve menoleh ke arah Brilian.

 

VE

Kamu lagi?

 

BRILIAN

(menatap kalung berbentuk bulan sabit yang dipakai Ve)

Ngomong-ngomong kalung kamu bagus. Kenapa bentuknya bulan sabit? Emm... biar aku tebak. Karena kamu sering sedih, kamu ngerasa hidup kamu penuh kegelapan, makanya kamu butuh bulan buat menerangi hidup kamu, tapi nggak ada bulan seterang yang kamu harepin yang ada di hidup kamu makanya kamu ibaratkan dengan bulan sabit. Iya, kan?

 

Ve tampak terkejut.

 

VE

Nggak usah sok tau. Sana pergi.

 

BRILIAN

Bulan itu kan untuk menerangi di malam hari. Di siang hari kamu butuh matahari. Aku yang akan jadi matahari itu yang akan selalu membawa keceriaan buat kamu.

 

Ve menatap Brilian dengan kesal, lalu melanjutkan langkahnya.

 

BRILIAN

Yuk naik motor aku. Kalau nggak mau, aku akan bilang ke semua anak-anak di sekolah kalau kamu anaknya Frans Anderson. Aku akan bongkar jati diri kamu.

 

Ve menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang.

 

VE

Dari mana kamu tau? Kenapa kamu bisa tau banyak hal tentang aku? Terus kenapa harus ngancem aku kaya gitu? Aku nggak kenal kamu. Kenapa kamu sok peduli?

 

BRILIAN

Aku akan selalu cari tau semua tentang kamu karena kamu itu penting buat aku. Buruan naik. Aku hitung sampai tiga kalau nggak naik motor aku, aku akan balik ke sekolah dan teriak. Aku akan ungkapin semua rahasia kamu. Satu... dua...

 

Ve menatap Brilian dengan kesal, lalu berjalan mendekati motor Brilian. Ve naik motor Brilian dengan ragu.

 

BRILIAN

(tersenyum)

Akhirnya mau juga. Pegangan yang kuat karena aku mau ngebut. Sorry ya hari ini aku nggak bawa mobil, jadi kamu harus kepanasan. Sebenarnya aku nggak tega sih.

 

VE

Aku nggak mau pegangan. Kamu mau bawa aku ke mana?

BRILIAN

Rahasia. Ya udah kalau nggak mau pegangan. Jangan nangis kalau jatuh. Eh jangan deh. Aku nggak mau kamu terluka. Kalau gitu aku akan pelan-pelan.

 

Brilian melajukan motornya dengan pelan.

 

CUT TO

14. EXT. DI DEPAN RUMAH BRILIAN – SORE

CAST: Ve dan Brilian

 

Ve dan Brilian tiba di rumah Brilian. Security di rumah Brilian membukakan gerbang. Brilian menghentikan motornya di parkiran rumahnya. Ve turun dan mengamati sekelilingnya. Brilian membuka helm-nya, lalu turun dari motor. Setelah itu dia menggandeng tangan Ve, membawanya ke taman belakang rumah.

 

CUT TO

15. EXT. TAMAN DI RUMAH BRILIAN – SORE

CAST: Ve dan Brilian

 

Brilian menggandeng tangan Ve, berjalan mendekati bangku yang ada di taman. Brilian dan Ve duduk. Brilian melepaskan tangan Ve.

 

BRILIAN

Ini rumahku. Aku ngajak kamu ke sini biar kamu lebih tenang. Aku nggak akan macem-macem kok. Tenang aja. Tunggu bentar, ya. Aku masuk ke dalem sebentar.

 

Brilian berjalan meninggalkan Ve. Ve mengamati sekelilingnya. Taman Brilian tampak begitu luas. Ada lapangan basket di sana. Tak lama, Brilian kembali dengan membawa kotak P3K. Lalu dia duduk kembali di samping Ve. Brilian mengeluarkan kapas dan obat dari kotak P3K dan mulai mengobati luka di tangan Ve. Ve menarik tangannya.

 

VE

Nggak usah.

 

Brilian tersenyum, lalu menarik tangan Ve dan mengobatinya. Ve mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ve meringis kesakitan. Brilian pun meniup tangan Ve dan kembali mengobati tangan Ve dengan perlahan. Ve memandang Brilian yang fokus mengobati lukanya. Setelah selesai, Brilian melepaskan tangan Ve. Ve pun segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.

 

BRILIAN

Udah selesai. Semoga aja lukanya cepet sembuh. Oh ya, by the way, hobi kamu apa? Kamu kan pendiem banget. Emang kamu punya hobi?

 

VE

Menurut kamu orang kaya aku nggak mungkin punya hobi dan keahlian?

 

BRILIAN

Santai dong. Aku kan cuma bercanda. Kalau hobi aku main sepak bola.

 

VE

Bukan basket?

 

BRILIAN

Bukan. Aku nggak suka main basket, bahkan nggak tertarik sama sekali.

 

VE

(melihat ke arah lapangan basket)

Terus lapangan itu? Kenapa ada lapangan basket?

 

Brilian diam dan terlihat gugup.

 

BRILIAN

Eh boleh minjem HP kamu?

VE

Buat apa?

 

BRILIAN

Penting. Mana?

 

Ve mengambil ponsel dari tasnya. Lalu memberikan pada Brilian. Brilian membuka galeri foto Ve. Brilian tersenyum saat melihat foto Ve seperti sedang melakukan dance bersama teman-temannya.

BRILIAN

(menatap Ve dengan tersenyum)

Kamu suka nge-dance? Wow! Nggak nyangka. Coba tunjukkin di depan aku.

 

VE

(merebut ponselnya)

Itu dulu. Aku nggak bisa sekarang. Kamu kenapa lancang banget bukain galeri.

 

BRILIAN

Ini banyak foto dan video lama kamu lagi nge-dance. Bakat itu dikembangin, bukannya dipendem. Seharusnya hal yang kita suka itu bisa kita lakuin untuk menghibur diri kita sendiri. Karena sekarang suasana hati kamu sedang nggak baik, jadi coba deh kamu nge-dance. Aku yakin nanti perasaan sedih itu bakalan hilang.

 

Ve menggeleng.

 

BRILIAN

Ayo nggak usah malu. Kalau enggak, aku nggak akan biarin kamu pulang.

 

Ve menatap Brilian dengan tajam. Brilian tertawa kecil.

 

BRILIAN

Udah aku bilang, aku nggak takut dipelototin. Cepetan tunjukin bakat dance kamu. Sekali ini aja. Lagian di sini cuma ada kita berdua. Jadi nggak perlu malu. Aku puterin musik buat ngiringin, ya.

 

VE

Ya udah, tapi sekali ini aja. Jangan pernah maksa-maksa aku lagi.

 

Ve melangkah maju dengan ragu. Brilian memutar musik. Ve mulai melakukan dance mengikuti irama musik. Brilian mengamati setiap gerakan lincah Ve dengan ekspresi wajah penuh kekaguman. Ve menghentikan dance-nya dan kembali duduk. Brilian mematikan musik, lalu bertepuk tangan.

 

BRILIAN

Wow! Keren banget! Aku sampai nggak tau harus komentar gimana lagi. Aku nggak nyangka cewek pendiem seperti kamu bisa nge-dance sekeren ini. Sebenarnya aku ini nggak suka dengerin musik, tapi kalau dengerin musiknya sambil lihat kamu nge-dance, aku jadi suka. Suka banget malah.

 

Brilian mengacungkan kedua jempolnya. Ve tersipu malu.

 

BRILIAN

Hei, jangan malu. Kamu itu pinter di pelajaran, di bidang olahraga jago, dance apalagi. Tunjukkin semua itu ke dunia. Jangan bersembunyi di balik cover horor ini.

 

VE

Kenapa kamu nglakuin semua ini? Apa tujuan kamu sebenarnya?

 

BRILIAN

Tujuanku ya jagain kamu, menghibur kamu, mengembalikan keceriaan kamu. Aku mau memberi warna yang berbeda di hidup kamu yang cuma ada warna hitam. Kamu suka warna hitam kan sampai baju kamu semuanya hitam? Aku nggak rela melihat kamu disakitin orang-orang jahat itu. Aku akan bikin orang-orang yang nyakitin kamu itu jera.

 

VE

Jangan pernah coba-coba nyakitin siapa pun. Kalau terjadi apa-apa sama mereka, aku yang akan dituduh. Aku akan kena masalah lagi.

 

BRILIAN

Kalau kamu nggak ngizinin aku buat balas perbuatan jahat orang-orang ke kamu, izinkan aku untuk selalu menyediakan bahu sebagai tempat kamu bersandar, menengadahkan tangan untuk menampung setiap butir air mata kamu, dan menjadi badut yang rela melakukan apa pun demi seulas senyuman di bibir mungil kamu.

 

Ve menatap lekat Brilian. Mereka saling berpandangan sejenak, lalu Ve menunduk.

 

VE

Aku nggak perlu dikasihani.

 

BRILIAN

Aku bukan kasihan, tapi aku peduli. Ayolah, mulai sekarang pikirin diri kamu sendiri. Lakukan apa pun yang menyenangkan buat kamu sendiri tanpa perlu peduli pendapat orang lain. Jangan pernah menghukum diri sendiri untuk kesalahan orang lain. Apalagi sampai mencoba bunuh diri seperti waktu itu.

 

Brilian mengambil sebuah buku harian kecil dari dalam tasnya.

 

BRILIAN

Aku sengaja beli diary ini buat kamu. Kalau kamu lagi sedih, takut, khawatir, atau bagaimanapun perasaan kamu, kamu bisa berbagi dengan buku ini. Kalau kamu canggung cerita sama aku atau mungkin aku suatu saat nggak ada, kamu bisa cerita ke buku ini. Anggap aja dia sahabat kamu.

 

Brilian memberikan buku harian kecil itu kepada Ve. Ve mengamati buku yang dipegang Brilian, lalu dengan ragu menerimanya.

 

BRILIAN

(tersenyum menatap Ve)

Kamu harus jadi wanita kuat! Semangat! Ya udah yuk aku anterin pulang.

 

Brilian berdiri, lalu berjalan hendak meninggalkan taman. Ve berdiri dan menatap punggung Brilian.

 

VE

Makasih. Aku seneng kenal orang sebaik kamu.

 

Brilian tersenyum tanpa menoleh ke belakang.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar