SC.17 EXT. DEKAT RUMAH IBU.SIANG
Lingkungan tempat tinggalnya masih terlihat sama seperti dulu. Jean berjalan perlahan menyusuri jalan desa tempat tinggalnya dulu. Setelah bertemu Deon ia merasa sangat merindukan ibunya , ia berencana melihat ibunya meski dari kejauhan.
JEAN
Semuanya masih tampak sama
CUT TO:
FLASHBACK
IBU SRI
Jean mulai hari ini kamu akan tinggal dengan ayahmu.
JEAN
Tidak bisakah aku tinggal di sini saja bersama ibu?
IBU SRI
Ibu sangat senang bahwa ayahmu memintamu untuk tinggal dengannya, kamu akan dapat kehidupan yang lebih baik. Kamu juga bisa mengejar cita-citamu tanpa perlu memikirkan uang.
JEAN
Tapi bu aku juga bisa melakukannya meskipun hidup dengan ibu.
IBU SRI
(Memegang jean) Jean dengarkan ibu baik-baik, saat kau tinggal di sana nanti kau jangan sebut nama ibu di depan bu Utami. Jangan pernah mengeluh ingin bertemu ibu. Jangan melakukan hal yang akan membuatnya marah. Menurutlah seperti kamu menuruti ibu. Kau mengeti? (berusaha tegar)
JEAN
Tapi bu...
IBU SRI
Ibu mohon jean, ini semua demi kebaikanmu
JEAN
Baik bu (menahan air mata)
Ibu Sri memeluk Jean sebelum ia pergi, kemudian mengantarnya ke depan mobil. Sopir mengambil koper dan tas Jean memasukannya ke dalam bagasi. Kemudian membukakan pintu mobilnya.
SOPIR
Silahkan non!
Jean melirik ibunya.
Ibu Sri balas mengannguk.
Jean memasuki mobil, sopir menutup pintu mobil dan berjalan menuju kursi kemudi.
Pintu kaca belakang terbuka, wajah Jean terlihat sedang menahan air matanya. ia melambaikan tangannya seraya mobil melaju dengan pelan meninggalkan ibunya yang melambaikan tangan sambil mengucapkan selamat tinggal.
CUT BACK TO
Jean berdiri di depan rumahnya, beberapa kali ia ingin mengetuk pintu pagar itu, namun beberapa kali pula ia tak jadi melakukannya.
CUT TO:
FLASHBACK
Jean memasuki rumah keluarga Adiyoso untuk pertama kalinya, pandangannya sibuk berkeliling karena rumah itu tampak besar dan indah. Sementara sopir menyimpan barang-barang yang jean bawa ke dalam kamarnya.
ANWAR
Kau sudah datang?
JEAN
Selamat siang pak! (menganggukan kepalanya)
ANWAR
Panggil aku ayah.
JEAN
Baik ayah (terbata)
ANWAR
Selama kamu tinggal di sini, kamu tidak boleh mengungkit tentang ibumu. Sesuai kesepakatan aku dan ibumu, mulai sekarang kamu dilarang keras menemui ibumu. Kamu mengerti?
JEAN
Kenapa aku tidak boleh menemui ibu?
PAK ANWAR
Itu adalah syarat kau tinggal di sini. ibumu sudah berjanji pada ayah bahwa ia tidak akan pernah menemuimu lagi. Paham?
JEAN
Iya ayah (menunduk)
CUT BACK TO
Jean masih berdiri di depan pintu rumah lamanya, seseorang mengahmpirinya.
BARA
Kakak siapa? Kenapa berdiri di depan rumahku?
Jean menoleh, seorang remaja laki-laki mengenakan seragam SMA berada di sampingnya.
JEAN
Bukankah ini rumah bu Sri?
BARA
Ini rumahku.
JEAN
Kalau boleh tau sejak kapan kamu tinggal disini?
BARA
Sejak aku SMP
JEAN
Apa kau tahu kemana penghuni sebelumnya pindah?
BARA
Entahlah,
(memiringkan kepalanya sambil berpikir) Ah... kakak mirip gadis sma di foto itu?
JEAN
Mhm??
BARA
Aku menemukan foto kakak di rumah ini saat kami baru pindah dulu.
JEAN
Dulu Aku memang pernah tinggal di sini (tersenyum)
BARA
Aku tidak tahu kemana pindahnya penghuni sebelumnya, tapi mungkin saja ibuku tau.
JEAN
Kalau begitu bisa aku bertemu dengan ibumu?
BARA
Hari ini dia sedang tidak ada di rumah, aku bisa menanyakannya untuk kakak nanti.
JEAN
Aku sangat berterima kasih jika kau mau melakukannya.
BARA
Kalau begitu berikan nomer kakak, aku akan menghubungi kakak jika sudah mendapatkan informasinya.
JEAN
Ah baiklah..
BARA
(menyodorkan ponselnya) tolong tuliskan nomer kakak.
Jean mengambil ponsel itu, dan mengetikan nomernya kemudian mengembalikannya. Bara memanggil nomer itu.
(terdengar suara getar dari dalam tas selempang jean)
BARA
Itu nomerku
JEAN
Baiklah, aku akan menyimpannya. Terima kasih atas bantuannya dik.
CUT TO:
SC.18 EXT.PROYEK.SIANG
Terik matahari membuat Jean bercucuran keringat, sudah cukup lama ia berkeliling di lokasi proyek akhirnya memutuskan untuk kembali ke kantor sementara yang di buat di area proyek.
Ia melepas safety helmet yang ia kenakan, ia mencari-cari tisu untuk mengelap keringatnya namun ia tak menemukannya di sana. baru saja ia memutuskan untuk menggunakan lengan bajunya, Deon menyodorkan sapu tangan miliknya. Jean mengambilnya tanpa ragu.
DEON
Aku akan membelikan minuman dingin tunggulah!
Deon berlari kecil keluar dari kantor proyek. Sementara jean melihat-lihat ruangan kantor yang masih kosong tak ada apa-apa disana hanya ada satu set sofa dan meja kerja di bagian sudut ruangan.
Tak butuh waktu lama Deon kembali membawa kantong berisi banyak minuman.
DEON
Di sini belum ada lemari es, jadi kami masih membeli minuman dari luar.(menjelaskan)
Aku tak begitu tau seleramu, kau bisa memilih yang kau suka. (membukakan tas berisi minuman)
JEAN
Terima kasih (mengambil minuman ion dari dalam keresek kemudian meneguknya)
DEON
Ku pikir kau tak akan ke sini?
JEAN
Aku hanya ingin memeriksa ulang keadaan di lokasi. Apa kau sering datang ke sini?
DEON
Kedepannya aku akan sering berada di sini di banding kantor pusat. Apa kau juga akan sering datang ke sini.
JEAN
Tergantung situasi.
DEON
Sering-sering lah datang!
(melirik jam tangannya) sepertinya aku harus pergi sekarang, ayahmu mengundangku makan malam bersama, apa kau mau pulang bareng?
JEAN
Kau pergilah duluan, aku membawa kendaraan sendiri.
DEON
Baiklah kalau begitu aku pergi. Sampai bertemu nanti.
CUT TO:
SC.19 INT.RUMAH.MALAM
Bu utami dan beberapa pembantunya sibuk di dapur menyiapakan hidangan untuk makan malam.
Di kamarnya Sieta sibuk memilih pakaian yang akan ia kenakan, ia mengeluarkan setengah isi lemarinya mencocokan dan melemparnya pakaian yang ia rasa kurang cocok ke atas kasur.
SIETA
(mengeluh pada dirinya sendiri) Harusnya aku berbelanja, pakaianku sudah model lama semua.
(bertanya-tanya) Apakah kak Jean punya pakaian bagus? Tidak mungkin (menjawab sendiri) aku bakan tak pernah melihatnya belanja.(tersenyum)
Tapi tak ada salahnya melihat-lihat.
Sieta pergi ke kamar jean dan melihat-lihat isi lemarinya. Seperti dugaannya ia tak menemukan pakaian bagus di gantungna lemari kakaknya.
SIETA
Sia-sia saja aku kesini(lemas)
(melihat bagian bawah lemari)
Apa ini? Sepertinya album foto. (ia mengambil album itu dan membukanya)
Sepertinya ini foto-foto sebelum kakak datang ke sini, ini pasti ibunya.
(membuka halaman album) Oh ini seperti kak Deon, apa mereka berteman saat SMA? Tapi waktu mereka bertemu kenapa mereka seperti tak saling mengenal? Mungkin karena mereka tidak akrab? (menutup album, menyimpannya kembali di lemari).
Saat menyimpan album ia melihat sebuah kotak di bagian pojok lemari, sieta mengambil dan membukanya.
SIETA
Waaahh... Gaunnya cantik sekali.
(mengangkat gaun dari kotak) Bukannya ini edisi terbatas, hanya ada beberapa di negara ini. Harganya juga sangat mahal. Dari mana kakak mendapatkan gaun ini? Tak mungkin ia membelinya sendiri, dia kan gadis yang sangat hemat.
Sieta mencoba gaunnya dan bergaya di depan kaca.
SIETA
Wah sangat cantik, aku menginginkannya. Aku harus menelpon kakak untuk meminjamnya.
Sieta berlari ke kamarnya untuk mengambil ponselnya dan segera menelpon Jean.
SIETA
Halo kak!
SPLIT SCREEN
JEAN
Ya
SIETA
Aku menemukan gaun cantik di lemari kakak, bolehkah aku memakainya?
JEAN
Gaun apa maksudmu? Kenapa kau ada di kamarku?
SIETA
Gaun yang ada di kotak berwarna biru di sudut lemari.
Maaf masuk kamar kakak tanpa izin aku hanya ingin melihat-lihat baju kakak. Aku ingin mengenakan gaun yang bagus malam ini tapi aku tak memilikinya di lemariku, jadi aku melihat-lihat lemari kakak.
JEAN
Kau ini seharunya kau minta izin dulu jika ingin masuk ke kamar orang lain.
SIETA
Maaf kak! (menyesal)
JEAN
Pakailah jika kau menyukai gaunnya
SIETA
Aku sangat menyukainya kak, kakak yakin aku boleh memakainya.
JEAN
Pakailah
SIETA
Terima kasih kak! Kakak memang yang terbaik (tanpa sadar mengacungkan jempolnya)
Oya kakak sudah di mana sekarang? Kak Deon akan makan malam di rumah, apa kakak bisa sampai rumah tepat waktu.
JEAN
Aku sedang di jalan
SIETA
Baiklah kalau begitu, cepat sampai rumah ya. Hati-hati di jalan kak
JEAN
Ya (menutup telpon)
INTERCUT
Semua keluarga Adiyoso sudah berada di meja makan kecuali Jean, Deon juga sudah ada di sana duduk bersebelahan dengan Sieta.
Di sisi satunya duduk Utami dan sibungsu (Raka). Anwar duduk di bagian tengan dimana biasanya kepala keluarga duduk. baru saja mereka mau mulai makan terdengar suara orang masuk ke dalam rumah.
SIETA
Sepertinya itu kak Jean
UTAMI
Jangan ganggu kakakmu, dia pasti lelah.
SIETA
Aku menyuruhnya untuk cepat pulang agar kita bisa makan bersama.
INSERT
Jean berjalan masuk ke dalam rumah menuju tangga untuk naik ke kamarnya.
SIETA
Itu dia, kak Jean ayo kita makan. Kami baru saja mau mulai.
Jean melihat Utami untuk membaca situasi, tampak Utami sedikit menggelengkan kepalanya untuk melarangnya bergabung di acara makan malam itu.
JEAN
Aku sudah makan, aku juga sangat lelah. Selamat menikmati makan malam kalian (Menganggukan kepalanya)
Jean segera naik ke kamarnya.
SIETA
Padahal pas aku telpon tadi dia sedang di perjalanan, kapan dan di mana dia makan?
UTAMI
Sudahlah berhenti mengganggu kakakmu, dia bilang dia sangat lelah biarkan dia beristirahat.
ANWAR
Ayo kita makan, silahkan nak Deon.
DEON
Baik om
ANWAR
Kau juga Sieta
SIETA
Iya ayah.
INTERCUT
Di ruang tengah Sieta dan Deon duduk mengobrol sambil menikmati makanan penutup.
SIETA
Oya kak, apa kak Deon dan kak Jean teman satu SMA?
DEON
Apa kakakmu bilang begitu?
SIETA
Tidak, aku hanya tak sengaja melihat album foto yang kakak simpan di lemarinya. Aku melihat kak deon di foto itu.
DEON
Benarkah? (pura-pura tidak tahu)
SIETA
Oh aku belum cerita ya kalau kakakku tinggal bersama ibunya di desa sewu sebelum pindah ke sini. Sebenarnya kami adalah saudara tiri beda ibu.
DEON
Aku tinggal di desa sewu hanya satu tahun, jadi tidak begitu akrab dengan teman-teman di sana.
SIETA
Pantas saja saat pertama kalian bertemu kalian terlihat tidak saling mengenal.
DEON
Oya di mana ayah dan ibumu, aku harus pamit karena ini sudah malam.
SIETA
Tinggallah lebih lama.
DEON
Tidak, kau juga harus beristirahat. Lagi pula aku juga cukup lelah hari ini.
SIETA
Baiklah (kecewa)(memanggil ibu dan ayahnya) Ayah, ibu deon mau pulang
Anwar dan Utami menghampiri mereka
UTAMI
Kenapa buru-buru?
DEON
Sudah malam tante, saya tidak mau mengganggu jam istirahat om dan tante.
ANWAR
Sampaikan salamku untuk ayahmu. Lain kali mari kita makan malam bersama dengan keluargamu.
DEON
Baik om akan saya sampaikan, kalau begitu saya permisi.
Sieta mengantar Deon keluar
UTAMI
Mereka terlihat sangat serasi ya pah.
SC.20.INT.KAMAR.MALAM
Di dalam kamar jean sudah bersiap untuk tidur, meski ia merasa belum mengantuk. Ia menutup matanya namun itu tak berhasil membuat dirinya tidur.
Suara getar terdengar dari ponselnya, sontak ia terbangun ketika melihat panggilan itu berasal dari Bara bocah yang tinggal di rumah lamanya. Dengan antusias ia menjawab panggilan tersebut.
JEAN
Hallo!!
BARA (O.S)
Hallo kak, ini Bara.
JEAN
Ya, Bagaimana kata ibumu?
BARA (O.S)
Aku sudah menanyakannya, kata ibuku ibumu pindah ke Jakarta.
JEAN
Benarkah? Apakah ibumu tahu alamatnya di Jakarta?
BARA (O.S)
Ibuku tak tahu soal itu kak. Tapi ibumu mengatakan pada ibuku bahwa ia akan menemui putrinya di Jakarta, bukankah seharusnya kakak sudah bertemu dengannya?
JEAN
Benarkah? Tapi selama ini ia sama sekali tak pernah menemuiku. Apakah ibumu meyampaikan hal lain?
BARA (O.S)
Hanya itu yang ibuku tau.
JEAN
Baiklah Bara, terima kasih atas informasinya. Jika kau perlu sesuatu katakanlah, kakak akan memberikannya untukmu sebagai ucapan terima kasih.
BARA (O.S)
Tidak perlu kak, itu bahkan bukan bantuan yang sulit. Maaf karena hanya itu informasi yang bisa aku berikan.
JEAN
Informasi ini sangat berharga untuk kakak, terima kasih Bara.
BARA (O.S)
Sama-sama kak.
Jean menutup telponnya, ia terlihat berpikir di mana ia bisa menemukan ibunya. kenapa selama ini mereka tak pernah bertemu.
JEAN
Sebenarnya ibu ada di mana? Kenapa tak pernah muncul di hadapanku sekalipun.
CUT TO:
di sebuah taman di komplek rumah susun di pinggiran kota jakarta. Jean kecil bermain sendiri mengambar potret ibu dan dirinya di tanah.
Sebuah kerikil kecil mengenai punggunya, membuatnya meringis kesakitan. Ia membalikan badannya dan ia melihat 3 orang anak laki-laki seumuran dengannya menjulurkan lidah untuk meledeknya.
ANAK-ANAK
Sedang apa kau anak haram?
JEAN KECIL
Aku bukan anak haram
ANAK-ANAK
Kamu anak haram
JEAN KECIL
Bukan
ANAK-ANAK
Kalau begitu dimana ayahmu?
JEAN
Aku bukan anak haram (menangis)
DISSOLVE TO
Jean yang sedang tidur mengeluarkan air matanya, dan terbangun.
Ia menghapus air mata yang membasahi wajahnya, Hanya mimpi.