Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
103. INT. RUMAH DIAN — PAGI
Tiga bulan berlalu. Sinar bersama Dian, Rian, dan Ricky duduk di meja makan. Mereka baru saja selesai sarapan, dan berbincang-bincang sebentar. Imam menghampiri meja itu, lalu memberikan sebuah bingkisan jam tangan pada Sinar.
IMAM
(memberikan bingkisan)
SINAR
IMAM
SINAR
RIAN
DIAN
Sinar mengangguk.
104. EXT. RUMAH DIAN — PAGI
Rian bersama hampir semua pasukan Kelompok Singa Jantan berangkat dari rumah dengan menggunakan mobil. Jumlahnya lebih dari 20 mobil. Mereka pergi, dan membiarkan rumah tanpa penjagaan sedikit pun. Penjaga rumah yang biasa berjaga ikut pergi.
105. INT. RUMAH DIAN — SIANG
Sinar dan Ricky berdiri di belakang Dian yang masih duduk di meja makan sambil memainkan ponsel. Sinar memegang boks cincin, sedangkan Ricky memegang bahu Sinar. Sinar lalu mengangguk. Ricky berjalan menuju bagian luar rumah, sementara Sinar berjalan pelan mendekati Dian dari arah belakang, dan berlutut di samping Dian sambil menawarkan cincin yang ia bawa.
SINAR
Ucapan Sinar mendadak terhenti.
SINAR (CONT'D)
Dian terlihat masih kaget dengan kejutan yang Sinar siapkan. Tangannya menutup mulut dengan mata yang haru. Kepala Dian mengangguk setuju.
CUT TO:
106. EXT. RUMAH DIAN — SIANG
Ricky tersenyum ketika sampai di bagian teras rumah Dian, tapi tak lama, mulut dan hidung Ricky dibekap oleh seseorang yang memakai topeng dari belakang. Ricky kehilangan kesadaran. Kepala Ricky ditutup dengan sarung hitam, tangan Ricky diikat ke belakang.
CUT BACK TO:
107. INT. RUMAH DIAN — SIANG
sinar masih dalam posisi berlutut menawarkan cincin pada Dian.
DIAN
(tersenyum)
Sinar tersenyum, tapi senyuman itu langsung hilang ketika melihat seseorang yang mengenakan topeng masuk dan berjalan dari arah belakang Dian. Mata Sinar melotot kaget. Orang asing bertopeng itu menodongkan pistol ke arah kepala Dian. Sinar segera berdiri dan mengangkat tangan.
108. INT. GUDANG TUA — MALAM
Sinar bersama Dian yang tak sadarkan diri berada di sebuah gudang tua terbengkalai, bentuk bangunannya setengah jadi dengan banyak tumbuhan liar. Satu-satunya cahaya berasal dari lampu mobil yang disorotkan ke arah mereka. Tangan Sinar dan Dian masing-masing diikat ke arah belakang, mereka didudukkan pada sebuah bangku yang diselingi oleh meja dengan posisi saling berhadapan. Wajah Sinar dan Dian ditampar-tampar pelan oleh Bos Besar hingga mereka siuman. Samar-samar, Sinar melihat keadaan sekitar dan mendapati dirinya bersama Dian sudah dikepung oleh 20 orang bersenjata api. Di belakang mereka, masing-masing terdapat satu orang yang berdiri mengawasi.
BOS BESAR
Bos Besar tertawa keras sambil menunjuk sebuah mobil yang lampunya menyorot ke arah Sinar dan Dian, tapi Sinar malah melihat ke arah kanan dan kiri. Dia melihat Ricky dalam keadaan duduk dengan tangan terikat berada sepuluh meter darinya. Raut wajah Ricky sangat bersedih.
BOS BESAR (CONT’D)
(menyimpan pistol di atas meja Sinar dan Dian)
Bos Besar memundurkan langkah, sedangkan anak buahnya melepas ikatan Sinar dan Dian.
SINAR
(berdiri)
Bos Besar menodongkan pistol ke arah Dian. Membuat Sinar kembali duduk.
BOS BESAR
SINAR
BOS BESAR
(tertawa)
SINAR
(menatap Dian)
Dian menangis. Tanpa sepatah katapun, Dian mengambil pistol dari atas meja, dan justru mengarahkan pistol ke arah kepalanya sendiri.
SINAR (CONT’D)
Anak buah Bos Besar meraih tangan Dian. Mencegah Dian untuk bunuh diri.
BOS BESAR
(menampar-nampar pelan wajah Dian)
SINAR
(berdiri)
Tubuh Sinar ditahan oleh anak buah Bos Besar, memaksa Sinar kembali duduk.
BOS BESAR
(berbisik pada Dian)
Dian menggeleng.
BOS BESAR (CONT’D)
(berjalan mundur)
DIAN
(menyeka air mata, dan bicara lirih pada Sinar)
SINAR
(melihat Dian dengan tatapan iba, lalu menatap marah pada Bos Besar)
Bos Besar tersenyum, lalu menggeleng.
SINAR (CONT’D)
BOS BESAR
Sinar diam sesaat.
SINAR
Ya, aku setuju.
Tangan Sinar langsung menjulur ke depan, tanpa aba-aba mengeluarkan simbol kertas.
SINAR (CONT’D)
DIAN
FLASHBACK TO:
109. INT. RESTORAN MEWAH — MALAM
Kembali pada Scene Head 35. Di malam Sinar menyatakan perasaannya pada Dian di sebuah restoran mewah dan romantis, Dian menatap wajah Sinar yang tampak lucu karena gugup. Sinar lalu mengelap bibir Dian dengan tissue ketika makan.
SINAR
(mengelap bibir Dian)
110. INT. KANTOR INVESTASI — MALAM
Kembali pada Scene Head 56. Dian berjalan ke arah luar kantor, langkahnya terhenti, mengecek ke dalam tas yang dia bawa dengan teliti. Dian kembali berjalan masuk untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di atas meja kerja. Saat hendak memasuki ruang kerja, Dian mendapati Sinar sedang mengambil makanan yang Dian berikan dari tempat sampah, lalu memakannya.
SINAR (O.S.)
111. INT. KANTOR INVESTASI — MALAM
Kembali pada Scene Head 61. Ketika lembur, Dian berhenti mengerjakan pekerjaannya untuk beristirahat sebentar. Dian menyandarkan kepalanya ke meja kerja. Memejam sesaat, tiba-tiba ada seseorang yang menyelimuti Dian dengan Jaket. Dian mengintip, orang itu adalah Sinar. Sinar juga menyimpan makanan di atas meja kerja Dian.
SINAR (O.S.)
112. EXT. KANTOR INVESTASI — MALAM
Kembali pada Scene Head 67. Malam ketika Sinar dan Dian bertengkar. Dian menutup pintu mobil Sinar, dan berjalan di bawah guyuran gerimis. Sinar ikut turun dari mobilnya. Mengejar Dian, dan bertengkar sesaat. Sinar lalu memayungi Dian dengan jaketnya. Mereka berdua tiba di mobil Dian. Dian duduk dan masuk ke dalam mobil, Sinar mencegah Dian menutup pintu mobil. Sinar menghapus air mata Dian dengan tangannya.
SINAR (O.S.)
BACK TO PRESENT:
113. INT. GUDANG TUA — MALAM
Pelan-pelan, tangan Dian mengeluarkan simbol batu. Sinar yang terlanjur mengeluarkan simbol kertas sangat terkejut.
SINAR
Dian tak menjawab. Tangan kirinya mengangkat pistol menuju tangan Sinar yang masih mengeluarkan simbol kertas. Dian membantu Sinar menggenggam pistol, dan menodongkan pistol itu ke arah kepala Dian sendiri.
SINAR (CONT’D)
(menangis dan menggeleng)
Bos Besar tertawa sangat keras.
DIAN
(tersenyum)
Sinar hanya bisa menangis dan memejam paksa ketika Dian menggiring jarinya untuk menarik pelatuk pistol. DOR! Sinar berteriak histeris.
114. INT. MOBIL — SUBUH
Ricky mengendarai mobil, di sampingnya ada Sinar yang nampak bersedih. Wajah Sinar pucat. Di bangku belakang terdapat kantung jenazah yang berisi tubuh Dian. Ricky melihat ke kanan dan kiri jalanan yang memasuki kawasan hutan. Ricky berhenti, menarik rem tangan. Ricky turun, dan membukakan pintu mobil untuk Sinar.
RICKY
Sinar tak merespon. Wajah Sinar masih tampak terpukul atas kematian Dian. Ricky menarik tangan Sinar dengan lembut, membuat Sinar ke luar dari mobil.
115. EXT. JALAN RAYA DENGAN PINGGIRAN HUTAN — SUBUH
Sinar berjalan digiring oleh Ricky. Ricky merubah posisinya menjadi tepat di belakang Sinar. Tangan kiri Ricky mengambil pisau yang terselip di bagian belakang celananya. Ricky menikam Sinar dari belakang, tepat di titik jantung Sinar. Merasakan ada tusukan, kepala Sinar terangkat, bibirnya tersenyum. Tubuh Sinar masih cukup kuat untuk berbalik menghadap Ricky, tapi tak lama tubuh Sinar roboh. Ricky terduduk dan mencabut pisau dari tubuh Sinar, lalu memangku kepala Sinar.
RICKY
(menangis dan memegang kepala Sinar)
SINAR
(menahan sakit)
RICKY
(menangis semakin keras)
SINAR
(berusaha tetap sadar)
Sinar tak sadarakan diri. Ricky semakin histeris dan memeluk kepala Sinar.
116. EXT. RUMAH DIAN — PAGI
Rian duduk bersama para penjaga rumah di depan pos pagar. Rian meminum kopi dan membicarakan satu hal dengan pembawaan yang cukup ceria. Kegiatan Rian terhenti ketika mobil yang Ricky tumpangi tiba di depan rumah. RICKY MEMBUNYIKAN KLAKSON MOBIL BERKALI-KALI. Rian membukakan pagar, dan membiarkan mobil Ricky masuk.
Rian mendatangi Ricky yang masih duduk di kursi kemudi, dan terkejut mendapati keadaan Ricky yang amat terpukul.
RIAN
Ricky tak menjawab. Ricky hanya bisa menangis sambil tangannya menunjuk ke arah kursi belakang mobil. Rian melihat ada jenazah Sinar bersama satu kantung jenazah. Rian segera membuka pintu belakang, lalu membuka kantung jenazah yang berisikan tubuh Dian. Mata Rian benar-benar melotot marah.
RIAN (CONT’D)
RICKY
RIAN
(melihat ke arah penjaga)
Rian menutup pintu mobil dengan sangat keras.
END TO BLACK
SELESAI