Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sinar yang Gelap
Suka
Favorit
Bagikan
5. Ketidaktelitian Sinar

50. INT. KANTOR INVESTASI — SIANG

Tiga hari berselang. Dian masih berduka atas kematian Robi dan Jack. Selama tiga hari itu pula, Dian tak masuk kerja. Sinar duduk di meja kerja dengan raut wajah yang berantakan, dia melirik ke arah meja Dian.

SINAR

(berbisik pelan)

Sudah tiga hari you tak masuk.(pause)
You pasti sedang bersedih. Apa pantas pelaku menghibur keluarga korban? Maafkan aku, Dian.

51. EXT APARTEMEN SINAR — PAGI

Keesokan harinya, LIMA ORANG BERTUBUH BESAR DAN MEMAKAI KAUS BERGAMBAR SINGA MENGAWASI DI JALAN KE LUAR AREA PARKIR APARTEMEN SINAR. Awalnya mereka bersikap biasa saja, tapi gerak-gariknya berubah jadi siaga ketika ada kendaraan yang ke luar dari apartemen itu. Mereka semua langsung bergerak cepat memasuki mobil ketika melihat mobil yang Sinar kendarai ke luar menuju kantor.

52. INT. MOBIL SINAR — PAGI

Sinar berkendara cukup pelan. Beberapa kali ia melihat ke arah spion mobil. Sinar menyadari ada kendaraan yang terus mengikutinya dari belakang. 

53. EXT. KANTOR INVESTASI — PAGI

Sinar tiba di area parkir kantor. Saat turun dari mobil, Sinar berjalan menunduk sambil melirik sedikit ke arah mobil yang mengikutinya, mereka juga ikut berhenti tepat di depan kantor Sinar. Satu orang dari mereka turun dan berpura-pura mengecek ban depan mobil. Sinar terus berjalan, ketika sampai di depan pintu masuk kantor, ada mobil sedan hitam yang berhenti, dari pintu depan mobil turun seorang pria bertubuh kekar dengan tattoo kepala singa tanpa angka di tangan kanannya. Tattoo yang sama persis dengan milik Jack. Dia adalah RIAN. Sinar sedikit siaga ketika melihat Rian membukakan pintu belakang, dan keluarlah Dian dari mobil itu.

SINAR

(berbisik pelan)

Jangan-jangan pria itu targetnya.

54. INT. KANTOR INVESTASI — PAGI

Di area loby kantor, dengan mata sembab Dian berlari mengejar Sinar yang berjalan cukup cepat. Tangan Dian menenteng kantung plastik warna putih berisikan makanan. Dian menepuk bahu Sinar, dan berjalan sejajar bersama.

DIAN

Selamat pagi, Sinar.

SINAR

(mempercepat langkah)

Ya.

DIAN

(ikut mempercepat langkah)

Apa kabar, Sinar? Udah 4 hari ini kita ga ketemu. Kamu gak kangen?

SINAR

Baik.

DIAN

Kamu kenapa, Sinar? Kok aneh sih?

SINAR

Tak apa.

DIAN

Kamu cemburu sama laki-laki yang tadi nganterin aku?

Sinar menggeleng, kakinya berjalan semakin cepat untuk meninggalkan Dian di belakang, tapi Dian tak tinggal diam, Dian ikut mempercepat langkah kakinya menyusul Sinar.

DIAN (CONT’D)

Sinar, tadi itu sepupu aku.

SINAR

Bukan itu, Dian. You sedang ada masalah. Aku tahu. Jangan dulu pikirkan aku.

DIAN

(tersenyum)

Kamu juga lagi ada masalah, ya?

Sinar tak menjawab dan berlalu begitu saja. 

CUT TO:

55. INT. MOBIL RICKY — PAGI

Ricky menginjak pedal rem tepat di depan kantor Sinar, dan tepat pula di belakang mobil yang sedari tadi mengikuti Sinar. Ricky menekan klakson mobilnya beberapa kali, tapi mobil itu tak kunjung melaju juga. Ricky ke luar dari mobil dengan mengenakan kaus bertuliskan kelompok naga, dan mengacungkan pistol. Melihat tindakan Ricky, akhirnya mobil yang mengikuti Sinar melaju kembali. 

CUT BACK TO:

56. INT. KANTOR INVESTASI — PAGI

Sinar dan Dian memasuki ruang kerja mereka. Dian masih mencoba berjalan sejajar bersama Sinar.

SINAR

(duduk)

Tak sebesar masalah yang you punya.

DIAN

(menyimpan kantung plastik putih di meja Sinar)

Sok tahu deh.

SINAR

(melihat kantung plastik)

Mata you yang sembab menjelaskan itu semua. Ini apa?

DIAN

(duduk)

Kalau kamu mau cerita, tinggal hubungi aku aja, ya.(pause)
Itu makanan yang aku buat tadi pagi. Aku tahu kamu pasti belum sarapan.

SINAR

(membuka laptop)

Aku sedang ada pekerjaan.

DIAN

Nanti kamu sakit kalau gak makan.

Sinar berdiri, mengambil kantung plastik pemberian Dian, dan membuangnya ke tampat sampah yang berada di bawah meja Sinar. Melihat itu, Dian merasa kaget dan kecewa. Dian memalingkan pandangan dan membuka laptop kerjanya.

57. INT. APARTEMEN SINAR — MALAM

Sinar duduk di depan meja kerja apartemen. Wajahnya pucat dengan rambut yang agak berantakkan. Sinar memakai pipet dan menetesken sebuah cairan ke dalam tabung durham. Sinar mencatat sesuatu di atas selembar kertas. PONSEL SINAR BERBUNYI DARI ATAS RANJANG. Ada panggilan masuk dari Dian, tapi Sinar tak peduli. Sinar terlalu fokus untuk mempersiapkan eksekusi berikutnya.

58. RUMAH DIAN — MALAM

Keadaan rumah masih nampak ramai oleh para pelayat. Di ruang makan, Dian bersama Rian sedang duduk dan baru selesai menyantap makan malam. Dian beranjak pergi dari ruang makan tersebut.

RIAN

Mau ke mana kau?

DIAN

Menemui para pelayat.

Dian berjalan meninggalkan Rian, dan Rian langsung melihat ponsel, lalu menghubungi salah satu anak buahnya.

RIAN

Halo.

ANAK BUAH RIAN (O.S.)

Iya, bos.

RIAN

Gimana tadi penyelidikannya? Apa benar pelakunya Sinar?

ANAK BUAH RIAN (O.S.)

Kami ragu, bos. Dia sama dengan karyawan lainnya.

RIAN

Dia itu satu-satunya teman Dian yang perawakannya mirip dengan orang yang membobol mobil Mas Robi di kantor.

ANAK BUAH RIAN (O.S.)

Iya, bos. Kami juga lihat rekaman CCTV-nya. Tadi pagi, ada orang yang menodongkan pistol ke kami sewaktu kami membuntuti Sinar.

RIAN

Pistol? Siapa?

ANAK BUAH RIAN (O.S.)

Kami belum tahu itu siapa, tapi sekilas, dia memakai kaus bertuliskan pasukan naga.

RIAN

KELOMPOK NAGA?

ANAK BUAH RIAN (O.S.)

Kami jadi curiga pada kelompok itu.

RIAN

Aku tidak tahu ini pengalihan atau bukan, tapi lanjutkan terus penyelidikan. Besok awasi Sinar untuk terakhir kali, setelah itu cari semua informasi tentang KELOMPOK NAGA dan keterkaitan Sinar dengan kelompok itu.

ANAK BUAH RIAN (O.S.)

Siap laksanakan, bos.

RIAN

Satu lagi, rahasiakan penyelidikan kita dari siapapun. Jangan sampai Dian mengetahuinya. Bagaimanapun juga, sekarang Dian adalah pewaris dari pimpinan keluarga ini, aku tidak mau terkesan melakukan tindakan di luar izinnya.

ANAK BUAH RIAN (O.S.)

Baik, bos. Aman.

59. EXT. KANTOR INVESTASI — PAGI

Sinar ke luar dari mobil. Sinar berjalan sambil melirik ke arah jalan raya, di sana ada mobil yang sejak kemarin mengikuti Sinar.

60. INT. KANTOR INVESTASI — PAGI

Sinar berjalan dengan cepat menuju meja kerja. Dian mengejar langkah Sinar dari belakang. Saat hendak menepuk bahu Sinar, Dian berhenti sesaat, wajahnya merenung, kemudian menarik kembali tangannya yang tadi hendak menepuk bahu Sinar, tapi Sinar sudah menyadari kehadiran seseorang di belakang, Sinar berbalik dan melihat Dian yang kaget.

DIAN

Eh,(pause)
Selamat pagi.

Dengan ekspresi datar, Sinar membalikkan kembali tubuhnya, melanjutkan langkah meninggalkan Dian.

61. INT. KANTOR INVESTASI — SORE

Jam dinding menunjukkan pukul empat sore. Para karyawan sudah bersiap untuk pulang dan menimbulkan beberapa suara yang cukup bising, tetapi Dian tak peduli dengan semua itu. Dian masih fokus bekerja di meja kerja. Sinar yang duduk di sebelah Dian melihat ke arah tumpukkan kerja di atas meja Dian. Sangat banyak. Sinar berjalan beberapa langkah ke arah belakang. Kakinya tertuju pada majalah dinding, di sana tertulis karyawan yang lembur hari ini hanyalah Dian. Sinar melihat kembali ke arah Dian dengan tatapan iba. Dian berdiri dan berbalik, mereka tak sengaja saling tatap, tapi Sinar segera memalingkan wajah. Sinar kembali ke meja kerja, memakai jaket harrington hitam, mengambil tas, lalu pergi meninggalkan Dian di ruang kerja. 

62. INT. KANTOR INVESTASI — PAGI

Dian berjalan cepat melewati beberapa meja dan karyawan lain di ruang kerja. Tangan kanan Dian menenteng sebuah jaket harrington hitam yang sama dengan yang dia kenakan. Dian berjalan memasuki ruang atasan yang pintunya sedikit terbuka. Di dalam ruangan itu sudah ada Sinar, Mila, Faishal, dan Yusuf yang berdiri di depan meja kerja atasan.

DIAN

(bersalaman dengan Atasan)

Maaf saya terlambat, Pak. Semalam saya lembur.

ATASAN

(bersalaman dan menunjuk ke arah sofa)

Bukan masalah besar. Kalian semua silahkan duduk.

Sinar, Dian, Mila, Faishal, dan Yusuf berjalan ke pojok ruang dan duduk di sofa.

ATASAN (CONT’D)

(membawa amplop cokelat)

Pertama, selamat akhir bulan untuk kalian. Gaji sudah dikirim ke rekening masing-masing. Ke dua, maskipun kinerja kalian berada jauh di bawah performa sebelumnya, tapi kalian berhasil menjadi tim dengan pencapaian terbaik. Perlu diingat, ini karena kinerja tim lain yang buruk. Jadi jangan berbangga, tapi silahkan untuk tetap berbahagia. Kalian berhak mendapat penghargaan, tiket untuk berlibur selama tiga hari sudah disiapkan untuk kalian.

MILA

Sebagai ketua dari tim ini, saya mengucapkan terima kasih.

ATASAN

(memberikan amplop cokelat ke Mila)

Tiket berlibur untuk memotivasi kalian.

MILA

(menerima amplop cokelat)

Baik, pak.

ATASAN

Kalau begitu, sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Silahkan kembali bekerja di meja masing-masing.

Sinar, Dian, Mila, Faishal dan Yusuf berdiri, lalu berjalan ke luar menuju meja mereka. Di tengah perjalanan, Dian berjalan mendekati Sinar. Dian tersenyum manis pada Sinar.

DIAN

(memberikan jaket yang dia bawa)

Makasih ya.

SINAR

(mengernyitkan dahi)

Untuk apa?

DIAN

Untuk jaket, makanan dan memastikan aku pulang dengan selamat.

SINAR

(menerima jaket dari Dian)

You ini bicara apa?

DIAN

Aku tahu kok, semalam kamu diem di kantor, nyelimutin aku pake jaket kamu, terus nyimpen makanan di atas meja aku.

SINAR

Bukan aku.

DIAN

Waktu kamu selimutin, sebenernya aku belum tidur. Aku intip kamu yang melakukan itu. Sewaktu pulang juga, aku tahu ada mobil kamu yang jagain aku dari belakang.

SINAR

Jaket ini tertinggal kemarin, mungkin ada seseorang yang menyelimuti you.

DIAN

(tersenyum manis)

Iya, ya. Orang itu pasti sangat mencintai aku.

Sinar tak menjawab, kepalanya tertunduk.

MILA

Apaan sih kalian ini. So sweet banget.

Sinar dan Dian melihat ke arah Mila.

FAISHAL

Nanti kita makan malem bareng yuk. Sekalian bahas liburan nih.

YUSUF

Ayo. Sekalian juga biar kita makin akrab.

MILA

Lu aja yang kurang akrab. Kerja di lapangan mulu sih.

YUSUF

Ya kali, gimana nih, mau makan malam di mana?

MILA

(melihat ke arah Sinar dan Dian)

Kalian ikut ya.

SINAR

Ada yang har...

DIAN

(memotong pembicaraan Sinar)

Iya, kami pasti ikut.

63. INT. MOBIL SINAR — MALAM

Dian duduk di sebelah Sinar yang sedang mengendarai mobil menuju restoran untuk makan malam bersama tim. Mereka berdua mengenakan jaket harrington hitam yang sama.

DIAN

Ga apa-apa kan aku ikut di mobil kamu?

SINAR

You ini minta izin setelah masuk ke dalam mobil.

DIAN

(tertawa kecil)

Ya, kamu kan lagi aneh belakangan ini. Kalau minta izinnya sebelum naik, kayanya ga bakal dibolehin.

Sinar tak menjawab.

DIAN (CONT’D)

Nanti antar ke kantor lagi buat ambil mobil aku ya.

SINAR

Ya.

DIAN

Senyum dong.(pause)
Kali ini aja please temenin aku makan malem bareng tim ya. Aku pengen banget melupakan banyak hal bersama mereka.

SINAR

(menatap kosong, dan tersenyum paksa)

Ya.

DIAN

Sekali-kali ga apa-apa kan kita makan bareng temen-temen yang lain. Apalagi kamu jarang banget ngomong sama mereka.(pause)
Oh iya lupa, kamu kan memang jarang ngomong, apalagi senyum.

Sinar tak menjawab.

DIAN (CONT’D)

Eh, gimana masalah kamu sudah selesai?

SINAR

Entahlah.

DIAN

Kenapa?

SINAR

Kenapa apanya?

DIAN

Kok aku ngerasa belakangan ini kamu berubah ya. Apa masalah kamu sebesar itu?

SINAR

Maaf.(pause)
Lagipula masalah you pasti jauh lebih besar.

DIAN

Ga apa-apa, Sinar. Aku ngerti.(pause)
Masalahku ga besar kok.

SINAR

Jangan berbohong.

DIAN

Beneran kok, ga ada apa-apa. Aku kan belum cerita apa-apa.

SINAR

Mata you yang menjelaskan itu semua.

DIAN

Oh itu,(pause)
Semuanya udah selesai kok.

Sinar melirik ke samping, menatap wajah Dian dalam-dalam.

DIAN (CONT’D)

Kenapa, Sinar?

SINAR

(kembali menghadapkan wajahnya ke depan)

Bukan apa-apa. You kuat.

DIAN

(tertawa kecil)

Apaan sih?

SINAR

Aku serius. You kuat, sangat kuat.

64. INT. RESTORAN PADANG — MALAM

Mila, Faishal, dan Yusuf sudah tiba lebih dahulu di restoran khas Padang. Mereka duduk di kursi dengan meja yang memanjang. Setelah pelayan selesai menyimpan banyak hidangan di atas meja, dan sambil menunggu kedatangan Sinar dan Dian, mereka membicarakan sesuatu dengan cukup serius.

YUSUF

Gue bilang juga apa. Kita bakal liburan.

MILA

Ah lu, itu karena kinerja tim lain anjlok parah.

YUSUF

Kok bisa gitu ya?

MILA

Lu tau kasus cat semprot merah beberapa minggu lalu? Terus kasus pembunuhan minggu lalu?

FAISHAL

Lu ini, main hubung-hubungin aja.

MILA

Gue serius. Investor mustahil mau nanem duit di wilayah yang ga aman. Tim lain wilayahnya kena efek itu. Gue tahu soalnya rumah gue kena juga cat semprot merah, dan ga jauh dari rumah gue, ada beberapa proyek dari tim lain.

FAISHAL

Lah, serius?

MILA

Ngapain gue bohong ke lu pada.

YUSUF

Terus gimana keadaan rumah lu?

MILA

Aman-aman aja sih, gak lama dari kejadian itu, lingkungan rumah gue didatengin lima orang yang badannya gede-gede, pake baju gambar singa semua.

YUSUF

Mereka ngapain? Pelakunya?

MILA

Bukan. Mereka minta jangan hapus cat semprot merah itu. Mereka bilang lagi mengawasi, biasanya cat model gitu tuh buat kode.(pause)
Mereka pengen liat siapa yang datang buat ngeliat cat merah itu. Mereka juga minta ke warga supaya jangan khawatir, mereka ada di pihak kita.

Sinar dan Dian tiba. Mereka menarik kursi untuk duduk bersebelahan, dan bersebrangan dengan Mila, Faishal, dan Yusuf.

DIAN

Sorry ya, jalanan macet.

MILA

(melirik ke arah Sinar sambil tersenyum kecil)

Macet tapi ga kerasa macet ya?

DIAN

Kamu ini.

FAISHAL

(tertawa)

Ya udah, lanjutin ceritanya, Mil.

DIAN

Cerita apa nih?

YUSUF

Pake telat segala sih lu.

Sinar berdeham kecil.

YUSUF (CONT’D)

(melihat ke arah Sinar)

Eh, sorry. Gitu aja marah sih lu.

MILA

Kaku banget sih lu. Sinar kan cuma batuk doang. Bener, kan?

SINAR

Lanjutkan saja ceritanya.

MILA

Jadi gini, bener aja, pas malemnya ada satu mobil masuk, sedikit-sedikit berhenti di setiap rumah dengan cat semprot merah. Rumah gue pun sama, dia berhenti. Kayaknya dia lagi mencatat gitu.

YUSUF

(menegakkan posisi duduk)

Lu lihat orang itu?

MILA

Engga. Orang itu langsung cabut cepet banget. Ga buka jendela mobil juga. Asalnya warga mau sergap dia, cuma kita inget sama omongan lima orang bertubuh besar tadi, jangan lakukan apapun ke dia. Biar mereka yang urus.

Sinar menundukkan pandangan.

DIAN

Apaan sih, aku ga ngerti, Mil.

MILA

Nanti dilanjut deh. Setelah gue kasih tau lu kronologis lengkapnya.

FAISHAL

Kentang banget sih lu.

MILA

Sekarang kita obrolin tentang liburan dulu. Lu pada fix bakal ikut, kan?

FAISHAL

Iya lah, masa iya gue lepas kesempatan liburan gratis.

YUSUF

Bukan lu. Tapi Sinar sama Dian.

MILA

(melihat Dian)

Lu pada ikut kan?

Sinar diam seolah sedang memikirkan sesuatu di kepalanya.

DIAN

(menyenggol siku tangan Sinar)

Iya, kami ikut kok.

FAISHAL

Bagus! Akhirnya kita bisa liburan full team juga nih.

MILA

(mendekatkan jari kelingking tanda perjanjian pada Dian)

Bener, ya? Janji?

DIAN

(mengaitkan jari kelingkingnya pada kelingking Mila)

Janji.

SINAR

Itu kan Dian yang janji ke you.

MILA

Ga bisa. Dian udah janji bakal ikut bareng lu. 

FAISHAL

Berarti tugas Dian itu memastikan lu ikut liburan.

MILA

Pasti tugas sulit tuh.

Dian, Faishal, dan Yusuf tertawa mendengar celetukan Mila, tapi Sinar tampak biasa-biasa saja, ekspresinya datar, tidak menunjukkan rasa suka maupun tidak.

65. EXT. KANTOR INVESTASI — MALAM

Cuaca yang gerimis membuat kondisi jalan nampak basah ketika mobil Sinar memasuki area parkir kantor yang sepi. Di area parkir itu hanya terdapat mobil Dian. 

66. INT. MOBIL SINAR — MALAM

Sinar menarik rem tangan mobil. Sinar melihat Dian yang hendak turun, tapi Sinar mencegahnya sebentar.

SINAR

Aku kurang nyaman dengan sikap you barusan.

DIAN

Yang mana, Sinar?

SINAR

Aku tak ingin ikut liburan.

DIAN

Aku juga sama, tapi kita sedang punya masalah. Kita perlu liburan.

SINAR

Aku baik-baik saja. Tak perlu berlebihan.

DIAN

Terus kenapa kemarin kamu bertingkah aneh?

Sinar diam. Tatapannya menunduk.

DIAN (CONT’D)

(intonasi suara naik sedikit)

Kamu ga mau jawab, kan? Semua harus dibicarakan, Sinar. Kalau serba tertutup begini...(pause)
Mungkin aku ga cukup bodoh untuk terus bersama kamu. Aku ingin kamu jujur, Sinar.

SINAR

Aku baik-baik saja.

DIAN

Masih ga mau kasih tahu? Udah lah, kamu memang ga percaya sama aku!

Dian membuka pintu mobil, lalu turun. 

67. EXT. KANTOR INVESTASI — MALAM

Di bawah gerimis, Dian berjalan sedikit cepat menuju mobilnya. Sesekali Dian mengusap air mata yang tak bisa lagi ia tahan. Melihat itu, Sinar menyusul turun dari mobil untuk mengejar Dian.

DIAN

(melihat ke belakang)

Kamu ngapain ikut aku?

SINAR

Maaf, Dian.

DIAN

(mengusap air mata)

Aku yang perlu liburan itu, Sinar! AKU YANG PERLU! 

CUT TO BLACK:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar