Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sinar yang Gelap
Suka
Favorit
Bagikan
1. Tugas Terakhir Sinar

1. INT. RUANG APARTEMEN SINAR — MALAM

Keadaan ruangan apartemen bertipe studio nampak rapi namun gelap, satu-satunya cahaya berasal dari lampu meja kerja. SINAR duduk tertegun di depan meja itu. Tangan kiri Sinar menggenggam secarik kertas yang bertuliskan "Aku jatuh cinta." Sinar menunduk, meremas kuat-kuat pada kertas. TERDENGAR SUARA PANGGILAN MASUK DARI PONSEL SINAR YANG BERADA DI ATAS MEJA. Sinar melirik ke arah ponsel, tertera panggilan masuk dari BOS BESAR.

SINAR

(menjawab panggilan masuk)

Ya.

BOS BESAR (O.S.)

Gimana perkembangannya? Besok lu harus pastikan semuanya selesai.

SINAR

Ya.

BOS BESAR (O.S.)

Bagus. Besok di Cafe Lefthands, jam 1 siang. Imbalan lu bakal gua kirim pagi ini juga. Gua percaya sama lu. Jadi pastikan semuanya rapi.

SINAR

Bos.(pause)
Ini yang terakhir.

BOS BESAR (O.S.)

Iya. Lu masih aja keras kepala!

Panggilan telepon ditutup oleh Sinar, lalu ia membanting secarik kertas di tangan kirinya itu dengan sekuat tenaga ke tempat sampah yang berada tak jauh dari meja. Sinar berpaling, melihat ke meja lain yang berada di pojok ruang apartemen, di atas meja itu terdapat berbagai macam botol kaca kimia serta empat akuarium yang masing-masing berisi ular cabai, kalajengking, dan dua ekor ular kobra. 

2. INT. KANTOR INVESTASI — PAGI

Ruangan terisi oleh 4 meja yang masing-masing memiliki panjang 5 meter. Pada setiap meja itu terdapat tiga bilik sekat yang memisahkan area kerja karyawan satu dengan lain. Masing-masing meja diisi oleh 5 karyawan. Sinar duduk di meja kerja yang berada paling pojok, dan sedang mengetik pekerjaan di laptop. kegiatan Sinar terhenti oleh tepukan bahu dari DIAN yang area kerjanya tepat di samping Sinar.

DIAN

Udah jam istirahat nih. Makan siang, yuk.

SINAR

(melihat jam tangan)

Aku harus pergi.

Sinar berdiri memakai jaket harrington hitam miliknya, mengambil berkas-berkas dari atas meja kerja, dan memasukannya ke dalam tas ransel.

DIAN

Kamu mau ke mana?

SINAR

Bertemu calon investor baru. You makan siang sendiri saja dulu.

DIAN

Pergi ke mana? Kamu harus istirahat dulu, Sinar.

SINAR

(menggendong tas ransel)

Sekitaran sini.

DIAN

Oke, good luck, ya.

3. INT. CAFE LEFTHANDS — SIANG

Cafe ini memiliki dua area, satu bagian teras, dan satunya lagi bagian dalam, kedua area itu dibatasi oleh dinding-dinding yang terbuat dari kaca. Keadaan saat itu cukup kosong, hanya terdapat dua pengunjung lain yang sedang serius memainkan ponsel. Sinar berjalan memasuki area dalam Cafe Lefthands, dia sesekali melihat ke arah jam tangan. Sinar mendekati sebuah meja yang sudah diduduki oleh DENI. Deni yang baru selesai makan langsung berdiri ketika melihat kedatangan Sinar.

Sinar

(mengajak bersalaman)

Sudah lama?

Deni

(bersalaman)

10 Menit. Hitung-hitung tadi makan siang dulu.(pause)
Ayo mari duduk. Silahkan pesan dulu, Pak Sinar.

SINAR

(duduk)

Iya

Setelah duduk, Sinar mengangkat tangan ke arah PELAYAN CAFE, tak lama pelayan datang membawakan buku menu.

PELAYAN

(memberikan buku menu pada Sinar)

Selamat siang. Ini menunya, Pak.

SINAR

(menolak buku menu)

Kopi tubruk saja.

PELAYAN

(mencatat pesanan)

Apa ada tambahan lain?

SINAR

Sudah.

DENI

Pak Sinar tidak makan siang?

SINAR

Nanti saja, Pak.

Pelayan pergi meninggalkan meja.

SINAR (CONT'D)

Begini, Pak. Sebagaimana yang sudah saya infokan sebelumnya, perusahaan kami akan membangun sebuah perumahan besar untuk orang-orang yang menginginkan kenyamanan. Di perumahan itu kami juga akan membangun taman-taman besar, sekolah, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan. Jadi nanti para penghuninya tak perlu ke luar area perumahan untuk melakukan aktivitas hariannya.

DENI

Apa lokasinya sudah siap?

SINAR

Sudah. Tepatnya di sebelah barat kota ini. Kami sengaja menjauhi pusat kota agar lingkungan yang tercipta benar-benar nyaman untuk dihuni. Meskipun lokasi yang kami pilih masih mudah diakses, tapi kami tetap berkomitmen untuk membangun fasilitas-fasilitas publik di sana. Saya rasa ini akan sangat menjanjikan. Bagaimana menurut Pak Deni?

DENI

Sebenarnya saya juga sedang tertarik untuk berinvestasi properti, ada banyak...

Perhatian Sinar teralihkan oleh kedatangan enam orang yang langsung duduk di bagian teras Cafe Lefthands. Mata Sinar melirik tajam dari balik dinding kaca.

CUT TO:

4. EXT. TERAS CAFE LEFTHANDS — SIANG

RUDY beserta LIMA ORANG ANAK BUAHNYA masuk ke dalam area luar Cafe Lefthands. Raut wajah mereka terlihat sedikit ceria namun tetap terkesan menyeramkan. Rudy memakai kemeja lengan pendek berwarna hitam, terlihat tattoo bergambar cakar singa pada bagian nadi tangan kanannya. Mereka lalu duduk, Rudy mengangkat tangan untuk memanggil pelayan.

CUT BACK TO:

5. INT. CAFE LEFTHANDS — SIANG

Sinar berpura-pura mendengarkan pendapat Deni tentang ketertarikannya berinvestasi, padahal dia masih fokus memperhatikan Rudy di luar. Sinar mencuri-curi pandangan, dan Deny tidak sadar dengan tingkah Sinar. Konsentrasi Sinar terpecah saat pelayan datang menyajikan secangkir kopi pesanannya.

PELAYAN

(menyimpan kopi di meja)

Ini kopi pesanannya, Pak. Gula bisa diambil di sebelah sana.

Pelayan menunjuk ke arah meja yang berada di pojok ruang. Di meja itu terdapat toples gula, cangkir kecil untuk gula, sendok, asbak, gelas besar, dan dispenser yang bertuliskan "air putih gratis."

SINAR

Ya, terima kasih.

PELAYAN

Sama-sama, Pak.

SINAR

(berdiri)

Pak Deni, saya ambil gula dulu ya.

DENI

Iya, silahkan.

Sinar berjalan pelan menuju pojok ruangan. Saat sampai, Sinar mengambil cangkir kecil untuk gula, menaruhnya di atas meja. Sinar membuka toples gula putih, lalu menuangkannya ke dalam cangkir gula sampai penuh. Sinar sengaja menyisakan sangat sedikit gula putih di dalam toples, lalu dia mengambil kertas yang terlipat kecil dari celah-celah jam tangan. Sinar membuka kertas yang berisi serbuk putih, dan menuangkannya ke dalam toples gula. Sinar menutup kembali toples dengan sangat rapat. Sekuat yang dia bisa. Sinar berbalik sambil membawa secangkir kecil gula putih, tangan kanannya merogoh saku celana untuk mengambil ponsel. Saat ponselnya ke luar, ada sebuah paku payung cukup panjang yang terjatuh dari saku celana. Sinar berjalan kembali menuju meja. 

CUT TO:

6. EXT. TERAS CAFE LEFTHANDS — SIANG

Rudy menutup buku menu.

RUDY

Saya pesan nasi goreng kambing, air mineral, dan es cappucino.

PELAYAN

(mencatat pesanan)

Ada tambahan lain, Pak?

RUDY

(melirik ke arah lima anak buahnya)

Lu pada mau pesen apa?

ANAK BUAH RUDY

Terserah, bos. Kami ikut saja.

RUDY

(melirik ke arah pelayan cafe)

Ya sudah, semua yang saya pesan, buat jadi enam porsi.

CUT BACK TO:

7. INT. CAFE LEFTHANDS — SIANG

Sinar meminum kopi dengan mata yang masih tertuju pada Rudy. Terdengar jelas oleh Sinar suara Rudy yang berbicara dengan cukup keras.

RUDY (O.S.)

Kita sedikit lagi akan membereskan semua tugas bulan ini. Sebentar lagi juga akan ada negosiasi, kita akan menang.

Kelima anak buah Rudy tertawa dengan keras. Sinar mengernyitkan dahi. Ekspresi wajahnya menunjukkan rasa tidak nyaman.

DENI

Pak Sinar?

SINAR

Ah, iya. Maaf. Bagaimana tadi? Apa bapak tertarik bekerja sama dengan kami?

DENI

Di luar bising sekali ya, Pak.(pause)
Begini, saya benar-benar tertarik untuk bekerja sama, tapi peningkatan investasi itu berapa persen per tahunnya?

SINAR

Kisaran 5% sampai 7%, Pak. Rinciannya sudah saya siapkan.

DENI

Boleh saya lihat?

SINAR

(mengambil setumpuk kertas yang ada di dalam tas ransel, lalu menyerahkannya ke Deni)

Ini, Pak.

DENI

(menerima berkas dari Sinar)

Di sini ada rinciannya?

SINAR

Iya, Pak. Sejelas-jelasnya.

DENI

(melihat-lihat sekilas lembaran kertas)

Baik.

SINAR

(meminum kopi sambil melirik sebentar ke arah meja Rudy)

Sebelum Pak Deni mempelajarinya lebih lanjut, apa sejauh ini ada yang ingin ditanyakan?

CUT TO:

8. EXT. TERAS CAFE LEFTHANDS — SIANG

Pelayan menaruh pesanan es cappucino Rudy dan kelima anak buahnya.

PELAYAN

(menunjuk ke arah pojok bagian dalam cafe)

Gulanya bisa diambil di sana, Pak.

RUDY

Iya, saya sudah tahu.

Pelayan tersenyum dan segera pergi.

RUDY (CONT'D)

(melirik ke salah satu anak buahnya)

Lu ambilin gula sana.

ANAK BUAH

(berdiri)

Siap, bos.

CUT BACK TO:

9. INT. CAFE LEFTHANDS — SIANG

DENI

Saya belum ada pertanyaan. Saya perlu mempelajarinya terlebih dahulu. Nanti akan saya hubungi Pak Sinar atau Tim Pak Sinar begitu ada yang ingin saya tanyakan.

SINAR

Iya, Pak. Silahkan saja.

DENI

Kemungkinannya saya akan langsung memberi kepastian jadi atau tidaknya bekerja sama.

SINAR

(meminum kopi)

Sangat ditunggu, Pak.(pause)
Kalau begitu, nampaknya pertemuan kali ini harus berakhir, Pak. Saya sudah ditunggu di kantor.

DENI

Oh begitu. Baik, Pak.

Anak buah Rudy memasuki bagian dalam Cafe Lefthands. Melihat itu, Sinar segera berdiri dan pamit pada Deni.

SINAR

(bersalaman dengan Deni)

Terima kasih atas waktunya. Tagihannya biar saya saja yang bayar, Pak.

DENI

Jangan begitu, Pak. Biar saya saja yang bayar.

SINAR

Sudah, Pak. Tak apa-apa. Anggap saja sebagai bentuk perkenalan dari saya.

DENI

Bisa saja Pak Sinar ini. Terima kasih ya.

SINAR

Dengan senang hati.

Sinar berjalan ke meja kasir untuk membayar tagihan, di sana ada seorang PENJAGA KASIR.

SINAR

(menunjuk meja Deni)

Mas, saya mau bayar tagihan meja itu.

PENJAGA KASIR

(mencetak tagihan)

Baik, Pak. Tunggu sebentar.

Sambil menunggu, Sinar melihat ke arah anak buah Rudy yang sedang berusaha membuka toples gula putih dengan sekuat tenaga. Dicobanya berkali-kali, tapi gagal. Membuat gula di dalam toples itu sedikit terguncang dan teraduk. Sampai pada percobaan ke tiga, toples itu berhasil dibuka. Anak buah Rudy menuangkan semua gula ke dalam cangkir kecil.

ANAK BUAH

(menoleh ke arah pelayan)

Mbak, gulanya habis. Saya minta lagi.

PELAYAN

(berjalan ke arah dapur)

Baik. Tunggu sebentar, Pak.

ANAK BUAH

Saya mau ngasih gula ini buat bos saya dulu.

Baru dua langkah anak buah Rudy berjalan kembali menuju meja, kakinya tiba-tiba terangkat satu. Tanpa sengaja dia menginjak paku yang Sinar jatuhkan di lantai. Anak buah itu duduk di kursi terdekat dan mencabut paku dari sepatunya. Sinar tersenyum dari kejauhan, lalu membayar tagihan dan berjalan pergi meninggalkan cafe.

ANAK BUAH (CONT’D)

SIAL! KENAPA ADA PAKU?

Dengan raut wajah yang kesal, anak buah Rudy kembali berjalan menuju mejanya sambil membawa secangkir gula.

10. INT. KANTOR INVESTASI — SORE

Beberapa karyawan sedang sangat serius mengerjakan sesuatu di mejanya masing-masing. Sinar berjalan menuju meja kerja, kemudian duduk dan melihat ke meja sebelah kiri, di sana ada Dian yang sedang duduk dan mengetik sesuatu dengan cepat.

SINAR

You sudah makan?

DIAN

(berhenti mengetik dan melihat ke arah Sinar)

Sudah. Aduh, kok pekerjaanku gak selesai-selesai, ya?

SINAR

Ada yang bisa aku bantu?

DIAN

Gak ada, Sinar. Lagian kerjaan kamu juga banyak.

SINAR

Aku bisa kerja dengan sangat cepat. You tahu itu, kan?

DIAN

Iya, tapi ini kan tanggung jawab aku.

SINAR

Ya sudah. Kerjakan saja.

DIAN

(kembali melihat laptop dan mengetik)

Iya, semangat.

TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA SIRINE AMBULANS YANG MELINTAS DI DEPAN KANTOR SINAR.

DIAN (CONT’D)

(mencoba tetap fokus menatap layar laptop)

Duh, apaan sih? Berisik banget.

SINAR

(mengetik pekerjaan)

Jangan begitu.

DIAN

Bener-bener ganggu deh.

SINAR

Ada seseorang yang memang perlu suara bising itu. Pasti darurat.

DIAN

(melirik ke arah Sinar)

Ah, iya. Duh, maaf aku lupa. Kerjaan sebanyak ini memang bikin pikiran jadi gak karuan.

Sinar mengangguk. Dian mendekatkan kepalanya ke telinga Sinar dan berbisik.

DIAN (CONT’D)

Nanti selepas pulang kerja, kita ngopi sambil ngobrol-ngobrol dulu, yuk.

SINAR

(mengetik dengan cepat)

Aku tak bisa.

DIAN

Please.

SINAR

Ada yang harus aku kerjakan.

Dian memegang tangan Sinar, membuat tangan Sinar berhenti mengetik.

DIAN

Please. Kali ini aja.

Sinar melihat ke tangan Dian yang menyentuhnya. Lalu melihat wajah Dian. Sesaat saling tatap.

SINAR

Tak lebih dari satu jam.

11. INT. APARTEMEN SINAR — SORE

RICKY berdiri di tengah apartemen yang sedang kosong, kepalanya melirik ke kanan dan kiri, melihat seisi ruang yang tertata rapi. Ricky berjalan menuju meja kerja Sinar, dia melihat amplop cokelat berukuran A4. Ricky membuka dan membacanya. Raut wajah Ricky berubah menjadi kaget ketika melihat kertas itu berisikan informasi lengkap tentang Rudy, mulai dari ciri-ciri tattoo cakar singa di tangan kanan, kebiasaan Rudy yang setiap hari senin sampai rabu makan siang dan minum kopi di Cafe Lefthands, di kertas itu pula terdapat keterangan batas akhir penugasan yang tak lain adalah hari ini. Ricky segera mengambil ponsel dari saku celana, mencari nama INFORMAN JON, dan meneleponnya.

JON (O.S.)

Ya, bos. Ada apa? 

RICKY

Di area lu, apa belakangan ini ada kejadian pembunuhan?

JON (O.S.)

Ga ada, bos, tapi baru tadi ada orang yang kejang-kejang di Cafe Lefthands.

RICKY

Siapa dan kenapa?

JON (O.S.)

Katanya orang dari Kelompok Singa Jantan keracunan, cuma informasinya belum A1.

Ricky menutup panggilan telepon, dia duduk dengan gestur sedikit lemas.

RICKY

GILA!

12. EXT. KANTOR INVESTASI — SORE

Beberapa karyawan berjalan ke luar kantor secara bersamaan. Sekarang adalah jam pulang. Begitupula dengan Sinar dan Dian yang sedang berjalan melewati pintu utama kantor. Tiba-tiba PONSEL DIAN BERBUNYI. Dian segera mengambil ponsel dari dalam tas, ada panggilan masuk dari ayahnya.

DIAN

(menunjukkan ponsel pada Sinar)

Sinar, sebentar ya.

Sinar mengangguk. Dian berjalan sedikit menjauh. Tak lama, PONSEL SINAR BERBUNYI, ada pesan masuk dari Ricky yang bertuliskan, “Gue di apartemen lu. Cepet pulang.” Sinar tak membalas, malah langsung mematikan ponsel.

CUT TO:

13. INT. APARTEMEN SINAR — SORE

TERDENGAR SUARA KETUKAN PINTU DARI LUAR. Ricky berjalan pelan mendekat, dia mengintip pada door viewer sambil tangan kiri merogoh pistol yang diselipkan pada bagian belakang celana. Terlihat ada seorang KURIR yang membawa kotak boks cukup besar. Ricky membuka pintu.

KURIR

Selamat sore, ada kiriman untuk Pak Sinar.

RICKY

(melepas genggaman pada pistol)

Dia sedang tidak ada di tempat.

KURIR

Apa bisa saya titipkan kiriman ini?

RICKY

(melirik ke arah kotak boks)

Ya, tentu saja.

KURIR

(memberikan boks dan menyiapkan kertas tanda terima)

Baik. Terima kasih.

CUT BACK TO:

14. EXT. KANTOR INVESTASI — SORE

Dian berjalan menuju Sinar yang sedang berdiri menunggunya di teras kantor.

DIAN

Aku harus pulang. Tadi ayah telepon, katanya aku harus segera ke rumah.

SINAR

Ada apa?

DIAN

Katanya sih ada yang harus aku lihat, tapi paling-paling disuruh makan malam di rumah.

SINAR

Ya sudah.

DIAN

Maaf ya, Sinar. Lain kali deh.

SINAR

Bukan masalah besar.

Dian berjalan pergi menuju mobilnya, Sinar mengikuti dari belakang.

DIAN

(melihat ke belakang)

Kamu mau ke mana?

SINAR

Memastikan you baik-baik saja sampai mobil.

DIAN

(tertawa kecil)

Repot-repot. Ga usah, Sinar. Kan ada yang harus kamu kerjakan.

SINAR

(membukakan pintu mobil Dian)

You lebih dari sekedar itu.

DIAN

(masuk ke dalam mobil)

Makasih ya.  

Sinar tak menjawab, dan langsung menutup pintu mobil Dian.

CUT TO BLACK:

15. INT. APARTEMEN SINAR — MALAM

Ricky membanting kotak boks kiriman untuk Sinar ke lantai, sementara Sinar hanya berdiri di dekat pintu apartemennya.

RICKY

Lu tahu baru berurusan dengan siapa?

Sinar menggeleng. Ricky berjalan menuju meja kerja. Mengambil amplop berukuran A4 dan membantingnya kembali ke atas meja.

RICKY (CONT’D)

Orang ini, orang yang baru lu eksekusi, dia itu tangan kanan dari mafia wilayah sini!

SINAR

Mafia wilayah?

RICKY

Dia itu mafia besar!

Ricky berjalan mendekati Sinar.

RICKY (CONT’D)

(mencengkram kerah kemeja Sinar)

Lu dibayar berapa buat resiko sebesar ini?

SINAR

(memegang tangan Ricky yang sedang menggenggam kerah kemejanya)

Sangat tinggi.

RICKY

Lu dalam masalah besar!


SINAR

(melirik tangan Ricky yang masih menggenggam kerah kemejanya)

Sudah seberani apa you sekarang?

Ricky melepas genggamannya, dia berjalan ke tepian ranjang, lalu duduk.

RICKY

(mengusap wajah)

Gue cuma khawatir.

SINAR

Bayarannnya benar-benar tinggi.

RICKY

Berapa? Dengan semua yang lu punya sekarang, lu seharusnya ga setamak ini.

SINAR

Kebebasan.

RICKY

Hah?

SINAR

Bayarannya kebebasan.

RICKY

Gue ga ngerti.

SINAR

Aku ingin berhenti membunuh, Rick. Apa you pernah membayangkan hidup tenang di suatu tempat bersama orang yang you sayang?

RICKY

Pernah. Tapi...

SINAR

(mendekati Ricky)

You tak ingin?

RICKY

Gue mau. Mau banget, tapi gue ga bisa. Satu-satunya yang gue bisa ya membunuh. Gue ga kayak lu yang punya ijazah pendidikan bertingkat-tingkat.

SINAR

You bisa! Sekarang dan ke depannya, era telah berubah, akan lebih mudah untuk you cari uang dibanding mencari pekerjaan. Sekarang ada banyak media digital yang siap untuk membayar you.

RICKY

(tertawa keras)

KEPALA LU TERBENTUR APA?

SINAR

Aku serius.

RICKY

Lu ini.(pause)
Gue ga bakal selamanya jadi pembunuh kok. Suatu saat gue pasti berhenti.

SINAR

Kapan?

RICKY

Setelah tugas gue selesai.(pause)
Malam ini, gue nginep di sini ya.

SINAR

You pegang kunci apartemen ini, berarti you bisa ke sini kapanpun you mau.

CUT TO:

16. INT. KAMAR DIAN — MALAM

Kamar Dian terlihat cukup rapi dengan konsep yang minimalis dan luas. Tak terdapat banyak barang di dalam kamar itu, hanya ranjang, meja, rak gantung, lemari, dan meja rias. Dian terlihat sedang duduk dan menangis di atas ranjangnya.

CUT BACK TO:

17. INT. APARTEMEN SINAR — SUBUH

Jam dinding menunjukkan pukul 4 dini hari. Suasana khas subuh yang tenang membuat Ricky masih tertidur lelap di atas sofa, sedangkan Sinar sudah terbangun dan duduk di depan televisi. Sinar menonton berita dini hari yang menyiarkan kejadian-kejadian kriminal.

PRESENTER (O.S.)

Telah terjadi kasus pembunuhan di cafe sekitar Jalan Supratman. Korban yang berinisial RJ diracun oleh tersangka DF yang tak lain adalah anak buah dari korban. Menurut pihak kepolisian, tersangka diduga melancarkan aksinya dengan cara memasukan racun arsenik ketika korban menyuruhnya mengambilkan gula. Menurut saksi mata, tersangka mengambil gula cukup lama, dan diduga menggunakan waktu itu untuk mencampurkan racun ke dalam gula. Motif tersangka diduga dendam karena bosnya sering menyuruh dengan cara tidak sopan. Tersangka diancam hukuman maksimal mati dengan delik pembunuhan berencana.

SINAR

(tersenyum)

Bagus. Semua terkendali.

Sinar berdiri dan berjalan menuju meja kerja. Dia membuka kotak boks yang tadi siang dikirim oleh bosnya. Di dalam kotak boks itu terdapat uang 200 juta dan sebuah buku novel. Sinar mengambil buku itu, dan membuka tiap lembarannya dengan cepat, dia menemukan lipatan pada halaman 80 dan 91. Sinar juga menemukan secarik kertas pada halaman akhir novel, kertas itu bertuliskan nama Perumahan Bear Jaya, Jaya Raya, dan Putra Jaya. Di kertas itu pula terdapat simbol panah ke bawah dengan tinta berwarna merah dan tulisan "kepala singa." Wajah Sinar mendadak marah. Sinar mengambil ponsel dengan cepat, dan mencari nama Bos Besar.

INTERCUT TO:

18. INT. KAMAR BOS BESAR — SUBUH

Bos Besar terbangun ketika PONSELNYA BERDERING DI ATAS MEJA TIDUR. Bos Besar duduk, menyalakan lampu tidur, dan melihat ponsel yang terdapat panggilan masuk dari Sinar. Bos Besar menjawab panggilan masuk itu.

BOS BESAR

Ya, ada apa?

SINAR

APA MAKSUD YOU?

BOS BESAR

Lu kenapa?

SINAR

BUKU YANG YOU KIRIM!

BOS BESAR

Oh, tenanglah dulu.

SINAR

JELASKAN!

BOS BESAR

Itu tugas lu yang terakhir.

SINAR

YOU INGKAR!

BOS BESAR

Sinar, tenang. Kali ini targetnya hanya dua orang. Kata kuncinya kepala singa. Waktu lu hanya tiga minggu.

SINAR

YOU GILA! AKU TAK MAU!

BOS BESAR

Kali ini bayarannya tiga kali lipat dari biasanya. Cuma lu yang bisa ngerjain dalam waktu secepat itu.

SINAR

YOU BENAR-BENAR GILA! AKU TAK BUTUH UANG ITU!

BOS BESAR

Kalau gitu, gua bakal laporin lu ke polisi. Inget berkas pembunuhan lu masih ada di gua.

Sinar memegang rambutnya.

BOS BESAR (CONT’D)

Dan kelompok mereka akan otomatis mengejar lu ketika tahu lu adalah pelaku pembunuhan Rudy.

SINAR

MEREKA MAFIA! YOU HARUSNYA PAKAI PASUKAN ELIT YOU!

BOS BESAR

Gua ga punya pilihan lain selain lu. Lu itu lebih teliti dari pasukan elit, lagian cuma lu yang punya infomasi tentang mereka. Apa jangan-jangan lu takut?

SINAR

APA YOU LUPA SEDANG BERBICARA DENGAN SIAPA?

BOS BESAR

Bagus! Lu memang orang paling hebat dan pemberani. Setelah ini, gua janji bakal bebasin lu.

SINAR

OMONG KOSONG! 
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar