Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Semoga Sampai
Suka
Favorit
Bagikan
1. Aku yang Dibuang

ACT 1

1. INT. RUANG TAMU - MALAM

Di ruang tamu, terdapat tiga orang berkumpul. Mereka sedang merayakan acara setelah Jamal (6 tahun) disunat tiga belas hari yang lalu. Makanan mereka sederhana, hanya ada beberapa tela godok dan pohong. Indah dan Leo duduk di karpet, sedangkan Jamal berbaring di sebelah Indah. Rumah mereka terbuat dari gubuk reyot, dindingnya dilapisi oleh koran.

Indah
(Memberikan pohong kepada Jamal)
Le, dimaem iku jajane (Nak, dimakan itu jajannya). Ojok isin-isin (jangan malu-malu).


Jamal
Enggeh, Buk (Iya, Bu). Matur nuwun, nggeh (Terima kasih, ya).


Indah
Enggeh, sami-sami (Iya, sama-sama). Samean sak iki wes disunat, kan (Kamu kan sudah disunat). Iku tandane, samean wes gede (Itu tandanya, kamu udah besar). Ojok nakal-nakal yo, Le (Jangan nakal-nakal ya, Nak).


Jamal
Enggeh, Buk. Siap, hehehe.


Dari kejauhan, Leo menatap ke arah Jamal dengan tajam. Ia berjalan ke arah Indah dan berbisik pelan. Jamal tidak mendengarnya. Indah mengerutkan dahi dan bergegas ke dapur.

CUT TO

2. INT. DAPUR - MALAM

Indah mengambil sebuah gelas dan menuangkan air di meja dapur. Leo berdiri di sampingnya. Lelaki itu menyimpan sebuah obat di dalam sakunya.

Indah
(Menuangkan air)
Pak, kamu yakin malam ini akan melakukannya?


Leo
(Menutup mulut Indah)
Hsst, diam kamu! Kita harus melakukannya malam ini, Indah! Tidak ada pilihan lain!


Indah
(Mengerutkan dahi)
Tapi, Jamal itu masih kecil, Pak. Ibuk ndak tega.


Leo
(Menitikkan air mata)
Piye maneh, Buk? Bapak ndak punya pilihan maneh (Bagaimana lagi, Buk? Bapak tidak punya pilihan lain). Lek Jamal melok awak dewe, dek e malah nambahi masalah (Kalo Jamal ikut kita, dia akan menambah masalah). Awak dewe iki wong gak duwe, Buk (Kita ini orang nggak punya, Buk). Jamal iso kuat, kok (Jamal bisa kuat, kok). Bapak yakin.


Indah
(Menghembuskan nafas pelan)
Lek dek e ndak ngerti piye, Pak? (Kalau dia nggak mengerti bagaimana, Pak?)


Leo

(Tersenyum dan mengambil obat dari dalam saku)
Uwes, Buk (Sudahlah, Buk). Jamal iso kuat, kok (Jamal bisa kuat, kok).


Leo menuangkan obat ke dalam minuman. Ia mengaduknya dan membawanya ke luar dapur.

CUT TO

3. INT. RUANG TAMU - MALAM

Leo datang dan memberikan minuman kepada Jamal. Indah datang dan duduk sembari mengelus kepala Jamal yang berbaring di sebelahnya.

Leo
(Memberikan minuman)
Le, kamu duduk o ngunu, lo (Nak, kamu duduk o gitu, lo). Bapak pengen ngobrol ambek kamu (Bapak mau ngobrol sama kamu).


Jamal duduk dengan hati-hati menghadap ke arah sang bapak. Ia mengambil minuman dari Leo dan meminumnya sedikit.


Jamal
Iya, Pak?


Leo
(Memeluk Jamal dan menepuk bahunya pelan)
Kamu wes gede lo, yo (Kamu sudah besar lo, ya). Ojok bandel, kudu kuat ngadepi kenyataan, Le (jangan bandel, harus kuat menghadapi kenyataan, Nak). Seng semangat, yo. Bapak ambek Ibuk sayang samean, Le (Bapak sama Ibuk sayang kamu).


Jamal
(Membalas pelukan Leo)
Enggeh, Pak. Matur nuwun, nggeh. Jamal janji bakal dadi anak seng kuat (Jamal janji akan menjadi anak yang kuat). Makasih banyak wes dadi wong tuwone Jamal, nggeh (makasih banyak sudah menjadi orang tua Jamal, ya).


Indah memeluk Jamal dan Leo. Mereka tersenyum dan menangis bersama karena suasana haru. Beberapa saat kemudian, mereka melepas pelukan.

Leo
(Memberikan minuman kepada Jamal)
Ya wes, Le (Ya sudah, Nak). Iku minumane dihabisin (Itu minumannya dihabisin).


Jamal
(Meraih gelas dan meminumnya)
Enggeh, Pak. Matur nuwun.

CUT TO

4. INT. KAMAR - MALAM

Jam menunjukkan pukul satu pagi. Leo dan Indah terbangun. Leo memeriksa Jamal. Dia menggerakkan pundak Jamal.

Leo
(Memukul pundak Jamal pelan)
Jamal, Jamal.


Tubuh Jamal tidak bergerak sama sekali. Leo mengangkat tangannya kepada Indah.


Indah
(Mengerutkan dahi)
Piye, Pak? (Bagaimana, Pak?)


Leo
(Menggendong tubuh Jamal)
Wes teler, Buk. Ayo. (Sudah pingsan (tidak ada pergerakan), Buk. Ayo.)


Indah mengangguk pelan. Mereka berdua keluar dari rumah. Indah mengunci pintu. Leo berkali-kali mengedarkan pandangan ke sekitar. Memastikan tidak ada orang. Setelah aman, mereka bertiga mengendarai motor ke kolong jembatan.

FADE OUT

FADE IN

5. EXT. KOLONG JEMBATAN - MALAM

Indah dan Leo turun dari motor. Mereka berdua menurunkan tubuh Jamal dengan hati-hati dan meninggalkannya di bawah kolong jembatan.

Leo
(Mencium kening Jamal)
Ayo, Buk. Kita pergi.


Indah yang berada di samping kanan Jamal mencium kening sang anak dan mengelusnya pelan.


Indah (VO)
Seng kuat yo, Nak. (Yang kuat ya, Nak)


Leo dan Indah pergi dari kolong jembatan meninggalkan Jamal sendirian.

CUT TO

6. EXT. KOLONG JEMBATAN - PAGI

Jamal terbangun dari tidurnya. Ia mengucek kedua matanya dan terkejut karena berada di bawah kolong jembatan.

Jamal
(Menangis pelan dan berteriak)
Buk! Pak!


Jamal berdiri dan berlari ke sekitar. Dia melihat beberapa pengamen jalanan sedang memetik gitar. Beberapa orang yang melaluinya memperhatikannya dengan sinis. Tiba-tiba saja, Jamal bertabrakan dengan seorang lelaki berbaju putih lusuh.

Rofi
(Tangan kanannya memegang gitar dan tangan kirinya menepuk pundak Jamal)
Kamu kenapa? Kok nangis?


Jamal
(menangis pelan)
Bapak sama Ibukku hilang. Bapak lihat mereka, ndak?


Rofi
(Mengerutkan dahi)
Waduh (aduh), Bapak yo ndak tahu (Bapak ya tidak tahu). Bapak sama Ibukmu koyok opo, Le? (Bapak sama Ibukmu seperti apa, Nak?)


Jamal hanya menggelengkan kepala.

Rofi
Jenengmu sopo, se? (Namamu siapa, sih?)


Jamal
(Mendongakkan kepala)
Jamal, Pak.


Rofi
Oh, Jamal. Nama Bapak Rofi.


Jamal menganggukkan kepala dan menundukkan kepalanya.

Rofi
Ya sudah, kamu mendingan ikut Bapak dulu. Kita cari Bapak sama Ibukmu bareng-bareng. Gimana?


Jamal
(Menghapus tangisannya)
Iya, Pak. Makasih banyak.


Jamal dan Rofi berjalan di sekitar jembatan. Mereka berhenti di depan lampu merah.

Rofi
Nah, sebelum mencari orang tuamu. Mendingan kita ngamen dulu, ya. Nanti, kalo kita ngamen, kita dapat uang. Kalo sudah dapat uang, kita bisa cari kedua orang tuamu.


Jamal
(mendongakkan kepala sembari tersenyum)
Iya, Pak. Terima kasih.


Mereka berdua mengamen ketika lampu merah berhenti sampai waktu menunjukkan pukul lima sore. Rofi menghitung uang sembari duduk di pinggir jalan.

Jamal
(Mengerutkan dahi)
Pak, kapan kita mencari Bapak sama Ibukku?


Rofi
(Mengelus kepala Jamal)
Halah, jangan sekarang. Besok aja, ya. Mendingan, kamu pulang sama Bapak aja, ya.


Jamal
(Menangis pelan dan memegang lengan kanan Rofi)
Tapi Jamal kangen Bapak sama Ibuk, Pak.


Rofi
(Tertawa lirih)
Halah, kamu itu lo kok nggak ngerti. Orang tuamu nggak bakalan nyariin kamu. Mereka ninggalin kamu karena dia nggak mau ngurus kamu.


Jamal menangis sesenggukan.

Jamal
(Menggerakkan lengan Rofi berkali-kali dan berteriak)
Nggak mungkin! Bapak sama Ibuk sayang sama Jamal, Pak! Anterin Jamal pulang! Jamal mohon!


Rofi
Dibilangin kok nggak percaya. Percuma kamu nangis kayak gitu. Udah, mendingan kamu ikut Bapak aja, ya. Ayo.


Rofi berdiri dan menggenggam tangan kanan Jamal. Mereka berdua berjalan ke tongkrongan malam.

CUT TO











































Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)