18. INT. RUANG TAMU - PAGI
Pak Ponco dan bu Mira duduk di sofa. Mereka melihat ke jendela.
Pak Ponco
(Melihat ke jendela dengan cemas)
Aduh, Buk. Itu siapa, ya? Lihat, ada yang nggedor-nggedor pintu. Ini kan masih pagi?
Bu Mira
Bentar, Pak. Itu kayak suara anak kecil. Ibuk buka dulu, ya.
Bu Mira berjalan dan membuka pintu. Jamal langsung masuk ke dalam bersama dengan Putri. Ia langsung mengunci pintu itu. Setelahnya, mereka berdua menangis pelan. Putri memeluk bu Mira karena ketakutan.
Bu Mira
(Memegang kedua pundak Putri)
Loh, loh. Ini ada apa? Kok langsung ngunci pintu gitu? Kenapa kalian nangis?
Jamal menghapus tangisannya. Ia memegang tangan kanan bu Mira dengan wajah ketakutan.
Jamal
Bu, tolong telepon polisi. Di sini ada preman. Kami berdua mau dijadikan budak.
Pak Ponco yang mendengar itu langsung mengambil hpnya di dalam. Sedangkan bu Mira buru-buru menutup selambu jendela dan mengajak Putri sekaligus Jamal ke kamar mereka.
CUT TO BLACK
19. EXT. JALANAN - PAGI
Yoga dan kedua preman lainnya berkumpul. Mereka bertiga merasa resah karena ulah Jamal dan Putri.
Yoga
(Menunjuk ke rumah Pak Ponco)
Gawat ini, kita harus merebut mereka dari rumah orang itu! Ayo!
Kedua preman lain menganggukkan kepala. Setelah itu, mereka bertiga langsung ke rumah pak Ponco. Tapi, dari kejauhan ada seorang satpam yang mengendarai sepeda motornya.
Satpam
(Berteriak kencang)
Heh kalian! Jangan kabur!
Para preman itu berlari menghindari rumah dan kabur.
CUT TO
20. INT. KAMAR - PAGI
Pak Ponco dan bu Mira masih berada di kamar yang sama. Bu Mira yang melihat wajah Putri pucat mengelus pipinya pelan. Kedua matanya melihat ke arah leher Putri. Di sana, terdapat sebuah cupang. Ia memegangnya pelan.
Bu Mira
(Mengerutkan dahi)
Ini apa, Putri? Kenapa lehermu bisa gitu?
Putri menundukkan kepala dan menangis. Bu Mira yang melihatnya ikut menangis.
Jamal
(Menitikkan air mata)
Putri dijual ke orang-orang. Jamal cuman tau itu.
Pak Ponco
(Mengepalkan kedua tangan)
Astaga! Sialan orang-orang itu! Kamu masih ingat siapa namanya? Bapak mau laporin ke polisi biar dibawa ke penjara.
Jamal
(Mengangguk pelan)
Namanya Pak Yoga sama Bibi Lera.
Pak Ponco
(Mengangguk pelan dan mengelus kepala Jamal)
Baik, Nak. Lebih baik kalian di sini dulu. Meski Bapak baru pindahan dan nggak tahu orangnya seperti apa. Yang jelas kalian berdua tahu. Itu saja sudah cukup. Bapak bakal laporin ini ke polisi. Kamu tenang saja, ya.
Bu Mira mengangguk setuju. Dia buru-buru mengambil telepon yang ada di meja kamar dan menelpon polisi. Setelahnya, dia berjalan dan duduk kembali bersama Jamal dan Putri.
Bu Mira
(Memandang ke arah Putri dan Jamal dengan wajah cemas)
Oh, iya. Kalian berdua masih ingat nggak? Jalan pulang ke rumah? Atau, kalian punya saudara di sekitar sini, nggak?
Jamal dan Putri sama-sama diam. Wajahnya murung.
Jamal
(Menggelengkan kepala)
Kata Pak Rofi, orang tua Jamal nggak mau ngerawat Jamal lagi. Jamal dibuang sama orang tua Jamal.
Putri
(Mengangguk pelan)
Iya, Putri juga gitu. Dulu, Putri dijual ke Pak Yoga. Terus, orang tua Putri dapet uang banyak. Katanya, mereka bakal jemput Putri suatu hari nanti. Tapi, sampai sekarang Putri nggak pernah liat mereka berdua.
Bu Mira memeluk mereka berdua dan mencium kepalanya.
Bu Mira
Ya sudah, kalo begitu kalian lebih baik Ibu bawa ke Panti Asuhan, ya. Di sana kalian pasti banyak temennya. Tapi, Ibu bakal pisahin kalian berdua. Putri biar di panti asuhan khusus perempuan. Kalian, mau?
Jamal dan Putri saling melempar pandangan. Mereka mengangguk setuju. Pak Ponco dan bu Mira saling melempar senyuman. Mereka saling berpelukan.
CUT TO
21. EXT. PANTI ASUHAN - SIANG
Bu Mira dan pak Ponco berada di Panti Asuhan khusus perempuan bersama dengan Jamal dan Putri. Mereka berempat duduk di salah satu ruangan khusus. Tak lama kemudian, Sofi (40 tahun) datang menemui mereka. Di sana, mereka menitipkan Putri. Jamal yang melihatnya merasa sedih.
CUT TO
22. EXT. PINTU GERBANG PANTI ASUHAN - SIANG
Putri dan Jamal berdiri berhadapan. Putri menyimpan tangannya di belakang dan menggenggam sesuatu. Bu Mira dan pak Ponco ada di dalam mobil sembari menunggu mereka.
Putri
(Tersenyum lebar dan malu)
Kak Jamal, makasih banyak sudah ngebantu Putri buat keluar dari rumah itu, ya.
Jamal
(Mengangguk dan mengelus kepala Putri)
Iya, sama-sama. Kamu jaga diri, ya.
Putri
(Menundukkan kepala dan tersenyum malu)
Oh iya, Kak. Putri punya sesuatu buat Kak Jamal.
Jamal
(Mengerutkan dahi)
Apa?
Putri menunjukkan kalung yang dia sembunyikan dan memakaikannya ke Jamal.
Putri
Ini punya Kak Jamal, kan? Hahaha, Putri udah tahu dari awal. Dan kebetulan, kalungnya ditaruh di atas rak ruang tamu. Putri cepet-cepet ambil sebelum kabur.
Jamal yang mendapat perlakuan Putri tidak mampu berkata-kata. Ia hanya diam dan terus memandangi Putri dalam waktu yang lama.
SFX: Suara klakson mobil.
Pak Ponco
Jamal! Ayo, Bapak mau anterin kamu ke Panti asuhan.
Jamal tersadar dari lamunannya. Dia tersenyum ke arah Putri dan mengelus kepalanya pelan.
Jamal
Terima kasih, Putri. Kamu jaga diri, ya. Jangan lupakan Kakak. Sampai jumpa lagi.
Setelah mengatakan itu, Jamal hendak pergi dari sana. Namun, Putri meraih lengan kanan Jamal.
Putri
Kak, apa suatu hari nanti kita bisa ketemu lagi?
Jamal menganggukkan kepala.
Jamal
Kita pasti ketemu lagi, Putri. Jaga dirimu.
Mereka berdua tersenyum lebar. Jamal bersalaman dengan Putri sebelum dia pergi ke mobil. Sesampainya di mobil, Jamal duduk di bagian belakang. Dia membuka jendela dan melambaikan tangannya ke arah Putri.
Putri (V.O)
(Menangis sembari tersenyum)
Putri bakalan kangen sama Kakak.
CUT TO
23. INT. DI DALAM MOBIL - PAGI
Jamal duduk dan menundukkan kepala. Tangan kanannya mengambil sebuah lembaran kertas yang sempat diberikan Putri kepadanya. Ia membacanya di dalam hati.
Jamal (V.O)
Semoga pesan ini sampai? Gimana caranya biar pesan ini sampai, Putri?
Jamal menghembuskan nafas panjang. Ia memasukkan kembali kertas itu ke dalam saku. Ia duduk di pinggir dan menatap jendela.
CUT TO
24. INT. PANTI ASUHAN - PAGI
Pak Ponco, Bu Mira dan Jamal duduk di suatu ruangan. Di sana, bu Mira dan pak Ponco menitipkan Jamal kepada pihak panti.
INSERT: Dika (8thn) dan Reno (8thn) mengintip dari luar jendela.
CUT TO
25. INT. TAMAN PANTI - PAGI
Jamal duduk di sebuah kursi panjang yang ada di taman. Tidak ada orang lain selain dirinya sendiri. Dia menatap langit sembari termenung.
Jamal (V.O)
Apa kita benar-benar bisa bertemu lagi suatu hari nanti, Putri?
Dari kejauhan, Dika dan Reno datang menghampirinya.
Dika
(Menepuk pundak Jamal)
Eh, kamu siapa?
Jamal
(Menoleh ke arah Dika dan Reno)
Aku Jamal. Aku anak baru di sini.
Reno
(Menepuk jidat)
Aduh, gawat. Ayo lari! Kamu nggak aman! Aku Reno!
Reno menarik paksa tangan Jamal untuk berlari. Ketika berlari, mereka semua dikejutkan dengan kehadiran lima anak laki-laki. Nizar (8thn) menyiram Reno, Jamal, dan Dika dengan air kali kotor yang sudah tercampur dengan air bekas cucian peralatan dapur. Jamal terkejut.
Dika
(Meninju rahang Nizar)
Sialan! Kalian semua udah gila, ya?! Kenapa suka banget bikin ulah, sih?!
Nizar
(Menendang perut Dika)
Hahaha! Gimana rasanya?! Enak, kan? Kalian ngapain ikut-ikutan bantuin si anak baru ini?! Dia itu harus diospek tau!
Reno
(Memukul kepala Nizar)
Bacot rek! (Banyak berbicara kalian!) Rene o Kon! (Sini kamu!) Maju sitok-sitok! (Maju satu-satu!)
Reno dan Dika beradu tinju dengan kelima anak itu. Sedangkan Jamal hanya berdiam diri dan ketakutan. Tak lama kemudian, Pak Ali (34 tahun) melerai mereka.
Pak Ali
Heh! Wes-wes! (Sudah-sudah!) Opo-opoan Iki! (Apa-apaan ini!) Kok podo gelud dewe-dewe! (Kok malah bertengkar sendiri-sendiri!) Ngadek o ndek lapangan ambek hormat nang bendera, cepetan! (Berdiri di depan lapangan dan hormat ke tiang bendera, Cepat!)
CUT TO BLACK
26. INT. KAMAR PANTI ASUHAN - MALAM
Jam menunjukkan pukul satu pagi. Jamal tidur satu ruangan bersama dengan Reno dan Dika. Kasur Reno berhadapan dengan Jamal. Sedangkan kasur Dika berada di sebelah Reno. Mereka berbaring di kasur masing-masing. Reno menghadap ke arah Jamal.
Reno
(Melambaikan tangan ke arah Jamal)
Pfft! Heh? Kamu belom tidur?
Jamal
(Menganggukkan kepala. Dia bangun dan berjalan ke kasur Reno.)
Iya, belum.
Reno bangkit dan duduk di kasurnya.
Jamal
Tadi aku belum sempat bilang makasih. Makasih udah nyelametin aku, ya. Namaku Jamal, umurku enam tahun.
Reno
Halah, santai aja. Namaku Reno. Umurku delapan tahun. Lek seng ndek sebelahku namae Dika (Kalo yang di sebelahku namanya Dika). Dek e yo umur delapan tahun (Umur dia juga delapan tahun).
Reno dan Jamal tersenyum. Mereka bersalaman.
Reno
Ya wes, mulai sak iki kita temenan (Ya sudah, mulai sekarang kita berteman) . Kamu lek ndek sini harus kuat (Kamu kalo di sini harus kuat). Biasanya emang gitu. Anak-anak baru sering dijailin sama golongannya Nizar. Mendingan kamu kalo main sama kita berdua aja. Jangan sama dia.
Jamal mengangguk pelan. Mereka berdua tertawa.
DISSOLVE TO
27. INT. KAMAR KOS - PAGI
Hari-hari berganti. Kini, Jamal telah berusia 20 tahun. Dia mengenakan tas di pundak dan kalung milik Ibunya. Sedangkan Reno dan Dika berusia 22 tahun. Reno berbaring di kasur. Sedangkan Dika menyisir rambutnya. Mereka berdua hendak berangkat ke salah satu universitas di Jakarta.
Jamal
Eh, Bang Reno. Bang Reno nggak kuliah?
Bang Reno
(Memeluk guling)
Kagak, Abang masuk siang, woy. Lumayan, bisa tidur agak lama. Kemarin aku begadang. Makalahku nggak kelar kalo Abang gak begadang, Dek.
Dika memperhatikan wajahnya di depan kaca.
Dika
(Memanyunkan bibir)
Dih, enak banget situ bisa tiduran. Lah aku? Kemaren begadang bikin makalah sampek pagi ambek you. Eh, malah masuk pagi kuliahe (Eh, tambah masuk pagi kuliahnya). Apes tenan (sial banget).
Jamal yang mendengarnya hanya tertawa lirih.
Reno
Iku jenenge rejeki, Dik (itu namanya rejeki, Dik). Rejeki gak oleh ditolak (Rezeki nggak boleh ditolak). Pamali iku jenenge (Pamali itu namanya). Ngomong ae lek iri, hahaha (bilang aja kalo iri).
Jamal kembali tertawa dan menoleh ke arah mereka berdua.
Jamal
Udah-udah, jangan tengkar. Ayo, Bang Dik. Nanti telat, dimarahin Dosen kita.
Dika
Yoi, males aku isuk-isuk tengkar (males aku pagi-pagi udah tengkar). Duluan yo, Ren.
Reno
Oyi, hati-hati, rek.
Reno melambaikan tangan ke arah mereka dan kembali tidur. Sedangkan Dika dan Jamal berjalan ke luar kamar.
CUT TO
28. INT. RUANG KELAS - PAGI
Jamal duduk di bagian belakang dekat jendela. Ia mengeluarkan laptop, mengambil headshet, dan mendengarkan lagu. Tidak ada orang lain selain dirinya. Jam menunjukkan pukul 06.10.
Jamal (V.O)
Heum, kayaknya aku kepagian, deh.
Jamal melihat ke luar jendela. Ia menghembuskan nafas pelan. Pandangannya beralih ke tas, ia mengambil sebuah kertas milik Putri yang pernah diberikannya sewaktu kecil.
CU: Tulisan di kertas. "Semoga pesan ini sampai."
Jamal
(Memegang kalung yang menempel di lehernya)
Aku rindu kamu, Putri.
Jamal mencium kalungnya. Setelahnya, ia mengetik sesuatu di laptop.
SFX: Suara ketikan.
Jamal (V.O)
Biar aku ceritakan sebuah narasi. Mungkin sedikit lucu, bergenre romansa, dan sedikit komedi. Ini perihal aku, seorang lelaki yang mencintai perempuan manis. Akh, tunggu. Ingin rasanya aku mendengarnya bertanya. Tentang siapa orang manis yang ku sebut. Sayangnya, itu hanya ilusi belaka.
Dari kejauhan, Farah (19 tahun) masuk ke dalam kelas. Ia memperhatikan bagaimana Jamal mengetik sesuatu.
Farah
Widih, si anak rajin udah nongol aja di sini. Jam berapa Lo nyampek sini, Mal?
Jamal tidak mendengar perkataan Farah. Farah pun kesal, ia berjalan ke arah Jamal dan melepas kedua headshetnya.
Jamal
(Mendongakkan kepala ke arah Farah)
Dih! Apaan si? Ganggu aja, Lo! Main copot headshet orang lagi! Kembaliin!
Farah
(Menaruh headset di meja Jamal dan menatapnya tajam)
Ya habisnya Lo, sih! Gua tadi nanya, Lo dateng jam berapa! Lo nya nggak jawab, jadinya Gua cabut aja tuh headshet!
Jamal mengambil headshet dan memakainya lagi. Farah mendekatkan wajah ke laptop. Ia membaca apa yang telah diketik Jamal.
Farah
(Tertawa lirih)
Cie, Lo lagi jatuh cinta ya, Mal? Sama sapa tuh?! Dasar anak senja! Sini, Gua baca! Hahaha... biar aku ceritakan sebuah narasi.
Jamal menutup laptop dan menatap wajah Farah dengan kesal.
Jamal
(Menatap Farah dengan tajam dan menunjuk ke arahnya)
Eh! Awas ya, Lo! Liat aja kalo sampek Lo nyebarin ini ke anak lain! Mati Lo sama Gua! Ngerti?!
Farah
Gua janji, asal Lo kasih tau Gua siapa orangnya! Cepetan! Kalo Gua kenal, Gua bisa bantu Lo buat deket sama dia! Lumayan, kan?!
Jamal
(Melirik ke ruang kelas)
Oke, deh. Karena Lo orangnya bisa dipercaya. Gua bakal kasih tau. Tapi, Gua ga yakin Lo bakal kenal dia. Namanya Putri. Gua kenal sama dia waktu kecil. Tepatnya sih, sebelum Gua ditaruh di Panti asuhan.
Farah
(Menganggukkan kepala)
Oh, namanya Putri. Dia anak kampus sini apa nggak?
Jamal
(Menghembuskan nafas kecil)
Tuh, kan. Lo ga dengerin Gua ngomong apa tadi.
Farah
Lah, emang pertanyaan Gua aneh, ya?
Jamal
(Mengetukkan jemarinya di meja)
Tadi kan Gua bilang sama Lo. Kalo Gua kenal dia waktu kecil sebelum Gua dimasukin panti asuhan, kan?
Putri
(Menaikkan salah satu alisnya)
Iya, terus?
Jamal
Ya itu berarti Gua ga ngerti dia di mana sekarang. Gua pisah panti asuhan sama dia. Dia di panti khusus anak perempuan. Gua kagak.
Farah
(Membungkam mulutnya)
Ups, sori. Gua baru ngerti Lo ga sepanti sama dia. Terus, kenapa Lo bisa rindu? Lo lagi jatuh cinta, ya? Cie.. temen Gua jatuh cinta ni ye.
Jamal
(Menatap kedua mata Farah dengan tatapan tajam)
Nah, kan? Lo mulai lagi. Udah dua kali Lo ngomong gitu, woy! Kalo sampek Lo ngomong buat ketiga kalinya! Gua kasih piring cantik Lo, beneran deh! Pergi sono! Males Gua liat Lo! Ganggu aja!
Farah
Widih, tatapannya tu loh. Sok keras, Lo! Hahaha... tapi, iya deh. Gua pergi aja dari sini. Bye yayangnya Putri.
Jamal
(Menatap sinis)
Jijik, ngerti gak Lo! Gak sekekanak-kanakan itu Gua!
Jamal dan Farah berada di kursinya masing-masing.
CUT TO