Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Semoga Sampai
Suka
Favorit
Bagikan
2. Orang Tua Asuh Semalam dan Rencana Kabur

7. EXT. TONGKRONGAN - MALAM

Jamal dan Rofi berada di tongkrongan malam anak jalanan. Beberapa orang dewasa dan anak-anak menghisap putung rokok. Ada yang sedang mabuk, dan sisanya meminum kopi. Di samping kanan mereka, ada sosok Yoga yang sedang duduk di meja berbeda dan meminum segelas kopi dang menghisap putung rokok.

Rofi
(Melambaikan tangan ke salah satu teman)
Halo, Sam! (Halo, Mas!)


Dewok
(Menoleh ke arah Rofi)
Eh, Sam! Piye kabare? (Halo, Mas. Gimana kabarnya?)


Rofi mengajak Jamal duduk bersama dengan Dewok. Di sana, mereka berdua saling mengobrol dan memesan kopi. Jamal duduk di antara Dewok dan Rofi. Mereka berdua menghisap putung rokok.

Rofi
(Menepuk pundak Jamal)
Jamal, kamu mau teh anget, nggak?


Jamal
Iya, boleh.


Jamal mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Sesekali dia terbatuk karena asap rokok. Dewok yang melihatnya tersenyum dan mengelus kepala Jamal.

Dewok
Iki sopo? Gak tau eroh aku (ini siapa? Aku nggak pernah tahu).


Rofi
(Tertawa pelan)
Oalah, iyo ancen (Oalah, iya emang). Dia anak baru, Wok. Biasa, dibuang sama orang tuanya. Tapi dia sek gak iso nerimo (Tapi dia masih tidak bisa menerima).


Dewok
(Tertawa kencang dan menepuk pundak Jamal)
Oalah, ngono ceritane (Oalah, gitu ceritanya). Nggak papa, Dek. Kamu gak sendirian. Banyak anak-anak kayak kamu. Coba lihat anak-anak di sana.


Dewok menunjuk ke salah satu meja. Di sana, terdapat anak-anak seumuran Jamal yang memegang putung rokok. Jamal memperhatikannya cukup lama.

Dewok
(Mengambil rokok dari saku celana dan memberikannya kepada Jamal)
Ini, mau nggak?


Jamal menggelengkan kepala dengan wajah sedih. Ia menitikkan air mata. Rofi memukul lengan Dewok dan menatap kedua matanya tajam.

Rofi
Heh! Ambek arek cilik kok ngono (Heh! Sama anak kecil kok seperti itu).
Dewok
(Memasukkan rokoknya ke dalam saku)
Halah, suwi-suwi lak terbiasa dewe (Halah, lama-lama terbiasa sendiri nanti).


Rofi
Ada seng mau ngurus dek e gak yo, kiro-kiro? (Kira-kira, ada yang mau ngurus dia, nggak?)


Dewok
(Menoleh ke meja kanan)
Eh, Sam! Iki loh, ada anak baru (Eh, Mas! Ini loh, ada anak baru). Dek e habis ditinggal orang tuane (Dia baru ditinggal orang tuanya). Kamu mau ngerawat, gak? Jare kamu pengen nduwe anak? (Kamu mau ngerawat, nggak? Katanya kamu pingin punya anak?)


Yoga, seorang lelaki berbaju merah dan sedang menghisap putung rokok menoleh ke arah Rofi. Ia menatap Jamal sembari tersenyum.

Yoga
Jenengmu sopo? (Namamu siapa?)


Rofi menepuk pundak Jamal, memberi kode.

Jamal

(Menatap dengan wajah takut)
Jamal.


Dewok menoleh ke arah Jamal dan menepuk pundaknya.

Dewok
Isin-isin arek iki (Malu-malu anak ini). Piye? Gelem, gak? Sakno aku ndelok e (Gimana? Mau ndak? Kasihan aku melihatnya).


Yoga
Aku seh, iyo ae (Aku sih, mau aja). Dek e gelem, gak? (Dia mau apa nggak?)


Jamal menganggukkan kepala pelan.

Yoga
Yo wes (Ya udah). Ayo mulih, Mal (Ayo pulang, Mal). Aku mulih disek yo, Sam! (Aku pulang duluan ya, Mas!).


Yoga mengajak Jamal pulang ke rumahnya. Jamal mengangguk. Dia berpamitan kepada Rofi dan Dewok. Setelah itu, mereka pulang.

CUT TO

8. INT. DI DEPAN RUMAH YOGA - MALAM

Yoga dan Jamal berdiri di depan pintu. Jamal menoleh ke Yoga.

Jamal
(Menangis pelan dan ketakutan)
Pak, kalo Jamal jadi anak Bapak. Orang tuaku gimana?


Yoga
(Menyentil kening Jamal dan berteriak)
Heh! Kon iku wes gak duwe wong tuwo! (Kamu itu udah nggak punya orang tua!) Mulai sesok! (Mulai besok!) Awakmu kudu kerja keras, ngerti?! (Kamu harus bekerja keras!) Golek duit seng akeh! (Cari uang yang banyak!) Awas lek entok mek titik! (Awas saja kalo sampai dapat sedikit!) Ngerti?!


Jamal menangis keras. Yoga menampar pipinya. Jamal menangis lebih keras. Yoga melepas salah satu sandalnya.

Yoga
(Memukul pundak Jamal dengan sandal)
Ayo, Kon! (Ayo, kamu!) Nangis o terus! (Nangis aja terus!) Tak gepuk i, kapok, Kon! (Tak pukul i, mampus kamu!)


Jamal mengelus lengannya. Ia berusaha untuk menghentikan tangisnya. Sesekali, dia menghapus tangisannya. Yoga tersenyum puas. Ia menggandeng tangan Jamal dan membawanya masuk ke dalam.

Yoga
(Berjalan sembari tersenyum sinis)
Nah, ngono a (Nah, gitu dong). Kamu tuh masih kecil, harusnya, kamu bersyukur bisa ketemu saya. Masih baik, saya bawa ke sini. Kalo kamu nggak saya bawa ke rumah ini, kamu mau tinggal di mana?!


CU: Jamal menitikkan air mata.

CUT TO

9. INT. RUANG TAMU - MALAM

Jamal dan Yoga berada di ruang tamu. Dinding rumah Yoga masih terlihat bagus. Jamal sesekali tersenyum karena melihatnya. Ada dua kursi sofa yang sobek dan sebuah meja berbentuk lingkaran. Di salah satu sofa, Lera duduk dan tersenyum ke arah Jamal. Ada sebuah sapu di sudut kiri ruangan.

Lera
Loh, ada anak baru. Ini siapa?


Yoga
(Tersenyum sinis)
Namanya Jamal, Sayang. Biarin dia di sini. Biar sekalian bantuin kita cari duit. Orang-orang pasti punya simpati sama anak kecil, kan? Piye pesenanmu? Lancar? (Bagaimana pesananmu? Lancar?)


Lera
(Tersenyum tipis)
Lumayan, dua orang. Besok semoga nambah, biar tambah banyak uang kita.


Jamal (V.O.)
Pesanan apa, ya? Kue, kah?


Lera
(Berjalan dan memeluk Yoga)
Piye, Mas? (Gimana, Mas) Awakmu entok opo dino Iki? (Kamu dapat apa aja hari ini?)


Yoga
(Mengambil kalung emas dari saku celana)
Aku ada kalung baru buat kamu, Sayang.


Jamal mengamati kalung itu. Ia seperti mengenal pemilik kalungnya.

Jamal (V.O)
Itu kan punya Ibuku? Kok bisa ada sama orangnya?


Jamal berjalan dan merebut kalung itu.

INSERT: Putri (4 tahun) mengintip dari luar jendela.

Jamal
(Memakai kalung)
Ini bukan punya Bapak! Ini punya Ibuku!


Yoga melototkan kedua mata dan mengambil sapu. Setelah itu, dia memukul punggung Jamal. Jamal berteriak kesakitan.

Yoga
(Melepas kalung dari leher Jamal dan memukul punggung)
Ayo, Kon (Ayo kamu)! Nangis o terus ben dirungokno tonggone (Nangis aja terus biar didenger sama tetangga)! Tak usir tekan omah iki (Tak usir dari rumah ini)! Mampus, Kon (Mampus,kamu)!


Jamal
(Merintih kesakitan)
Sakit, Pak Yoga! Sakit!


Lera merebut sapu dan membuangnya asal. Ia melipat kedua tangan dan menatap kedua mata Yoga dengan tajam.

Lera
(Berbisik di telinga Yoga)
Uwes-uwes (udah-udah)! Mandek o (hentikan)! Ini udah malem! Jangan sampek tentangga denger! Malu tau, Mas! Kalo tau kamu berantem cuman gara-gara kalung curian! Yang ada, warga pada tahu kalo kamu preman!


Yoga
(Tersenyum tipis)
Hahaha, benar juga Sayang. Yo wes, Putri ndek endi? (Putri di mana?) Ket mang awan kok nggak onok (Dari tadi siang kok ngga ada).


Lera
(Tersenyum lebar dan bertepuk tangan)
Oh, tenang aja. Dia habis ini pulang bawak uang banyak.


Jamal menatap ke arah pintu. Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu.

SFX: suara ketukan pintu.

Lera dan Yoga menatap ke depan pintu.

Lera
Masuk aja, Putri. Pintunya nggak dikunci.


Putri (4 tahun) berjalan masuk ke dalam. Wajahnya pucat, bajunya sangat lusuh dan tak karuan. Ia memegang amplop dan berjalan ke Lera.

Putri
(Menyerahkan amplop dan menahan tangisan)
Ini uangnya. Besok Putri minta libur ya, Bi.


Lera
(Menerima amplop dan membuka isinya)
Hahaha, lumayan. Dua ratus ribu. Kamu besok boleh libur, Sayang. Besok aku traktir bakso, ya. Ya sudah, kalian berdua tidur aja sana. Jamal nggak usah makan sampek besok pagi, ya. Siapa tau, orang-orang pada kasian sama kamu. Jadi, ngasih uangnya banyak. Selamat malam, anak-anak.


Putri melihat ke arah Jamal dengan wajah lesu.

Putri
Ayo, ikut aku.


Jamal berjalan ke kamar bersama Putri.

CUT TO

10. INT. KAMAR - MALAM

Ruangan kamar yang ditempati Putri dan Jamal berukuran sedang. Hanya ada satu kasur tipis di bagian atas. Jamal memilih berbaring di karpet. Putri berbaring di kasur dan melempar bantal ke Jamal. Di kamar itu, terdapat lampu penerangan berwarna kuning.

Putri
(Berbaring menghadap ke kanan dan menatap Jamal)
Nama kamu siapa?


Jamal
(Menoleh ke arah Putri)
Namaku Jamal. Umurku enam tahun, kamu umur berapa?


Putri
Umurku empat tahun.


Jamal
(Memutar kedua bola mata)
Kalo boleh tahu, tadi kamu bawa amplop isinya uang, kan? Kamu dapetnya dari mana?


Putri
(Berdiri dan duduk di samping Jamal)
Kamu duduk dulu, Kak. Aku mau kasih tau sesuatu.


Jamal duduk di samping Putri. Salah satu tangannya memegang kening Putri.


Jamal
(Bersuara lirih)
Kamu lagi sakit, ya?


Putri
(Berbisik pelan di telinga Jamal)
Iya, Putri sakit. Oh iya, Kak Jamal nggak seharusnya ke sini. Di sini itu neraka, Kak. Kakak bakalan dijadikan budak mereka. Kakak harus kabur dari sini.


Jamal menaikkan salah satu alisnya. Ia kebingungan.

Jamal
(Berbisik pelan)
Emangnya mereka berdua kenapa? Mereka udah jahatin kamu, kah?


Putri
(Mengangguk pelan dan menangis)
Iya, Kak. Mereka jual Putri ke orang-orang dewasa biar mereka dapat uang. Tapi, mereka jarang kasih aku makan, Kak. Kalo Putri ngomel, pasti Putri disiram air, dipukul sama sapu lidi. Dan kadang, dijewer sampai telinga Putri luka.


Putri memperlihatkan bagian telinga belakang yang luka. Jamal menangis pelan. Mereka berpelukan. Tapi, Putri buru-buru menghapus tangisannya. Dia berjalan ke sebuah laci dan mengambil selembar kertas. Gadis itu kembali duduk di samping Jamal dan memberikannya kepada Jamal.

Putri
(Memberikan selembar kertas ke Jamal)
Ini, Kak. Aku punya satu permintaan. Kalo nanti Kakak ketemu orang tuaku. Kasihkan kertas ini, ya. Barangkali mereka mencariku. Hehehe, makasih.


Jamal mengambil selembar kertas itu. Dia melihat ada sebuah foto Putri yang tertempel di sana. Tak hanya itu, terdapat sebuah tulisan,"Aku rindu Ayah dan Ibu. Ayah sama Ibu di mana? Putri mau peluk kalian berdua. Semoga pesan ini sampai."

Jamal
(Memasukkan lembar kertas ke saku)
Enggak, Putri. Kita bakalan kabur dari sini bareng-bareng. Aku mau jadi Naruto besok. Jadi, mendingan kamu tidur. Naruto kaya aku juga butuh tenaga biar kita bisa kabur.


Putri
(Tersenyum lebar dan mengacungkan jempol)
Iya, Putri juga mau jadi Sakura besok. Makasih, ya. Putri tidur dulu, Kak. Selamat malam, Kak Jamal.


CUT TO BLACK

ACT 2

11. INT. KAMAR - PAGI

Jamal terbangun dari tidurnya tepat ketika subuh. Ruangan itu terlihat gelap karena Jamal mematikan lampunya. Ia menepuk pundak Putri beberapa kali. Gadis itu terbangun.

Jamal
(Berbicara dengan suara lirih)
Hsst, ayo kita kabur. Ada jendela di sebelahmu, kan?


Putri
(Melirik ke arah jendela)
Iya, Kak. Tapi jendelanya nggak bisa dibuka. Jendelanya kan udah dikasih palang dan udah dipaku, Kak.


Jamal
(Menepuk jidat)
Oh, gitu. Kunci rumah ini biasanya disimpen di mana?


Putri
Kayanya sih, di atasnya tv, Kak. Tapi, tv-nya di kamar Bibi Lera. Gimana dong?


Jamal
Aduh, gawat. Ada kunci serep, nggak?


Putri
Oh, ada Kak. Di atasnya lemari ruang tamu. Ayo ke sana.


Jamal
(Mengacungkan jempol dan berbicara lirih)
Sip. Kamu jalannya pelan-pelan, ya. Jangan sampek bersuara. Nanti bisa gawat. Kalo aku angkat tangan, kita berdua langsung kabur. Oke?


Jamal dan Putri berjalan ke depan pintu. Jamal membuka pintu pelan-pelan. Jamal berjalan lebih dahulu, Putri berjalan di belakangnya.

CUT TO

12. INT. RUANG TAMU - PAGI

Jamal dan Putri melewati kamar Lera dan Yoga. Ia bergegas ke tv dan mengambil kunci yang tergantung di atasnya. Jamal mengacungkan jempol dan memasukkan kunci ke dalam saku. Di atas rak ruang tamu, Putri melihat kalung milik Ibu Jamal. Ia buru-buru mengambilnya dan memakainya. Tiba-tiba saja, mereka mendengar Yoga berbicara dari kamar.

Yoga (V.O)
Sayang, hari ini kamu masak ayam aja, ya. Mumpung uangnya banyak. Aku bosen makan nasi sama garem terus.


Jamal dan Putri mengerutkan dahi, mereka ketakutan. Jamal menggenggam tangan kanan Putri dan tersenyum agar Putri tenang. Mereka berdua berjalan dengan cepat dan kabur.

Yoga (V.O)
Aku ke kamar mandi dulu, ya. Kamu tunggu di sini.


Jamal buru-buru berlari ke depan pintu dan membukanya. Setelahnya, mereka berdua kabur. Yoga yang keluar dari kamarnya mengetahui bahwa pintu rumah terbuka.

Yoga
(Mengerutkan dahi)
Loh, kok pintunya kebuka? Sayang! Kamu lupa nutup pintu?!


Lera (V.O)
Enggak dong, Sayang. Udah ku tutup kok, pintunya.


Yoga (V.O)
Apa jangan-jangan?!


Yoga berlari ke kamar Jamal dan Putri.

CUT TO

13. INT. KAMAR - PAGI

Yoga membuka pintu kamar. Dia tidak melihat ada satu pun orang di sana.

Yoga
(Berteriak kencang dan mengepalkan kedua tangan)
Jamal! Putri! Di mana kalian berdua?!


Yoga berjalan ke ruang dapur yang berseberangan dengan ruang kamar.

CUT TO

14. INT. DAPUR - PAGI

Yoga berdiri di ruang dapur. Semuanya tampak rapi. Ada meja kecil dan tungku api. Di sisi kanan, terdapat sebuah rak untuk meletakkan alat makan.

Yoga
Putri! Jamal! Ke mana kalian, hah?! Mau macam-macam denganku, ya?! Dasar bocah brengsek!

Yoga melihat ke sekitar dengan tatapan marah.

Yoga
(Berteriak kencang)
Lera! Di mana anak-anak itu! Apa mereka kabur?!


Yoga berjalan dengan gusar ke kamar Lera.

CUT TO

15. INT. KAMAR - PAGI

Yoga duduk di pinggir kasur Lera dengan wajah gusar.

Yoga
Lera! Anak-anak itu kabur! Cepat telpon preman lain yang ada di sekitar sini! Awas aja mereka berdua, ya!


Lera
(Duduk di kasur dengan wajah marah)
Wah! Kurang ajar! Bentar, Sayang!


Lera berjalan ke meja kamar. Dia mengambil hp dan menelepon salah satu teman Yoga. Sedangkan Yoga berjalan ke luar rumah dan mencari mereka berdua.

CUT TO

16. EXT. JALAN - PAGI

Jamal dan Putri berlari di sepanjang jalanan. Mereka nampak kelelahan setelah berlari agak jauh. Jamal dan Putri akhirnya berhenti sejenak.

Putri

(Memegang kedua lututnya)

Kak, berhenti sebentar. Putri capek.


Jamal
(Mengelap keringat)
Gimana nanti kalo Pak Yoga ngejar kita berdua, Putri? Bahaya, ayo.


Dari kejauhan, Yoga memperhatikan mereka berdua. Dia melototkan kedua mata dan berkacak pinggang.

Yoga
(Berteriak kencang dan tersenyum sinis)
Oh, bagus kalian berdua, ya! Mau kabur kalian, ha?!


Jamal dan Putri menoleh ke belakang. Mereka berdua langsung berlari ke depan. Namun, di depan sudah ada dua preman yang bersiap menangkap mereka.

Putri
(Memegang kedua tangan Jamal)
Kak, aku... aku takut.


Jamal berdiam diri. Ia menoleh ke sekitar. Di sana, ia memandangi salah satu rumah yang mana bagian ruang tamunya menyala. Jamal melihat seorang lelaki di dalamnya memakai sarung. Jamal menggenggam tangan Putri dan mengajaknya berlari ke rumah itu.

CUT TO

17. EXT. DI DEPAN RUMAH PAK PONCO - PAGI

Mereka berdiri di depan pintu rumah Pak Ponco. Jamal memiliki ide. Ia berpura-pura menjadi anak dari pemilik rumah itu.

Jamal
(Menggedor pintu)
Pak, buka pintunya, Pak! Jamal pulang!


Jamal berjalan ke jendela yang ada di samping kanan pintu dan menatap Pak Ponco dari sana.

Jamal
Pak! Buka pintunya, Pak!


CUT TO



Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)