61. INT. RUANG MAKAN - MALAM
Putri, Reno, Dika dan Vrila makan bersama dengan pak Ponco dan bu Mira. Mereka duduk melingkar di ruang makan. Di sela-sela makan, mereka membicarakan Jamal.
Reno
(menyenggol lengan Dika)
Dik, Jamal nggak bales wa mu, a?
Dika menggelengkan kepalanya pelan.
Vrila
(Menoleh ke Reno dan Dika)
Bentar, Gua coba telpon lagi aja kali, ya. Tapi ga lewat wa. Siapa tau dijawab.
Reno dan Dika menganggukkan kepala dengan rasa cemas. Vrila berjalan ke luar dapur. Ia mengambil hp dari saku dan membuka hpnya.
CUT TO
62. INT. KAMAR - MALAM
Vrila duduk di kasur dan mencoba menelepon Jamal berkali-kali. Namun, Jamal tidak membalas teleponnya.
Vrila
(Mengepalkan tangan dan terlihat kesal)
Dih... kemana sih, Jamal ini? Angkat, dong!
Vrila menelepon untuk kelima kalinya. Jamal mengangkat teleponnya.
Vrila
Lo di mana, Mal?
Jamal (O.S)
Gua lagi makan sama Ibu angkat Gua. Kenapa?
Vrila
Lo ga balik ke rumah Bibi Mira? Anak-anak nyariin, Lo. Lo kenapa ga bales satupun chat kita?
Jamal
Gua bakal balik lagi ke sana. Udah, ya. Gua tutup dulu.
Vrila
(Wajah panik)
Eh eh... Lo serius, kan? Lo bakal balik, kan? Yang bener Lo kalo ngomong.
Jamal
Ya kali Gua boong, Vril. Gua bukan tukang boong. Bye.
SFX: suara sambungan telepon terputus.
Vrila
(Mematikan telepon dan memasukkan hp ke dalam saku)
Hadeh, ni anak bikin khawatir orang lain aja.
Vrila berjalan ke luar kamar dan menutup pintu pelan.
CUT TO
63. INT. RUANG MAKAN - MALAM
Vrila kembali berjalan ke ruang makan. Dia kembali duduk di samping Putri.
Putri
(Menoleh ke arah Vrila dengan wajah cemas)
Gimana, Vril? Tadi dijawab nggak, sama Kak Jamal?
Vrila
(Menganggukkan kepala)
Iya, tadi dijawab sama Kak Jamal. Dia lagi di luar, makan sama Ibu angkatnya. Nanti, dia balik lagi ke sini, kok. Kalian tenang aja.
Putri
(Terkejut)
Hah, Ibu angkat?
Vrila
Iya, Ibu angkat. Lo belum dikasih tau sama Kak Jamal, Putri? Ibu angkat Kak Jamal dari Indonesia. Ayah angkatnya dari Jepang.
Putri
(Menjawab dengan ragu)
Be... belum, Vril. Syukur deh, kalo Kak Jamal udah punya orang tua angkat. Putri ikut seneng.
Putri menundukkan kepalanya. Wajahnya seketika murung. Vrila yang mengerti perubahan wajah Putri seketika menggenggam tangan kanannya. Vrila tersenyum ke arah Putri. Putri membalas senyuman Vrila.
CUT TO
64. INT/EXT. HALAMAN DEPAN RUMAH - MALAM
Putri duduk di kursi depan sembari membaca sebuah novel. Sedangkan Vrila duduk di kursi samping Putri sembari melihat anime "Violet Evergarden" di laptop.
Putri
Vril, Kak Jamal kan udah punya orang tua angkat, nih. Berarti, dia udah bisa ngerasain kasih sayang dari orang tua, dong. Enak, ya. Gue pingin ngerasain kaya gitu juga. Gue pengen banget dipeluk sama Bapak dan Ibu Gue.
Vrila
(Menoleh ke arah Putri dan tersenyum tipis)
Iya, sih. Tapi, Putri. Untuk beberapa anak, bisa jadi kasih sayang itu ga mereka dapetin. Karena beberapa dari mereka, bisa jadi patah hati pertamanya itu ya, dari orang tuanya sendiri.
Vrila menundukkan kepalanya. Ia terfokus pada filmnya sendiri. Gadis itu menahan isak tangisnya.
Putri
Vril, Lo kenapa sedih?
Vrila
(Menghapus air mata sembari tertawa)
Gapapa, kok. Gua... Gua nangis karena filmnya, Putri.
Putri
(Cemberut)
Boong ih, Vrila kenapa? Cerita, dong. Lo kalo ada apa-apa pasti ga pernah cerita ke Gua or yang laen. Jangan dipendem sendiri, Vril. Ga bagus tau.
Vrila
Beneran, kok. Mau Gua kasih tau ga? Hehe...
Putri
Ah, Vrila mesti ngalihin pembicaraan. Ya udah, deh. Ngga maksa. Emang kenapa tuh film?
Vrila
(Mengetik tombol jeda pada layar laptop)
Gua cuman bayangin. Kalo Gua ada di posisinya Violet. Gua bakalan gimana, ya?
Putri
Emang Violet tuh siapa sih, Vril? Gue nggak paham sama anime, suer deh.
Vrila
Violet tuh perempuan yang dijulukin sebagai 'doll.' Pekerjaan dia setiap hari sebagai pembuat surat. Dia itu udah dianggep mesin sama orang-orang di sekitarnya. Tangan dia waktu perang tuh patah. Akhirnya, tim medis gantiin tangannya pake tangan robot gitu.
Putri
Wih, kok bagus gitu ceritanya. Terus, yang Lo maksud apa, Vril? Lo bayangin kalo Lo punya tangan robot bakalan kaya gimana, ya?
Vrila
Ga gitu, Putri. Violet itu dari dulu buta sama cinta. Dia ngga kenal cinta. Sampek akhirnya, dia ketemu sama Gilbert, orang yang dia cinta. Dan Lo ngerti, ga? Setelah perang berakhir. Violet tuh masih nyimpen rasa sama Gilbert bertahun-tahun sampek dia gede. Padahal, Gilbert tuh udah ga ada kabar. Eh, ujung-ujungnya dia bilang satu hal yang bikin Gua bingung.
Putri
Hah, emang dia bilang apaan, Vril?
Vrila
Violet bilang, berkat kata-kata Gilbert tuh dia jadi banyak belajar soal cinta, kasih sayang, dan cara memaafkan orang lain. Nah, pertanyaannya. Gua bakalan kaya gitu juga ga, ya? Tapi, kapan?
Putri
Astaga Vrila, emang si Gilbert bilang apaan, sih? Lo baru kali ini mikir kaya gini, Vril. Lucu ngerti, ga?
Vrila
Kamu harus bertahan. Aishiteru, hehe. Gitu doang, sih.
Putri
Acie... bisa bucin juga, Lo. Hahaha. Ketawa Gua, sumpah dah.
Vrila dan Putri tertawa karena hal itu. Tiba-tiba saja, Vrila melihat Jamal berjalan dari kejauhan.
Vrila
(Menunjuk ke arah Jamal)
Eh, itu ada Kak Jamal. Gua masuk dulu ya, Putri. Gua serahin Kak Jamal ke Lo. Semangat!
Putri mengangguk dan tersenyum ke arah Vrila. Setelah itu, Vrila melangkah masuk ke dalam rumah. Jamal segera berjalan ke arah Putri. Ia duduk di kursi depan.
Jamal
(Tersenyum)
Putri, kamu di luar? Kenapa nggak masuk? Di luar dingin, lo.
Putri
Iya, Kak. Putri lagi pengen di luar aja. Kak Jamal makan aja dulu, di dalem udah ada banyak makanan, tuh.
Jamal
Ya udah, masuk bareng-bareng aja, yuk.
Putri menganggukkan kepala. Mereka berdua berjalan ke dalam rumah.
CUT TO
65. INT. RUANG KELUARGA - MALAM
Jamal dan Putri melihat semua orang berkumpul dan menonton tv bersama-sama. Mereka duduk di karpet.
Jamal
Assalamu'alaikum.
Reno
(Menoleh ke Jamal)
Wa'alaikumussalam. Eh, Mal. Awakmu neng ndi ae se, Mal? (Kamu ke mana aja, Mal?) Opo'o kok gak dibales chat e awak dewe? (Kenapa chatnya kita ngga dibales?)
Jamal
Maaf, Bang. Jamal tadi habis ngeluangin waktu sama Ibuk angkat Jamal. Jadi, Jamal matiin hpnya.
Pak Ponco yang duduk di depan tv menghembuskan nafasnya pelan.
Pak Ponco
Mal, Bapak punya berita buruk buat kamu.
Jamal
(Mengerutkan dahi)
Berita apa?
Pak Ponco
Bapak kandungmu meninggal dunia tadi pas kecelakaan. Ibukmu dirawat di rumah sakit. Kamu mau njenguk, nggak?
Jamal yang mendengarnya seketika menundukkan kepala. Ia terkejut mendengar hal itu. Jamal mengepalkan kedua tangannya. Setelah itu, dia pergi meninggalkan semua orang.
Dika
Jamal! Arep nang ndi neh se, arek iku? (Mau ke mana lagi sih, dia?)
Putri yang melihat Jamal pergi akhirnya mengejarnya.
Dika
Loh loh.. arep nang ndi pisan arek iku? (Loh loh... anak itu mau ke mana juga?)
Vrila
Udah, Bang. Biarin aja. Biar Putri yang urus. Mereka berdua bakalan balik ke sini lagi, kok.
Reno
Iyo si, butuh waktu arek e (Iya si, dia butuh waktu). Gak mungkin iso nerimo kenyataane secepet iku (ga mungkin dia bisa nerima kenyataan secepet itu).
Dika
Iyo pisan seh, yo weslah (Iya juga sih, ya udahlah). Lanjut nonton ae (lanjut nonton aja).
Dika, Vrila, Reno, Pak Ponco dan Bu Mira akhirnya kembali melihat tv. Pak Ponco dan Bu Mira melihat tv dengan wajah cemas.
CUT TO
66. EXT. JALANAN - MALAM
Jamal berjalan di jalanan dengan wajah sedih. Di belakangnya, sudah ada Putri yang mengejarnya.
Putri
(Berteriak dengan nafas tersengal)
Kak Jamal! Berhenti!
Jamal yang mendengar Putri seketika berlari. Putri berlari dan meraih tangan Jamal.
Beat.
Putri
Kak, berhenti! Putri mau bicara sama Kakak!
Jamal
(Melepas tangan Putri dan menatapnya tajam)
Nggak ada yang perlu dibicarain, Putri! Kalo kamu mau bahas soal orang tua kandungku, mendingan kamu pergi aja! Mereka ga pantes disebut orang tua, Putri!
Jamal mendorong Putri hingga gadis itu terjatuh. Lalu, ia berjalan meninggalkannya.
Putri
(Berteriak kencang)
Tapi, hal yang paling berharga di dunia itu bisa didapetin dari keluarga, Kak!
Jamal berhenti dan menundukkan kepalanya. Ia mengepalkan kedua tangannya.
Jamal
(Menoleh ke arah Putri)
Bagiku, keluarga itu nggak berharga, Putri. Justru sebaliknya. Seseorang yang menganggapku berharga. Di situlah, aku menganggap mereka keluarga.
Putri
(menangis pelan)
Terus, menurut Kakak, orang tua Putri pantes disebut orang tua?! Kakak tahu?! Bahkan, setelah kejadian itu, Putri sampai sekarang pingin banget ketemu sama orang tua Putri, Kak!
Putri menangis pelan. Jamal yang mendengar itu menitikkan air mata. Ia kembali berjalan ke arah Putri. Di sana, dia duduk dan memeluk Putri.
Putri
(Menahan diri untuk tidak menangis)
Meski orang tua Putri udah ngejual Putri. Putri ngga mau punya rasa benci ke mereka. Putri cuman mau meluk mereka sebentar aja. Putri cuman mau mastiin mereka baik-baik aja. Itu aja udah cukup, Kak.
Putri memeluk Jamal dengan erat. Jamal menangis pelan.
Putri
Tolong gunain hati Kakak. Meski Kakak nggak suka atau benci sama mereka. Minimal, Kakak jangan lupain kebaikan mereka.
Jamal melepas pelukannya. Ia menatap kedua mata Putri dengan tatapan sedih.
Jamal
Apa yang harus Kakak lakuin sekarang, Putri?
Putri
(Menatap wajah Jamal dengan sedih)
Ayah Kakak meninggal dunia, Kakak harus ke sana buat doain Ayah Kakak. Dia butuh Kakak. Putri tau Ayah Kakak jahat. Tapi, Kak Jamal ngga harus balas dia dengan hal yang jahat juga. Maafin Ayah Kakak, doain dia. Dia butuh Kakak.
Jamal yang mendengar itu merasakan sesak di dadanya. Tubuhnya lemas.
SFX: Suara telepon masuk.
Putri mengambil hpnya dan mengangkat telpon.
Vrila (O.S)
Putri, Lo di mana? Lo lagi sama Kak Jamal, nggak? Ibunya dia kritis di rumah sakit! Lo mendingan langsung ke sana aja sama dia! Gua udah share loc di wa. Gua sama yang lain udah perjalanan ke sana.
Putri
(Terkejut)
Hah? Serius?
SFX: Suara sambungan terputus.
Putri
(Membuka wa dengan wajah terkejut)
Kak Jamal, kita harus ke rumah sakit! Ibu Kak Jamal kritis! Dia dirawat di rumah sakit sekarang.
Putri dan Jamal segera pergi ke rumah sakit dengan menaiki angkot.
CUT TO
67. EXT/INT. RUMAH SAKIT - MALAM
Jamal dan Putri berada di depan pintu ruangan Indah. Di sana sudah ada Vrila, Dika, Reno, pak Ponco, bu Mira dan bu Halimah. Jamal mendatangi bu Halimah.
Jamal
(Memegang kedua tangan Bu Halimah
Bu, Ibu di sini juga? Sejak kapan?
Halimah
(Menggenggam kedua tangan Jamal)
Iya, Jamal. Dari tadi Ibu di sini. Lebih baik kamu masuk. Dia butuh kamu sekarang.
Jamal menganggukkan kepala pelan. Ia masuk ke dalam ruangan tempat Indah dirawat. Sebelum masuk, ia menggenggam tangan kanan Putri dan mengajaknya masuk. Di dalam ruangan, Indah terbaring lemah, terpasang infus, oksigen, dan EKG untuk perekam jantung. Mereka masuk menggunakan pakaian khusus.
Jamal
(Memegang kedua tangan Indah sembari menangis)
Bu, maafin Jamal karena udah ninggalin Ibu tadi pagi. Jamal... Jamal nggak bakal ninggalin Ibu kalo tahu Ibu bakalan kaya gini.
Indah tak menunjukkan pergerakan apapun. Sampai akhirnya, jari telunjuknya bergerak dan dia membuka kedua mata.
Indah
(Berkata dengan suara lirih)
Ja... Jamal.
Jamal
(Memeluk Indah)
Ibuk... maafin Jamal, Buk.
Indah
(Memeluk dan mengelus kepala Jamal)
Enggak, Jamal. Ini bukan salah kamu, Nak. Maafin Ibu karena Ibu nggak bisa ngasih kasih sayang ke kamu selama ini. Kamu pasti sakit hati sama Ibuk, ya.
Jamal
Maafin Jamal juga, Buk.
Putri yang ada di samping Jamal hanya bisa menangis sembari membungkam mulutnya.
Indah
(Menangis dan memeluk Jamal dengan erat)
Nak, kamu mau maafin Ibu, kan? Maafin Ibu sama Bapak soalnya udah ngebuang kamu. Ibu akui, Ibu itu orang hina di hadapanmu, Nak. Maafin Ibu sama Bapakmu.
Jamal memeluk sang ibu dengan erat.
Jamal
Nggak, Bu. Ibu jangan bilang gitu. Maafin Jamal juga, Bu.
Indah
(Melepas pelukan dan mengelus kepala sang anak)
Kamu ngga perlu minta maaf sama Ibuk. Maafin Ibuk, ya Nak. Ibuk sayang kamu. Kejar cita-citamu, Nak. Doa Ibuk selalu ada buat kamu.
Jamal menangis ketika memeluk sang ibu. Di satu sisi, Putri yang berada di sampingnya menangis pelan. Remaja itu menoleh ke arah Indah dan Jamal.
Jamal
(Melepas pelukann dan menoleh ke arah Putri)
Buk, kenalin. Ini Putri.
Putri berjalan ke arah Indah sembari tersenyum ketika menatap kedua matanya. Indah yang berbaring di kasur seketika terkejut. Ia mengelus pipi Putri dengan lembut.
Indah
(Berbicara dengan terbata-bata dan nafas berat)
Kamu... Pu... Tri. Kamu... Kamu itu...
INSERT: Vrila diam-diam mengintip dari luar ruangan.
Jamal mendekat ke Indah dan menggenggam tangannya. Indah terlihat seperti orang yang kesulitan bernafas. Beberapa saat kemudian, dia memejamkan kedua mata.
Jamal
(Berteriak)
Buk! Bangun, Buk! Jangan tinggalin Jamal, Buk! Putri, panggilin Dokter!
Putri segera berlari ke luar ruangan. Sementara itu, Jamal terus memanggil ibunya. Selang beberapa saat kemudian, dokter dan kedua petugas medis datang. Mereka membawa alat pacu jantung. Namun, hal itu tidak membawakan hasil. Sehingga, Indah dinyatakan meninggal dunia. Jamal, Putri, dan yang lainnya menangis. Jamal memeluk Indah dan mencium keningnya.
CUT TO
68. EXT. PEMAKAMAN - PAGI
Jamal dan yang lainnya menghadiri pemakaman. Jamal memegang nisan ibu dan ayahnya yang bersebelahan sembari menitikkan air mata.
CUT TO
69. INT. RUMAH BIBU MIRA - PAGI
Jamal, Putri, Reno, dan Dika duduk di ruang keluarga. Mereka duduk melingkar. Jamal duduk di antara pak Ponco dan bu Mira. Keempat orang itu sudah siap dengan tas mereka masing-masing.
Bu Mira
Jamal, kamu yang sabar, ya.
Jamal
(Tersenyum)
Iya, Bi. Makasih banyak, ya. Minimal, Jamal seneng bisa meluk Ibuk.
INSERT: Dari kejauhan, Vrila melihat wajah murung Putri.
Jamal
Oh iya, Bi. Setelah ini, kami semua pamit ke Jakarta lagi, ya. Kami harus kuliah. Makasih banyak atas waktunya.
Pak Ponco
Heem, Le (Iya, Nak). Kuliah seng bener, Yo (Kuliah yang bener, ya). Seng ati-ati pokok e (Yang hati-hati pokoknya).
Jamal dan yang lainnya tersenyum. Mereka semua berpelukan satu sama lain. Selang beberapa saat kemudian, Vrila datang dan ikut berpamitan dengan Pak Ponco dan Bu Mira.
CUT TO
70. EXT/INT. STASIUN - PAGI
Jamal dan yang lainnya masuk ke dalam kereta. Mereka duduk berhadapan. Vrila duduk di dekat jendela. Gadis itu mendengarkan lagu dengan headsetnya sendiri sembari membaca buku.
Putri
(Menoleh ke arah Vrila)
Vril, Lo kenapa, sih? Dari kemarin sedih mulu?
Vrila
(Tertawa lirih)
Gapapa, kok. Gua masih galau gara-gara film kemarin. Santai aja, Putri.
Jamal dan yang lainnya saling melempar pandangan satu sama lain. Dika yang duduk di hadapan Vrila mengambil snack coklat dan memberikannya kepada Vrila.
Dika
Nih, buat Lo. Dari kemarin diem mulu, Lo.
Vrila
(Tersenyum sinis dan menjawab dengan ketus)
Makasih, tapi, Lo aja yang makan. Gua lagi ga pengen coklat.
Putri menepuk jidatnya. Ia mengambil snack coklat, membukanya dan menyuapi Vrila dengan paksa.
Putri
Kalo dikasih jajan itu ga boleh nolak, Vrila. Ga baik. Tinggal makan aja kok susah. Gratis loh itu jajannya.
Reno dan yang lainnya tertawa. Vrila seketika mengunyahnya dengan wajah cemberut. Tapi, ia tertawa setelahnya.
Vrila
Iya deh, iya. Gua makan. Makasih, ye.
Reno
Cie cie... uhuk-uhuk, keselek nih Gua.
Vrila
Ga usah mulai, deh. Gua smack down, mampus Lo entar Kak. Hahaha.
Dika
Galak bener Lo, Vril. Hahaha.
Dika dan yang lainnya tertawa. Mereka semua berbagi cerita ketika berada di dalam perjalanan. Jamal sesekali menyuapi Putri. Vrila dan yang lainnya mengece mereka. Tak lupa juga, mereka mengambil foto untuk kenang-kenangan.
CUT TO
71. EXT. JALANAN - SIANG
Jamal dan yang lainnya sedang berjalan sembari menggendong tas mereka masing-masing.
Vrila
Putri, Gua habis ini ada pertemuan jurnalis. Gua ke kampus dulu, ya. Janjian di sana, nih. Lo pulang sendirian, hati-hati, ya.
Reno
Iya, nih. Gua sama Dika juga ada pertemuan sama anak-anak BEM. Bye, Mal.
Mereka bertiga meninggalkan Jamal dan Putri sendirian. Jamal dan Putri awalnya saling berdiam diri dalam waktu yang lama. Pada akhirnya, Jamal membuka percakapan.
Jamal
Putri, makasih banyak, ya. Karena kamu, Kakak belajar buat ikhlasin semuanya. Dan Kakak juga belajar memaafkan orang yang udah nyakitin Kakak. Meski ngga mudah. Tapi, Kakak akhirnya ngerti. Ketika kita memaafkan kesalahan mereka, sebenernya Kakak itu lagi di fase berdamai dengan diri sendiri. Dan memaafkan itu jadi jalan utamanya.
Putri yang mendengarnya tersenyum lebar. Ia menundukkan kepala dengan rasa malu.
Putri
Kak, Putri boleh tanya sesuatu?
Jamal
Tanya apa?
Putri
(Berhenti berjalan dan menahan Isak tangis)
Gimana rasanya dipeluk sama Ibu Kakak?
Jamal yang mendengar pertanyaan itu berhenti. Ia menoleh ke arah Putri.
Jamal
Putri, kenapa kamu nanyain itu?
Putri
(Menyilangkan kedua lengan di depan dada dan menundukkan kepala)
Putri cuman mau tau rasanya dipeluk sama Ibu itu gimana, Kak. Itu aja, kok.
Jamal memeluk gadis itu dan mengelus punggungnya. Ia tidak ingin menangis di hadapan Putri.
Jamal
Rasanya sama kaya aku meluk kamu. Sehangat itu, Putri. Meski Kakak bukan orang tua kamu. Kakak bakalan terus berusaha ada buat kamu, Putri.
Putri
Kak, kira-kira Putri bisa ketemu sama orang tua Putri ngga, ya? Putri pengen banget liat mereka. Habisin waktu bersama. Meski itu cuman semenit juga ngga papa, kok. Putri pengen ngerasain apa yang dirasain anak-anak lain, Kak.
Jamal melepas pelukan Putri. Ia menghapus tangisan Putri dan mengelus kepalanya pelan.
Jamal
Aku juga ngga tahu, Putri. Cuman semesta yang punya jawabannya.
Jamal memegang kedua pundak Putri sembari tersenyum lebar.
Jamal
Tapi, Putri tenang aja. Selama kita berdua punya kertas yang pernah kamu kasihin ke aku. Kita bisa mencoba. Sisanya, terserah yang di Atas.
Jamal dan Putri saling tersenyum satu sama lain.
Putri
Apa itu artinya, Kakak mau coba bantuin Putri buat ketemu orang tua Putri?
Jamal menganggukkan kepala sembari tersenyum lebar.
Putri
Kayanya itu ngga bakalan berhasil deh, Kak. Kakak kan tahu, itu cuman harapan Putri. Tapi, realitanya nggak semudah itu, Kak.
Jamal
(Memegang pundak Putri)
Denger, Putri. Kamu nggak boleh berpikiran negatif dulu. Aku sama yang lainnya pasti bantuin kamu cari kedua orang tua kamu. Semangat.
Putri
Makasih banyak, Kak Jamal.
CUT TO
72. INT. KAMAR KOS PUTRI - MALAM
Putri duduk di kasur sembari melihat foto di galerinya.
SFX: Suara pesan masuk.
Putri membuka wa dan membaca pesan masuk di aplikasi itu.
CU: tulisan pesan masuk, "Putri, Gua boleh minta nomer Bibi Mira, nggak?"
Putri (V.O)
(Mengerutkan dahi)
Hah, Vrila ngapain minta nomer Bibi Mira?
Putri akhirnya mengirim pesan kepada Vrila dan menanyakan tujuan Vrila meminta nomer bibi Mira.
CU: Text masuk, "barang Gua ada yang ketinggalan di rumah Bibi Mira."
Putri
(Tertawa lirih)
Astaga Vrila, ni anak kebiasaan, deh.
Putri mengirimkan nomer telepon bu Mira. Setelah itu, dia mematikan hp, menaruhnya di meja, dan segera tidur.
CUT TO