40. INT. RUMAH RINI – RUANG TAMU – NEXT
Katya berdiri agak jauh dari pintu. Dia berpikir akan memberikan kesempatan tapi tidak menurunkan kecurigaannya.
KATYA
Apa kamu benar-benar kakak ibu?
JUNI (O.S)
Iya. Saya ada foto dengan ibumu. Sebentar, (jeda) Ini dia (mengeluarkan foto dari mapnya) Fotonya saya lewatkan celah bawah pintumu.
Beberapa foto di lantai. Katya mengambilnya dan melihat teliti.
JUNI (O.S, CONT’D)
Itu ada beberapa foto. Saya setahun di atas Rini kalau urusan sekolah, karena saya masuk SD umur 8 tahun. Ketika kamu lihat saya dan Rini berseragam SMA itu sedang lomba 17-an. Lalu, kami kuliah di universitas yang sama tapi beda jurusan.
CLOSE ON foto Juni dan Rini saling merangkul mengenakan almamater.
Katya hanya diam. Kita lihat dia menimbang dengan hati-hati.
KATYA
Kamu di sini cuma bantu ngurusin dokumen aja, kan?
Intercut two scenes 39 & 40
JUNI
Iya. saya akan membantumu mengurus dokumen.
KATYA
Mengapa repot-repot sih datang? lewat orang lain aja bisa, kan.
JUNI
Karena... itu permintaan dari Rini.
KATYA
(tersentak) Ibuku, sering menghubungimu?
JUNI
Saya akan beritahu jika kamu membuka pintu ini. (menggoyangkan bungkus ke es krim) juga bolehkah es krim ini diselamatkan dengan menaruhnya di freezer?
KATYA
Ibuku lahir tanggal berapa?
JUNI
Dua januari. Apa kamu masih ragu?
Katya memikirkan pertanyaan sulit. Sebelumnya itu pertanyaan yang mudah.
KATYA
Jawab saja. Hal yang dibenci ibuku?
JUNI
Hal yang di benci (berpikir) Kalau dulu Rini nggak suka hal yang berantakan. Entah sekarang masih atau nggak. Sepertinya masih. Kalau kini mungkin hal yang paling dibencinya (jeda)
KATYA
Apa?
JUNI
Tepatnya lebih ke ‘siapa’. Maaf, saya belum bisa menjawabnya.
KATYA
Kutebak, siapa itu yang bernama keluarga yang nggak pernah kukenal seperti kakek, nenek, kamu, terutama
(tahan)
JUNI
Ayahmu, yang sangat ia benci.
Katya diam saja. Kita tidak tahu apa yang dipikirkannya. Sedangkan Juni menunggu kalimat apa yang Katya akan katakan.
KATYA
Kamu pergilah. (dingin)
JUNI
Es krimnya?
KATYA
Tinggalkan saja di depan pintu.
JUNI
Besok saya akan datang lagi.
KATYA
Jangan pagi-pagi.
JUNI
(senyum cerah) Besok ingin dibawakan apa?
Tak ada balasan. Ternyata Katya sudah masuk ke dalam kamarnya. Juni menghela napas lega dan pergi ke mobil dengan langkah agak ringan.
41. INT SEKOLAH – LAPANGAN – DAY
Kita lihat ramai siswa karena sudah jam pulang. Aakash keluar dari kelas berjalan cepat di lapangan menuju parkiran motor.
Kita lihat seorang remaja putri menyusulnya menghentikan langkah Aakash.
PUSPA
(menahan lengan Aakash) Kamu mau ke sana lagi?
AAKASH
Iya. Mau ikut?
(menarik tangannya menjauhi tangan Puspa)
PUSPA
(sedikit kaget)
Yakin kamu mau ke sana?
Aakash mengerutkan dahinya.
PUSPA (CONT’D)
Dia tidak akan pernah membuka pintu, kan? Mengapa kamu masih saja ke sana? Biarkan saja. Nanti dia juga akan kembali ke sekolah.
AAKASH
(tersenyum tipis) kamu semeja dan yang paling dekat dengannya. Tapi tak pernah mau ikut ke rumahnya. Apa kamu benar-benar peduli padanya?
PUSPA
Aku peduli dengannya. Dan aku yakin dia bisa mengatasinya sendiri. Biarkan saja dia.
AAKASH
Membiarkannya? itu namanya bukan peduli. Itu, Kamu tahu? kedengarannya- (jeda)
PUSPA
Apa?
AAKASH
Palsu.
Aakash naik motornya pergi. Puspa memandangnya kesal bercampur amarah.
42. EXT. RUMAH RINI – HALAMAN – LATER
Aakash mencabut kunci motornya. Dia berjalan ke pintu pagar untuk membukanya.
SFX bel mobil Juni.
CLOSE mobil Juni tertahan di depan motor Aakash.
AAKASH
(sadar) ah! Maaf! Sebentar.
Dia memindahkan motornya. Lalu membuka pintu pagar mempersilakan mobil Juni masuk. Kita melihat Aakash agak bingung siapa di dalam mobil itu.
Juni keluar dari pintu. Heran sebentar lalu melihat celana pramuka Aakash.
JUNI
(memastikan) Teman sekolah Katya?
AAKASH
(sopan) Iya, Om. Satu kelas juga.
JUNI
Oh! (senyum) Saya pamannya Katya.
AAKASH
(canggung) Aakash, Om. Ehm, Katya ada di rumah?
JUNI
Seharusnya ada. Saya juga nggak tahu. Tapi biasanya ada. Mau ketuk?
AAKASH
Ha? Ah! Iya, Om.
JUNI
(menunjuk ke pintu)
Ketuklah. Saya mau ambil barang dulu di bagasi.
Aakash mengangguk. Dia pergi ke teras rumah lalu mulai mengetuk pintu.
AAKASH
Assalamu’alaikum. Katya?
Tak ada jawaban.
AAKASH (CONT’D)
Kamu di rumah, kan? Aku bawa catatan dan PR baru.
Sedangkan Juni mengeluarkan vacuum cleaner model terbaru. Dia melihat Aakash mengetuk pintu.
SFX mobil terkunci.
CLOSE ON langkah kaki Juni ke teras.
JUNI
(memberhentikan Aakash yang mengetuk pintu) Saya saja.
SFX ketukan pintu 4 kali, 2 kali, 1 kali.
KATYA (O.S)
Aku ingin dia pergi.
AAKASH
(tergesa) Katya? Bagaimana kabarmu?
KATYA (O.S)
Aku ingin dia pergi.
Juni menatap Aakash. Memberikan kode ‘kamu harus pergi’. Aakash tidak mengerti. Juni menghela napas.
JUNI
(ke Aakash, bisik) pergi ke motor dulu. Tunggulah di situ, nanti saya akan berbicara denganmu.
(ke Katya) Saya datang membawa vacuum cleaner.
Juni mengibaskan tangan menyuruh Aakash pergi. Aakash mengangguk.
Setelah Aakash berbalik, Juni menaruh vacuum cleaner di samping pintu.
JUNI (CONT’D)
Katya? Saya boleh masuk? Saya juga membawa surat pengantar dari RT.
KATYA (O.S)
Aakash suruh pergi dari rumahku, baru kamu boleh masuk.
Ternyata Katya tahu apa yang Juni bisikkan ke Aakash.
JUNI
Baiklah.
Juni menghampiri Aakash yang duduk di motor.
JUNI (Cont'd)
Sepertinya Katya-
AAKASH
Menyuruh saya pergi ya? Tidak apa-apa, Om. Sudah biasa.
JUNI
Saya minta maaf atas sikap Katya.
AAKASH
(geleng) nggak-nggak, Om. Saya paham Katya bersikap seperti itu. saya ke sini hanya mengantar catatan saja. Juga sedikit membujuknya untuk sekolah kembali.
JUNI
Kalau begitu (melirik totebag di tangan Aakash) Saya yang akan kasih ke Katya.
AAKASH
(memberikan totebag) ini Om-
JUNI
Panggil saja Juni.
AAKASH
Terima kasih, Om Juni.
JUNI
(memberikan kartu nama) ini nomor saya. Kirimkan nomor HP wali kelasmu. Kalau ada apa-apa kamu bisa menghubungi saya. Lalu, kabari saya jika pihak sekolah mengeluarkan keputusan menyikapi kondisi Katya. Karena sudah sebulan dia tidak ke sekolah. Pihak sekolah pernah ke rumah ini?
AAKASH
Pernah, Om. Wali kelas kami dan Guru BK sudah ke rumah Katya, namun sama, Katya enggan membuka pintunya. Nomor HP Katya tidak bisa dihubungi sama sekali.
JUNI
Oke. Terima kasih. Hati-hati di jalan.
AAKASH
Iya Om. Terima kasih.
43. INT. RUMAH RINI – RUANG TAMU – MOMENTS LATER
Katya menunggu.
JUNI (O.S)
Dia sudah pergi.
Katya mendekati pintu. Dia memegang gagang pintu ragu. Kita bisa melihat kebimbangan Katya di bahasa tubuhnya. Meski begitu, dia berani membuka pintu pertama kali untuk Juni.
Kita lihat Katya membuka pintu pelan.
CLOSE FROM sepatu Juni perlahan ke wajah Juni yang tersenyum.
CLOSE wajah Katya melihat Juni.
JUNI (CONT’D)
Hai, Katya.
Suasanannya canggung dan aneh. Katya melihat tajam Juni. Lalu melihat vacuum cleaner. Pindah ke totebag.
Katya mempersilakan Juni untuk masuk ke dalam ke sofa.
Juni masuk sambil melihat sekitarnya. Kita dapat melihat kondisi rumah sangat rapi dan teratur. Juni tak menyangka dalam rumah ini berbanding terbalik dengan halaman sebelumnya. Dia tahu Katya rutin membersihkan dalam rumah ini.
Juni menemukan kresek pecahan kaca di meja dapur. Dia agak menatap lama itu.
KATYA
Duduklah.
JUNI
(sadar) Iya.
Mereka berdua duduk. Katya menarik kursi agak menjauhi sofa Juni duduk.
KATYA
Jelaskan secara cepat dan jelas. (masih curiga)
JUNI
(menarik napas berat) Pertama-tama, saya Juni, kakak dari Rini, ibumu. Pertanyannmu kemarin tentang dia sering menghubungi saya itu-
KATYA
(memotong) Nggak perlu bahas sejarah. Sekarang apa yang akan kamu lakukan?
JUNI
Mungkin selanjutnya kamu bisa memanggil saya Paman daripada kata ‘kamu’.
KATYA
(ketus) Hah... Nggak jadi aja lah. Keluar dari rumahku.
JUNI
(mengalah) Tunggu.
(jeda) saya akan membantumu mengurus berkaitan semua yang hal administrasi yang di mana kamu belum mengurusnya. Seperti akta kematiannya Rini, perbaharuan kartu keluarga. Setelah itu, KK terbaru dan akta kematian digunakan untuk membuat surat ahli waris, surat kuasa penutupan rekening bank, penutupan asuransi kesehatan dan lain sebagainya.
KATYA
(berpikir) Itu aja? Bukannya kamu bilang itu permintaan ibuku? Itu saja yang diminta ibuku? Sebentar, kok aneh? Rasanya kamu tahu ibuku akan pergi?
Kita lihat muka Katya mulai marah.
JUNI
Kami selalu berkomunikasi diam-diam. Rini mempunyai rencana panjang sejak dulu. Dia menyiapkan semuanya sampai ke detailnya. Dia juga memikirkan kemungkinan yang tak terduga.
(jeda) Semuanya untukmu, Katya.
KATYA
Jadi, ibu sudah menduganya...
JUNI
Saya tidak tahu akan secepat ini.
KATYA
Tidak mau bertemu denganku, hah?
JUNI
Saya ingin bertemu denganmu. Tapi Rini selalu bilang nanti saja.
KATYA
Bohong. (mendengus)
Juni diam. Tak menjawab.
SFX jam dinding berdetak jernih.
KATYA (CONT’D)
Selain itu, pasti ada permintaan ibuku lainnya, kan?
JUNI
Iya. Dia memintaku tinggal bersamamu.
KATYA
HAH! (mengacak rambutnya) Tinggal bersama orang lain?
JUNI
Saya masih keluargamu, Katya.
KATYA
Wow! Kejutan sekali. Aku punya keluarga. (pura-pura terharu)
(jeda) Aku sudah pernah ngomong, kan? keluargaku hanya aku dan ibuku. Permintaan ibuku ditulis di kertas, kan. Mana? Aku mau lihat.
JUNI
Dia mengatakannya secara langsung.(matanya mulai berkaca-kaca) Kami bertemu sehari sebelum ibumu kecelakaan.
Tatapan Juni serius bercampur sedih.
Katya diam. Kita tidak dapat mengartikan raut muka Katya.