Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Perfect Strangers - Script
Suka
Favorit
Bagikan
8. ACT 8 (SCENE 122-139)

122. EXT / INT. BALKON, RUMAH RADIF — AFTERNOON

Radif tengah merenung sambil memandang langit.

Camera change focus to: Iriska berdiri di samping Radif, ikut memandang langit.


IRISKA

Dif...


Radif hanya bergumam kecil tanpa menoleh.


RADIF

Hm?


IRISKA

(sedih)

Gue mau minta maaf. Buat segalanya. Terutama soal perasaan gue. Gue sadar (beat) gue gak bisa maksain hati lo. Gue tau hati lo emang cuma buat Davela...


Iriska terdiam sesaat. Radif pun juga.


IRISKA (CONT’D)

Mulai hari ini, gue udah bisa nerima semuanya. Gue akan belajar buat mencintai orang lain. (beat) Gue... akan coba hubungi Davela dan bantu meluruskan hubungan kalian.


RADIF

(menatap Iriska)

Thanks, Ris... I hope you find your love soon.


IRISKA

Boleh... gue peluk lo? Seenggaknya gue anggap ini sebuah tanda pelepasan seluruh perasaan gue sama lo.


Radif ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. Iriska pun memeluk Radif.

Radif membalasnya.

CUT TO:


123. INT. DALAM TAXI DAVELA — AFTERNOON

Taksi berhenti di pinggir jalan.

MCU jendela belakang, jendela terbuka, Vela melihat ke satu arah, lalu dia melongo.

POV Davela: Kamera LS pada jendela depan rumah. Dari jendela, terlihat Radif dan Iriska berpelukan. BACK TO:

Davela membuka JENDELA mobil, melihat lebih saksama.

POV Davela: Dari jendela rumah, Radif melihat ke arah sini. BACK TO:

Davela buru-buru menutup jendela mobil.


DAVELA

Pak... Pak! Saya nggak jadi turun. Jalan sekarang.


Supirnya kebingungan.


DAVELA (CONT’D)

(teriak) Jalan, Pak! Cepat!


Taxi pun kembali melaju.

CUT TO:

 

124. INT/EXT. BALKON, RUMAH RADIF — AFTERNOON

Radif terkejut.

POV Radif: Kamera LS dari arah jendela, nampak Davela di dalam taxi, menatap ke arah sini. BACK TO:

Radif mendorong Iriska.

Iriska menoleh ke arah yang dilihat Radif.

POV Iriska: Kamera LS dari arah jendela, nampak Davela di dalam taxi, melihat ke arah sini.


RADIF

(berteriak) Vel! Tunggu Vel..!


Taxi sudah melaju dan pergi.

Radif langsung memegangi kepalanya. Iriska pun panik.

MONTAGE:

Adegan dimana Davela tak bisa dihubungi. Radif dan Iriska bingung sementara Davela pergi ke tempat Moya dan melimpahkan semua kesedihannya.


124A. INT. RUANG TAMU, RUMAH RADIF — AFTERNOON

Radif mencoba menelpon Davela beberapa kali namun tak diangkat.

INSERT TO:


124B. EXT / INT. DI DALAM TAXI DAVELA — NIGHT

Davela melihat panggilan Radif. Ia marah dan malah mematikan ponselnya.


124C. EXT / INT. PINTU DEPAN, APARTEMEN MOYA — NIGHT

Di depan unit kamar Moya, Davela mengetuk-ngetuk pintu sambil menangis.


125. INT / EXT. PINTU DEPAN, APARTEMEN MOYA — NIGHT

Moya membuka pintu dan kaget.  

INTERCUT:

Davela melihat Moya dan langsung masuk serta menabrak Moya dengan pelukannya.

Davela menangis sesenggukan, Moya masih belum tahu apa yang terjadi namun berusaha menenangkan.

FADE OUT:


126. INT. KABIN PENUMPANG PESAWAT, DALAM PESAWAT — AFTERNOON

CARD TITLE: “1 MINGGU KEMUDIAN”

Davela masuk ke pesawat. Lalu masuk ke barisan kursi depan, bernomor 7A, duduk di kursi depan di pinggir jendela.


DAVELA (V.O.)

Meskipun hidup kadang gak sesuai rencana, kita harus pastikan untuk mengambil pilihan yang bikin kita bahagia.


Davela mengenakan SABUK PENGAMAN. Ia mengecek ponsel sejenak lalu menelpon MOYA.


DAVELA

Halo Moy, gue udah di pesawat. Bentar lagi take off. Lo dimana?


MOYA (O.S.)

Oke, oke. Iya, safe flight sis! Gue abis dari Paul Robb, ngecek lokasi. See you di gate arrival, ya!


DAVELA

See you, Moy!


Davela kemudian mematikan ponselnya, memasukannya ke dalam tas dan melirik ke luar jendela.

Kamera CU pada pemandangan langit lepas di luar jendela. Pesawat take off.


DAVELA (V.O.) (CONT’D)

Meskipun kehidupan cinta gue berantakan, gue gak lama-lama terpuruk. Gue akan fokus di karir gue. Hari ini gue udah akan mulai project lagi di Bali. Lo bisa lihat itu kan, Tan?

 

127. INT. KABIN PENUMPANG PESAWAT, DI UDARA — AFTERNOON

MONTAGE:

Kamera CU: Lampu sabuk pengaman sudah dimatikan.

Davela melapas sabuk pengaman, tengah BERDIRI untuk ke toilet ketika sebuah annoucmenet akan diumumkan.


128. INT. RUANG KEMUDI PILOT, DI UDARA — AFTERNOON

Radif berdeham dan menatap Handi, co-pilot di sampingnya.


HANDI

Go on, Bro... 


RADIF

(berdeham)

Nervous gue...


HANDI

Now or never!


Radif kemudian terseyum gugup dan menyalakan saluran pengeras suara.


RADIF

Selamat siang para penumpang yang terhormat, saya kapten Radif Naraputra, mengucapkan selamat datang di penerbangan menuju Denpasar. Saat ini kita berada di ketinggian 32.000 Ft di atas permukaan laut... 

CUT TO:


129. INT. KABIN PENUMPANG PESAWAT, DI UDARA — AFTERNOON

Davela kaget mendengar suara itu dan langsung duduk kembali di kursinya. 


RADIF (O.S.)

Mohon maaf sekali karena saat ini ada sedikit kendala...


KITA melihat beberapa penumpang mulai panik.


PENUMPANG 1#

Astaga, kendala apa Kap? Astafirloh...


PENUMPANG 2#

Pesawatnya kenapa? (saling menatap pada penumpang lain)


RADIF (O.S.)

Maaf... bukan kendala cuaca atau teknis pesawat. Tapi kendala hati saya.


Para penumpang bernapas lega sekaligus bingung.


RADIF (O.S.) (CONT’D)

Di pesawat ini ada seseorang yang sangat spesial. Saya sangat merindukannya dan itu membuat saya gugup. Untung ada co-pilot Handi yang menguatkan saya sehingga saya nggak pingsan di sini.


Radif berdeham sambil senyum-senyum.

MATCH CUT TO:

Di ruang penumpang, ada yang menggeleng-geleng tapi senyum- senyum.

 

PENUMPANG 3#

(teriak)

Yang mana nih orangnya, Kapten?


Kita melihat Davela melotot ke sekeliling. Ia mengambil majalah di depan kursi dan pura-pura membaca sambil merendahkan posisi duduknya.


RADIF (O.S.)

Dia... duduk di bangku 7A. Namanya Davela Isyani.


Semua mata kini tertuju pada DAVELA.


PENUMPANG 3#

Oalah... asik banget, Mbak! Kapan meneh di kangeni karo pilot. So sweet...


Davela mengigit bibir.

INTERCUT TO:


130. INT. RUANG KEMUDI PESAWAT, DI UDARA — AFTERNOON

Penuh senyuman, Radif masih berbicara di mikorfon pesawat.


RADIF

Vel, I’m really happy can bring you to Denpasar today. See you later. And to all passangers, enjoy your flight...!

FADE IN:

 

131. INT / EXT. KABIN PENUMPANG PESAWAT, APRON BANDARA NGURAI RAI — AFTERNOON

Davela bangkit dengan ogah-ogahan dari kursi. 

Dari jendela, ia melihat banyak orang-orang sudah berkumpul di bawah.


132. INT. TANGGA PESAWAT, APRON BANDARA NGURAH RAI — AFTERNOON

Davela gugup menuruni tangga pesawat, pura-pura sibuk membenahi rambut yang tertiup angin.

POV Davela: Kamera LS pada Radif yang mengenakan kacamata hitam, juga sudah menunggu Davela bawah tangga pesawat.

Davela menuruni tangga perlahan sambil menahan malu.


132A. DI SAMPING PESAWAT, APRON BANDARA NGURAH RAI - AFTERNOON

Davela kini berhadapan dengan Radif.

Sekali lagi, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling karena ada banyak orang.

DAVELA

Hai Dif... (akward)

Radif tersenyum.

RADIF

Vel... Aku tau ada banyak hal yang perlu kita bicarakan. But, right now, I just wanna ask you one thing.


Radif kemudian melepas kacamatanya dan menyelipkannya di kantong seragam pilot.

Lalu Radif mengeluarkan cincin dari sakunya dan menyodorkannya pada Davela.


RADIF (CONT’D)

(berlutut)

Would you be my first and my last?


Davela menganga.

Para penumpang yang menyaksikan Radif melamar Davela langsung bersorak sorai.

DAVELA

(panik)

Dif...


BEBERAPA PENUMPANG PESAWAT

Terima! Terima! Terima!


RADIF

(senyum dan mengulangi)

Would you be my last, Davela Isyani?


Davela melihat ke arah lain dan kaget.

POV Davela: Kamera MCU pada Iriska di antara kerumunan, tersenyum ke arah sini dan mengangguk. BACK TO:

Davela pun menatap Radif selama beberapa detik.


RADIF (CONT’D) 

Vel?


Davela mengangguk.

Radif langsung mengenakan CINCIN itu di tangan Davela. Semua orang bertepuk tangan. Lalu perlahan bubar.


DAVELA

(berbisik)

Ini situasi dimana aku gak mungkin nolak. Oke... (beat) we need to talk.


RADIF

(senyum)

I know. Let’s talk.


133. EXT. PANTAI KUTA — AFTERNOON

SFX suara deburan ombak.

Establish suasana pantai kuta yang tak terlalu ramai. Ada pengunjung yang berenang, ada yang bersantai, juga beberapa anak yang sibuk membuat monumen dari pasir.

Davela dan Radif duduk di tepian pantai, sambil menyaksikan matahari yang akan terbenam.


RADIF

I’m sorry Vel. Aku dan Iriska waktu itu... (bingung) sebenernya... dia...


DAVELA

I knew everything already, Dif. Kamu dan Iriska. Masa lalu kalian saat SMA. (beat) Dan perasaannya yang belom hilang buat kamu selama 12 tahun terakhir.


Radif terkejut.


DAVELA (CONT’D)

Just tell me the truth.


RADIF

She knows that I only love you. I can only love you. Jadi, wakt itu sebenernya Iris datang untuk minta maaf dan janji untuk mulai buka hatinya untuk orang lain. I swear, Vel. Itu yang terjadi.


Radif lalu meraih tangan Davela.


RADIF (CONT’D)

No one can replace you from my heart Davela... Aku mau minta maaf atas segala kesalah aku. (beat) Nggak seharusnya aku semarah itu sama kamu (beat). Khususnya juga sama almarhum Tristan. Karena aku sadar... justru Tristan adalah orang paling baik... orang yang menginginkan kita supaya bisa selalu bersama.


DAVELA

(berkaca-kaca)

Tristan?

FLASHED TO:


134. EXT. DEPAN RUMAH, RUMAH RADIF — AFTERNOON

Radif menerima amplop dari pak pos. Radif membuka amplop.

Kamera CU pada tangan Radif yang mengambil selembar foto dari amplop, bergambar Davela sedang memayungi Radif dan membiarkan setengah dirinya kehujanan di Malang. BACK TO:

Radif membalik foto itu, menatap lekat.

Kamera CU pada bagian belakang foto yang bertuliskan:

“Mungkin dia bisa tertawa lebih keras sama orang lain, tapi gue tahu satu hal...

Hatinya cuma buat lo.”

-Tristan

BACK TO PRESENT:


135. EXT. PANTAI KUTA — AFTERNOON


DAVELA

(berkaca-kaca)

Dia cuma (bergetar) pengen bersenang-senang sebelum gambling atas operasi jantungnya. Dan dia (beat) sahabat terbaik yang pernah aku punya.


RADIF

(mengangguk pelan)

I know... I’m sorry for everything.


DAVELA

Me too...


RADIF

(ikut bangit)

Jadi lamaranku diterima kan?


Davela mengangguk. Mereka pun berpelukan.

Lalu Iriska dan Moya muncul dari arah belakang Davela.


IRISKA (O.S)

Vel...


Davela melepaskan pelukan Radif dan berbalik.

Davela melompat dan langsung memeluk Iriska, ia menangis bahagia. Moya juga bergabung memeluk Davela.

Kamera bird’s eye menampilkan Davela, Radif, Iriska, dan Moya yang saling memeluk bahagia.

INSERT TO:


136. EXT - ROOFTOP STUDIO DAVELA, SEBUAH RUKO — NIGHT

Davela berpakaian dress putih.

Kita melihat ia memegang BUKU SAYAP-SAYAP PATAH dengan KEDUA TANGAN. Terlihat pula di JARI MANIS KANAN Davela sudah melingkar CINCIN PERNIKAHAN.

Dari belakang, Radif muncul menggunakan pakaian putih juga.

Radif berdiri di belakang Davela dan menangkupkan kedua tangannya di atas tangan DAVELA.

Sekarang kita melihat JARI MANIS KANAN mereka mengenakan cincin yang sama.

Radif mencium kening Davela.


RADIF

I love you, my puzzle.


Davela menoleh.


DAVELA

(tersenyum)

I love you too...


Radif kemudian melirik buku di tangan Davela dan pindah ke samping Davela.


RADIF

Udah berbulan-bulan, kok kayaknya kamu gak selesai-selesai ya baca ini buku?


DAVELA

Bukan gak selesai, tapi aku baca puluhan kali.


Radif melirik halaman “APABILA CINTA MEMANGGILMU”


DAVELA (CONT’D)

Sampe aku hafal setiap baitnya.


RADIF

Oya? Coba aku tes.


DAVELA

(tertawa)

Siapa takut.


Mereka berdua bertatap-tatapan tanpa melihat buku.


RADIF

Apabila cinta memanggilmu...


DAVELA

(tersenyum)

Ikutilah dia, walau jalannya terjal berliku-liku...


RADIF

Walau ucapannya membuyarkan mimpimu...


DAVELA

Bagai angin utara mengobrak - abrik taman...

 

RADIF

(jeda sejenak)

Cinta... tak memberikan apapun...


DAVELA

Kecuali dirinya sendiri...


RADIF

Karena cinta apabila telah memilihmu...


Radif dan Davela terdiam sejenak.


RADIF DAN DAVELA

(bersama)

Dia akan menentukan perjalanan hidupmu.


Radif dan Davela sama-sama tertawa. Lalu berpelukan sangat erat.

FADE TO:

 

137. INT. KABIN PESAWAT, DI UDARA — AFTERNOON

Iriska sedang memberika minum kepada penumpang BUSINESS CLASS.

Ia kaget melihat Ezra, pria yang waktu menjatuhkan buku Murakaminya.


IRISKA

Apple atau orange... (beat) Pak Ezra?


Pria itu mengangkat kepala dari bukunya.


EZRA

Apple.


IRISKA

(tertawa)

Selera masih sama ya.


EZRA

(menerima gelas)

Thank you. Hear The Wind bagus...


IRISKA

Oh udah baca?


EZRA

(mengangguk)

Waktu kamu bilang dulu, lusanya saya langsung baca. Saya juga lihat resensi novel Murakami kamu menang di salah satu forum lomba minggu lalu. Selamat ya! Saya senang (beat) bisa ketemu kamu lagi.


Iriska kehilangan kata-kata.


EZRA (CONT’D)

Oh ya, adik saya kebetulan ada di Jepang dan mau datang meet and greet-nya Haruki Murakami. Kamu mau titip tanda tangannya?


Iriska terkesiap.


IRISKA

Serius, Pak?


EZRA

(tersenyum dan mengangguk)

Ketemu kamu lagi di sini, sepertinya bukan kebetulan ya? (beat) Rasanya kita perlu ngobrol- ngobrol lebih panjang.


Ezra mengeluarkan dompetnya, dan memberikan kartu nama.


IRISKA

(menerimanya dengan gembira)

Thank you banget, Pak Ezra. Saya permisi dulu ya. Sampai nanti.


Iriska berlalu ke depan. Saat duduk dan mengenakan seatbealt, ia melirik Ezra dari balik bilik. 

BCU: Iriska sangat bahagia, ia telah menemukan cintanya. Murakami- man-nya.


138. INT. STUDIO DAVELA, SEBUAH RUKO BERLANTAI 4 — AFTERNOON

Davela mengetik di laptop. Ada Tiyo, Dido, dan Moya juga yang sedang santai-santai di segala sisi studio.

HP berbunyi. Davela mengangkatnya.

Kamera CU pada layar HP, menampilkan panggilan dari Radif via Skype. BACK TO:

Davela memasang HP di depan wajah, terlihat wajah Radif di layar HP.


RADIF

Hi, darl! Lagi ngapain?


DAVELA

Ini lagi nyelesaiin konsep style untuk konser RAISA di BALAI SARBINI.


RADIF

Nanti kalo ada yang anter lunch, diterima terus diabisin ya.


DAVELA

(tertawa)

Kamu repot-repot banget.


RADIF

Repot apanya. Aku mau kamu tuh makannya teratur.


Lalu terdengar bunyi pintu diketuk.


DAVELA

Eh itu, kayaknya dateng deh...


RADIF

Yaudah, aku udah mau sampe airport. Nanti aku telepon lagi. See you!


Davela pun langsung buru-buru membuka pintu. Pengantar makanan datang.

CUT TO:


OJEK MAKANAN

Dengan Mbak Davela? 

CUT BACK TO:


DAVELA

(menerima bungkusan)

Iya benar. Makasih ya.


Davela kemudian menutup pintu. Dido pun langsung mendekati Davela.


DIDO

Duh... Susah nih, pengantin baru so sweet minta ampun.


TIYO

Lo sirik aje!


DIDO

Ya bukan sirik, justru gue pengen juga keles...


DAVELA

Mau Do?


Davela meletakkan makanan di meja dan membukanya.

Kamera MCU pada kotak makanan, ada nasi dengan menu makan 4 sehat plus buah PISANG dan APEL.


DIDO

Gue pisangnya aja gapapa deh.


MOYA

Pisang kok makan pisang?


Sementara yang lain tertawa, Davela pun tertegun pada APEL di meja.

Davela perlahan melangkah ke dekat jendela, tempat kumpulan FOTO-FOTO peninggalan Tristan berada.


DAVELA (O.S.)

Pada akhirnya pun, kedatangan Tristan adalah salah satu periode terbaik dalam hidup gue...


Tiba-tiba Dido, Tiyo, dan Moya ada di belakangnya. Mereka ikut melihat foto-foto Tristan yang sedang Davela lihat.


DIDO

Oh my God, gue jadi kangen sama Tristan...


TIYO

(mengangguk)
Iya.. Gue juga.


Moya pun merangkul Davela.

Namun Davela sama sekali tak menunjukkan kesedihan.


DAVELA

Jangan pada mellow dong, Tristan udah bahagia di atas sana.


Mereka berempat pun saling merangkul. Menguatkan satu sama lain.

DAVELA (O.S.) (CONT’D)

Dari dia (beat) gue balajar bahwa cinta bukan hanya perkara memiliki atau dimiliki. Tetapi cinta adalah tindakan menciptakan...

INSERT TO:

Sambil berpelukan, DAVELA fokus menatap sebuah foto sambil tersenyum.


DAVELA (O.S.) (CONT’D)

Menciptakan kenangan yang sempurna. Kenangan yang akan membuat kita selalu bersyukur saat kita kembali mengingatnya.


KAMERA TRACK IN kepada foto yang memperlihatkan Tristan dan dirinya saling menyodorkan APEL yang tertancap LILIN dan masing-masing sedang saling meniupnya.

DISSOLVE TO:


139. INT. KAMAR RAWAT TRISTAN, RUMAH SAKIT — AFTERNOON

Tristan saat itu tengah selesai makan siang. Ia kemudian memegang APEL di tangannya.


TRISTAN

Lo tau kan, kalau orang ultah bikin permohonan, pasti selalu terkabul?


Davela tersenyum lalu mengangguk.


TRISTAN (CONT’D)

Tapi... hari ini, gue gak bikin permohonan. Karena permohonan gue udah terkabul dari beberapa bulan lalu. Jadi gue mau mengucap syukur aja.


Davela menatap Tristan bingung.


TRISTAN (CONT’D)

Lo pernah denger istilah perfect stranger?


DAVELA

(menggeleng)

Apa itu?


TRISTAN

Seseorang yang asing, bahkan memang orang asing, namun yang entah bagaimana bisa sempurna mengisi hidup. Itulah lo buat gue. (beat) Bahkan hingga detik ini pun, lo masih orang asing dalam kehidupan gue. Kita belum lama kenal. Gue juga belum begitu mengerti semua misteri lo. Namun justru di tengah suasana serba-asing itu, lo jadi sempurna di mata gue.


Air mata Davela jatuh.

Tristan menarik napas sejenak. Perlahan ia menggenggam tangan Davela.


TRISTAN (CONT’D)

Sejak kenal lo... gue jadi tahu bahwa cinta di dunia ini banyak bentuknya.


Tristan menyentuh sebelah pipi Davela yang gemetar.


TRISTAN (CONT’D)

Thank you for everything, my perfect stranger. Hari-hari bersama lo... akan gue ingat selamanya.


Tristan hendak menyalakan lilin pada APEL-nya.


DAVELA

Wait! Wait!


Davela pun mengambil APEL lainnya dan mengikuti Tristan.


DAVELA (CONT’D)

Segala yang lo ucapkan tadi... (tersenyum) Itu mewakili kata hati gue juga.


Davela kemudian mengeluarkan ponselnya, lalu menyandarkannya pada gelas minum Tristan yang terletak di overbed (meja makan pasien).


DAVELA (CONT’D)

(mengatur timer)

Yang ini bener-bener harus diabadiin sih!


Tristan tersenyum. Ia menyalakan lilin yang telah ditancapkan ke dua buah apel dengan korek gas.

Mereka kemudian saling menyilangkan tangan, dan menukar APEL masing- masing.

Lalu Davela dan Tristan meniupnya LILIN-nya bersama-sama.

INTERCUT TO:

 

Ponsel Davela berbunyi “cekrik” dan mengabadikan momen manis mereka.

FREEZE.

-THE END-


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar