Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Perfect Strangers - Script
Suka
Favorit
Bagikan
4. ACT 4 (SCENE 56-69)

56. INT. SUPERMARKET — AFTERNOON

Suasana di supermarket cukup sepi. Beberapa orang membayar di kasir. 

Kamera LS mengikuti Davela mendorong troli ke pojok kiri sambil mengamati hamparan sayur di etalase.

Davela berhenti di depan wortel, memilih-milih kemudian memasukkan wortel organik yang sudah berupa bungkusan ke troli.

Setelah itu Davela mengambil dua brokoli di depannya, lalu membandingkan. Ia bingung mau pilih yang mana.

Tiba-tiba Davela freeze, sambil teringat sesuatu.

FLASHBACK TO:

(Bagian dari scene 49)

56A. INT. RUANG PEMOTRETAN, STUDIO PEMOTRETAN - AFTERNOON

MOYA

Ya walaupun tingkahnya tengil banget gitu, dia selalu tau cara bikin orang ketawa. Tau cara bikin dunia lebih hidup.

BACK TO PRESENT:

 

57. INT. SEBUAH SUPERMARKET — NIGHT

Davlea menaruh lagi kedua brokoli ke dalam troli, lalu menggaruk kepala.


DAVELA

(bergumam)

Kenapa sih lo selalu ganggu pikiran gue?


TRISTAN (O.S)

Siapa? Gue ya? 


Davela tersentak. Kaget sampai hampir terjengkang ke dalam etalase sayur. Tristan dengan sigap menarik tangan Vela.

Mereka pun berdiri sangat dekat. Davela kaget dan langsung melepaskan diri.


TRISTAN (CONT’D)

Mikirin apa sih? Melamun melulu lo perasaan.


DAVELA

(tak menggubris pertanyaan Tristan)

Lo pasti ngikutin gue lagi kan?


Tristan menggeleng.


DAVELA (CONT’D)

Bohong. Lo kira dunia sekecil itu? Kenapa sih lo ngikutin gue melulu? (nada meninggi) Kenapa?


Tristan lalu mengangkat keranjang kecil di tangan kirinya. Kamera CU memperlihatkan beberapa barang perlengkapan mandi.


DAVELA (CONT’D)

Supermarket tuh banyak, lo bisa belanja ke tempat lain kan?


TRISTAN

Loh... kan ini yang paling deket? Ya wajar dong gue ke sini? Kok lo sensi amat?


DAVELA

(makin marah) Ah, terserah deh!


Davela kesal dan mendorong belanjaannya tanpa memperdulikan Tristan.

Tristan dengan polosnya tetap mengikuti Davela.


TRISTAN

Vel? Lo kenapa sih? Lagi PMS?


Davela menghentikan langkah dan berbalik hingga Tristan hampir menabrak Davela.


DAVELA

Plis... jaga jarak dari gue! Jangan deket-deket gue!


TRISTAN

Apa gue ada salah? Kok lo marah- marah melulu?


Davela tak menjawab.

Tristan terus mengikuti Davela.


TRISTAN (CONT’D)

Atau jangan-jangan... lo nolak pergi sama gue gara-gara kepikiran Radif? Lo takut dia cemburu?


 DAVELA

Iya. Puas? (beat) Gue gak mau ada gosip-gosip gak enak nantinya.


TRISTAN

Ya lo tinggal bilang aja. Kenapa pake alasan gak enak badan segala. Gue ngerti kok. Tapi gak perlu marah-marah juga...


DAVELA

Lo tuh yang aneh! Dari awal kenapa sih selalu ganggu-ganggu gue?


Davela lalu berbalik. Menatap Tristan tajam.


DAVELA (CONT’D)

Dan satu lagi! Memang lo itu siapa sampe harus deket-deket gue terus? Sadar posisi dong!


KITA melihat ekspresi Tristan kaget karena ucapan itu.

Davela pun tak kalah kaget, seolah tak percaya kata-kata itu keluar dari mulutnya.

Tristan menelan ludah lalu menatap Davela tepat pada bola mata.


TRISTAN

(bergetar)

Cukup Vel! Cukup! (menarik napas) Gue kira selama ini kita sahabatan. As a good friend, gue cuma berusaha buat bikin lo ketawa dan bahagia. (senyum sedih) Tapi gue salah, karena ternyata gue nobody di hidup lo. 


Davela hendak membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu tapi tak jadi.


TRISTAN (CONT’D)

Sorry kalau selama ini gue bikin lo gak nyaman. Mulai hari ini gue janji akan menjauh dari lo.


Tristan pun berjalan cepat meninggalkan Davela.

Davela pun menatap punggung Tristan dengan ekspresi campur aduk.


58. EXT - DEPAN RUMAH, RUMAH TRISTAN — NIGHT

Davela sampai di depan pintu rumah Tristan.

KITA melihat TANGAN-nya sudah melayang di udara, namun batal mengetuk.

Davela memejamkan mata, bingung, dan kembali berbalik ke rumah.


59. INT - KAMAR DAVELA, RUMAH DAVELA DAN IRISKA — NIGHT

Davela pergi ke meja kerjanya dan melipat sebelah tangannya sebagai tumpuan untuk kepala.

Jeda beberapa detik. Akhirnya Davela bangkit dengan gusar.


DAVELA

Ah, shit! Kenapa jadi runyam gini sih?

Davela menghempaskan diri ke kasur lalu memejamkan mata.

FADE OUT.


60. INT. KAMAR DAVELA, RUMAH DAVELA / IRISKA — MORNING

TIRAI JENDELA memantulkan semburat MATAHARI. Davela perlahan menggerakan mata karena silau. Davela melongo terkejut.

Kamera CU pada tumpukan donat di piring lebar. Ada lilin angka 24 di pucuk atas donat.


RADIF DAN IRISKA

Happy birthday!


Davela langsung cepat-cepat duduk dan meniup lilinnya.


DAVELA

(sambil menguap)

Merci beaucop...


Davela memeluk Radif dan Iriska dengan kedua bahunya.


IRISKA

(memberi yang di pita)

Semoga suka ya, Vel.


DAVELA

(terharu)

Omg...thanks banget Kak Iris. Love you to the moon and back!


KITA kemudian melihat giliran Radif menyodorkan sebuah kotak kecil warna merah.


RADIF

For you, Sayang.


Davela antusias ingin menerimanya namun Radif menariknya kembali.

RADIF (CONT’D)

(menarik kembali)

Eh, nanti dulu (beat). Habis kamu mandi ya?


DAVELA

Loh kok gitu?


Radif membersihkan sudut bibir Davela.


RADIF

Gapapa, biar nanti hadiahnya gak bau iler.


Davela melotot dan mencubit pinggang Radif. Radif meringis dan tertawa.


61. INT - LANTAI 2, RUMAH DAVELA DAN IRISKA — AFTERNOON

LS dari atas kita melihat Davela dengan rambut setengah basah tiba di lantaI 2.


DAVELA

Udah wangi nih!


Davela melangkah ke arah Radif yang sedang rebahan di sofa dekat pintu balkon.

Radif menoleh sambil bangun. Ia menepuk space sofa di sampingnya.


DAVELA (CONT’D)

(merajuk)

Mana hadiahku? Huhu...


Radif tertawa lalu menggerakannya satu tangannya ke belakang, mengambil hadiah Davela dan memberikannya pada gadis itu.


RADIF

(memberikan kotak kado)

Open it. Semoga kamu suka.


KITA melihat Davela menatap Radif sambil membuka sedikit kotaknya.

Davela kemudian menyipitkan mata untuk mengintip. Kamera CU pada isi kotak, terlihat ada KALUNG PUZZLE.

Davela terkejut sambil mengangkat benda itu dengan hati-hati.


DAVELA

(berbinar)

Pretty. But... (beat) why puzzle?


RADIF

(menjentikkan jari) Good question.


Davela memperhatikan LIONTINNYA dengan seksama. Lalu kembali menatap Radif.


RADIF (CONT’D)

You’re the piece of my life. Jadi kalo kamu sampe pergi, berarti aku juga gak bakal utuh lagi. So please... always stay by my side. Okay?


Davela terharu dan langsung memeluk Radif.


DAVELA

(mengusap pipi Radif)

Will do. Always.


RADIF

Kalungnya aku pakein ya?


Davela mengangguk.

Radif mencondongkan tubuhnya lalu memiringkan kepalanya ke belakang leher Davela untuk mengaitkan kalung itu.

Kamera CU Radif dan Davela kembali saling bertatapan.


DAVELA

Seandainya... kalo ternyata kamu yang gak setia dan ninggalin aku? Gimana?

 

RADIF

Ya nggak mungkin dong, Vela-ku sayang.


DAVELA

Kok kamu bisa seyakin itu? Di tempat kamu kerja kan pasti banyak cewek cantik. Banyak yang lebih segala-galanya dari aku.


RADIF

Loh.. loh.. kok malah jadi overthinking gitu?


DAVELA

Ya tapi pertanyaan aku make sense juga kan?

 

RADIF

(menatap Davela; menggenggam tangannya)

I swear I’ll never leave you. (beat) Karena aku selalu berharap, kamu adalah yang pertama dan terakhir. Jadi jangan mikir yang nggak-nggak ya, Sayangku.


Davela terdiam sejenak. Sedetik kemudian ia mengangguk dan tersenyum.

Radif juga tersenyum, lalu menempelkan hidungnya pada hidung Davela.

RADIF (CONT’D)

Love you so much, my puzzle.

DAVELA

(lembut)

Love you so much more...

FADE OUT


62. INT / EXT. HALAMAN RUMAH, RUMAH DAVELA DAN IRISKA — AFTERNOON

Davela mengantar Radif dan Iriska ke depan rumah.

MOBIL jemputan crew pun pergi melaju.

Saat itu, Tristan keluar dari rumah untuk mengambil sesuatu di jok motornya.

Davela melempar senyum canggung, namun Tristan mengabaikannya dan langsung masuk ke rumah. Pintu ditutup.

Davela menarik napas dengan raut sedih.

FADE TO:


63. EXT / INT - RUANG TENGAH, RUMAH TRISTAN — AFTERNOON

KITA melihat dari setengah pintu terbuka ada Tristan sedang duduk bersila di lantai sambil mengelap lensa kamera serta beberapa peralatan kamera lain yang terletak rapih di meja depan ruang TV.

INTERCUT TO:

Davela kikuk mengetuk pintu yang setengah terbuka. Tristan menoleh datar.


TRISTAN

(menoleh) Kenapa Vel?


DAVELA

(grogi)

Tan... Lagi sibuk gak? Gue boleh masuk?

 

TRISTAN

Biasa aja kok. Masuk aja.


Davela melangkah mendekati Tristan dan uduk bersila di lantai dengan posisi di sebrang Tristan.

Davela melirik Tristan yang acuh tak acuh, sibuk dengan kameranya.

DAVELA

Gue tau (beat) lo pasti kecewa gara- gara omongan gue di supermarket waktu itu. Maaafin gue, Tan.


Barulah Tristan mengangkat wajahnya dan menatap Davela.


TRISTAN

Kenapa tiba-tiba lo peduli sama perasaan gue? 


DAVELA

(menelan ludah)

Ya... jelas lah gue peduli.


Tristan mengangkat sebelah alisnya.

Davela kaget dengan ucapannya sendiri dan cepat-cepat menambahkan.


DAVELA (CONT’D)

Kalo lo sakit hati, dosanya kan di gue! Gue gak mau punya musuh.


TRISTAN

Bukannya lo yang musuhin gue? Bilang ke gue... memang lo siapa sih harus deket-deket gue terus?


DAVELA

(menunduk)

Iya. Gue kelewatan. Maafin gue. Beneran gue gak maksud nyakitin elo.


Melihat Davela memelas, akhirnya Tristan tertawa.


TRISTAN

Justru kemarin gue jadi mikir ucapan lo itu bener. Dari awal gue udah bikin lo risih. Gue selalu ganggu lo. Suka maksa lo ini itu. Makanya gue...


DAVELA

(memotong)

Nggak, Tan. Serius. Lo bukan orang kayak gitu. Lo itu baik. Lo tau gimana caranya buat orang sekeliling lo happy. Termasuk gue.


Jeda sebentar. Davela menarik napas.


DAVELA (CONT’D)

Please... gue minta maaf banget udah ngomong seenak jidat sementara selama ini lo udah banyak nolong gue. Ada buat gue. Bikin gue happy.


TRISTAN

Tapi semua juga gak ada artinya kan? Karena gue nobody. 


DAVELA

No. Lo itu somebody, Tan. Gue yang salah... Lo (menatap Tristan) sahabat terbaik yang pernah ada di hidup gue.


Tristan menatap Davela.


DAVELA (CONT’D)

I swear that, you are really my best friend. 


Tristan kemudian bangkit berdiri dan pindah ke samping Davela. Kini mereka berhadapan dekat dan tanpa sekat.


TRISTAN

Satu hal yang harus lo tau... (beat) gue selalu menghargai apa yang sudah menjadi dimiliki ataupun menjadi milik orang lain.


Davela menelan ludah.


TRISTAN (CONT’D)

Jadi siapapun yang mikir gue berniat ngerebut lo dari Radif, bahkan termasuk diri lo sendiri... gue pastikan itu semua gak akan pernah terjadi. Never and ever.


DAVELA

Gue akhir-akhir ini memang tiba- tiba suka paranoid gak jelas gitu sih. (menghela napas) So sorry, Tan... Gue janji, gue gak akan bikin lo kecewa lagi.


Davela mengulurkan tangannya.

Tristan membalas uluran tangan itu dan tersenyum.


DAVELA (CONT’D)

Thanks udah maafin gue.


Tristan mengangguk.


TRISTAN

No worries.


DAVELA

Betewe, anterin gue dong!


TRISTAN

Kemana?

  

CUT TO:


64. EXT / INT. LANTAI 4, SEBUAH RUKO BERLANTAI 4 — AFTERNOON

PINTU lift terbuka.

Mereka keluar dari LIFT dan Davela langsung memutar kunci ke LUBANG PINTU di depannya.


DAVELA

Welcome to my future studio!


65. INT. STUDIO DAVELA, SEBUAH RUKO — AFTERNOON

Kita melihat ruangan yang cukup legang karena belum terlalu banyak isinya. Baru ada perabotan seperti MEJA, SOFA KECIL, LEMARI kecil, dan RAK BUKU.

Bidang kaca yang cukup luas menampilkan view keluar. Kita melihat langit sore yang teduh.


TRISTAN

(mengamati sekeliling)

Nice. Homie banget.


DAVELA

Iya. Kan ke depannya gue bakal tinggal dan kerja di sini, jadi harus dibuat senyaman mungkin.


TRISTAN

(duduk di sofa)

Trus bokap lo kan udah ngasih tempat ini dari tahun lalu, (beat) tapi kenapa lo masih tinggal sama Iriska?


DAVELA  

Galau gue.


TRISTAN

Why?


DAVELA

Ya... Gue sayang banget sama Radif dan Iriska. Mostly, apapun yang kita lakukan selalu bertiga. Jadi kalo gue pindah, pasti semua bakal beda.


TRISTAN

(mengangguk)

Well... tapi someday lo sama Radif, akan punya waktu dan kehidupan kalian sendiri. Ya mungkin aja lo sebenernya resah. Tapi, di sisi lain, lo juga udah terlalu terbiasa (mengendikkan bahu)


Davela bergeming. Wajahnya berubah serius.

Tristan kemudian melirik TANGGA VERTIKAL di bawah ATAP KACA yang menempel pada tembok.

Ia menengadah, melihat cahaya langit sore samar-samar dari buramnya KACA.


TRISTAN (CONT’D)

Itu rooftop yang lo ceritain?


DAVELA

Eh... Iya. Yuk naik!


KITA melihat Davela melangkah naik ke TANGGA VERTIKAL itu dan Tristan mengikuti. 

Tiba di langit-langit pelapon, DAVELA membuka tuas pengaitnya.

 

66. EXT - ROOFTOP STUDIO DAVELA, SEBUAH RUKO — AFTERNOON

Davela menginjakkan KAKI-nya di rooftoop ruko yang masih kosong.

Tristan sedang membelakanginya, sambil memotret objek di depannya dengan kamera.

Davela tersenyum kecil, lalu mendekat pada Tristan dan menjajarkan posisi mereka.

Angin kencang membuat rambut mereka terbang-terbang. Mereka berdua menatap matahari terbenam.


DAVELA

Bagus kan sunsetnya?


TRISTAN

Hm-mm. Besok-besok kalo mau liat sunset gue numpang ya di sini.


Davela terkekeh.

Mereka terdiam sejenak. Menikmati hembusan angin dan matahari terbenam.


TRISTAN (CONT’D)

Hal-hal apa lagi yang lo suka?


Davela menoleh bingung.


TRISTAN (CONT’D)

(menghitung dengan jari)

Bossanova, ketinggian, buku, desain, masak...


DAVELA

... taman, langit malam, cahaya bintang dan ayunan.


Davela pun tertawa.


DAVELA (CONT’D)

Satu lagi.


TRISTAN

Apa?


DAVELA

Benerin style orang lain. Ini bajunya lebih bagus kalau lehernya lebih rapat.


Davela maju, membenahi gaya baju Tristan. Tristan kaget dan tertawa.

Sambi mengangguk-angguk, Tristan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Agak lama, hingga Davela bertanya.


DAVELA (CONT’D)

Lo nyari apa?


TRISTAN

(menggeleng)

Bukan apa-apa.


DAVELA

Hmm... lo sendiri? Suka apa selain kamera dan Bossanova?


TRISTAN

Kejutan.


DAVELA

Semua orang juga suka kali.


TRISTAN

Tapi gue sukanya ngasih kejutan. Bukan dikasih.


Tristan tertawa. Ia kemudian mengangkat tangannya dan melihat JAM TANGAN.

Kamera CU pada arloji, menunjukkan pukul 18.15


TRISTAN (CONT’D)

Cabut yuk!


DAVELA

Kemana?


TRISTAN

Katanya suka kejutan?


FADE TO:

 

67. EXT. DEPAN AIR MANCUR, KAWASAN MONAS — NIGHT

Establish wilayah monas di malam hari.

Pertunjukan air mancur menari-nari indah. Davela dan Tristan menyaksikannya dengan gembira. Tak lama selesai.

Sebagian orang-orang bubar.

Davela dan Tristan tetap tinggal di sana.


TRISTAN

Bagus gak?


DAVELA

Banget. Kok lo bisa kepikiran ngajak gue ke sini?


TRISTAN

(tersenyum)

Nostalgia. Air mancur ini favorit gue pas kecil. Percaya gak percaya, tiap dua minggu gue family time ke sini.

 

DAVELA

HAHAHA! Gak nyangka gue.


TRISTAN

Kenapa?


DAVELA

Gue kira kecil lo mainannya di timezone. Abis hiper aktif banget anaknya. (tertawa lagi)


Tristan ikut tertawa.

TRISTAN

Masih ada satu lagi yang gue yakin lo suka banget.

 

68. EXT. PUNCAK MONAS, KAWASAN MONAS — NIGHT

Davela menatap ternganga.

POV DAVELA: Dari ketinggian, terlihat kota JAKARTA penuh dengan kerlap-kerlip lampu. BACK TO:

Davela menjulurkan tangannya ke luar lewat TERALIS, merasakan udara malam yang dingin.

Davela lalu naik ke TEROPONG dan mengintip kota-kota yang jadi lebih terlihat jelas.

Semilir angin menerpa wajah Davela dan Tristan.


DAVELA

(menghadap Tristan)

Gila! Seumur-umur, gue gak pernah bayangin bisa ngeliat Jakarta dari puncak Monas pas malem-malem begini (beat) Thanks banget, Tan! You made my day! Really!!!


TRISTAN

(tertawa)

Sama-sama. Tapi yang paling berjasa itu sebenernya Gubernur kita yang sebelumnya. Kalo gak dia yang ngeresmikan wisata malam Monas, ya gak mungkin juga gue bisa bawa lo ke sini.


DAVELA

(balas tertawa)

Still! Gue tetep makasih sama lo karena udah mau ngajak ke sini.


Davela lalu kembali menjulurkan tangannya untuk merasakan angin. Ia memunggungi Tristan dan fokus pada kesibukannya sendiri.

INSERT TO:

Tristan berjongkok dan mengambil sesuatu dari tasnya. Kita melihat ada APEL, LILIN, dan KOREK.


TRISTAN

Vel...


Davela menoleh dan kaget melihat Tristan berjongkok. Ia pun ikut berjongkok.


DAVELA

Kenapa Tan? Kok lo jadi jongkok- jongkok? Apa lo jangan-jangan lo takut....


Tristan menggeleng, lalu memberikan APEL di tangannya pada Davela.

Davela menerimanya dengan bigung.

Tristan mencapkan lilin di pucuk apel itu, dan menyalakannya dengan korek. 


TRISTAN

Happy birthday, Vel...


Davela sangat kaget.


TRISTAN (CONT’D)

Kagetnya ntar aja. Tiup liinnya dulu. Keburu ketiup angin nih!


Davela buru-buru make a wish. Tristan masih sempat mengeluarkan ponsel dan menjepret momen itu.

Davela membuka mata dan meniup lilinya. Mereka kembali bangkit berdiri.


DAVELA

Lo tau darimana, Tan?


TRISTAN

Itu gak penting. Yang penting lo sehat dan panjang umur.


Berlatar teralis dan langit malam, kita melihat Davela dan Tristan berhadapan cukup dekat.


TRISTAN (CONT’D)

Jadi, gue udah cocok jadi santa klaus belom?


Davela terkekeh.


69. INT. KAMAR DAVELA, RUMAH DAVELA DAN IRISKA — NIGHT

Davela baru saja tiba di kamar dan mengecek hape.

Ia menepuk jidat karena baru sadar ponselnya mati entah sejak kapan.

Ia buru-buru mencharge-nya dan kita melihat ada miscal 10x dari Radif di LAYAR PONSEL, ada 8x dari Iriska.

Davela mengigit bibir dan langsung menelpon Radif.


DAVELA

Halo...


RADIF (O.S.)

(khawatir)

Vel! Kamu darimana aja baru ngubungin aku?


DAVELA

(mengigit bibir)

Sorry banget, Dif... aku gatau kalo lowbat.

 

RADIF (O.S.)

Ini kamu habis darimana? Aku sama Iris daritadi panik hape kamu gak aktif- aktif.


DAVELA

Tadi aku abis ke studio bersih- bersih. Ehmm... terus aku balik, masak, ngerjain desain buat klien baru. Bener-bener gak liat hape.


Davela memejamkan mata erat-erat. Ia berharap Radit tak curiga apapun.

RADIF (O.S.)

(mendesah)

Lain kali jangan kayak gini. Kan orang jadi mikir yang nggak-nggak. Mana kamu juga sendirian kan di sana...


 DAVELA

Iya...


RADIF (O.S.)

Malem ini nginep di Surabaya, besok flight ke Makassar. Oh ya, aku dapet cutinya minggu depan! (nada riang) Are you ready for holiday?


DAVELA

(antusias)

Ready dong! Jadi kita kemana?


RADIF (O.S.)

Malang.


DAVELA

Siapa aja?


RADIF (O.S.)

Aku, kamu, Iris, Orlif. Tapi kalo kamu mau ajak temen-temen kamu juga boleh. Makin rame kan makin seru.


DAVELA

Oke. Nanti aku coba sounding ke Moya, Tristan dan lain lain. Kemarin sih mereka ada wacana juga mau liburan after project selesai.


RADIF (O.S.)

Sure. Aku tidur dulu ya. Take care, Sayang.


DAVELA

Okay, good nite. Take care. Love you.


Telepon berakhir.

Davela menahan napas lega.

BLACK OUT.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar