Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Perfect Strangers - Script
Suka
Favorit
Bagikan
6. ACT 6 (SCENE 86-109)

86. EXT. KOMPLEK PERUMAHAN DAVELA — AFTERNOON

TITLE CARD: 3 hari kemudian.

Establish pemandangan komplek yang dengan matahari terik.


81. INT. KAMAR DAVELA, RUMAH DAVELA / IRISKA — AFTERNOON

Davela memeluk kedua lututnya sambil memandang fotonya dan Radif di meja.


DAVELA (V.O.)

Aku tahu kamu cuma emosi... Aku yakin semuanya akan baik-baik aja. Aku akan nunggu sampai amarah kamu reda, Dif...


Tiba-tiba ponsel Davela berbunyi.

Kamera CU pada HP, nampak panggilan telepon dari nomor Radif. BACK TO:

Davela wajahnya langsung cerah. Buru- buru Davela mengangkat telepon itu.


DAVELA

(tersenyum) Halo Dif?


KITA melihat senyum Davela langsung menghilang dan gadis itu menutup mulutnya dengan sebelah tangan.


DAVELA (CONT’D)

Oke... Aku segera ke sana.

 

88. INT. KORIDOR RUMAH SAKIT — AFTERNOON

Davela berlari-lari menyusuri koridor.

Ia berlari tanpa henti, hingga melihat Radif sedang bersandar di sisi tembok depan ruangan.


DAVELA

(sambil tersedu-sedu)

Dif, gimana keadaan Kak Iris sekarang?


RADIF

Tadi sempat koma karena kekurangan oksigen. Tapi sekarang masa kritisnya udah lewat.


DAVELA

Sebenernya kenapa sampe bisa jatuh dari tangga?


RADIF

Aku juga gak liat langsung kejadiannya. Kata anak-anak, dia tiba-tiba ambruk pas mau turun eskalator... Terus kata dokter, penyebabnya kelelahan. Dan itu yang membuat otaknya kekurangan supply oksigen.


Sejenak mereka berdua canggung.


DAVELA

Apa... aku boleh masuk ke dalam?


Radif mengangguk.


89. INT. KAMAR RAWAT IRISKA, RUMAH SAKIT — AFTERNOON

Davela berdiri di samping ranjang Iriska. Radif mengikuti dari belakang.

Terlihat Iriska tertidur pulas dengan memakai selang oksigen. Davela menarik bangku pelan dan duduk.

Ia meraih sebelah tangan Iriska dan menggenggamnya.


DAVELA

Gue selalu bilang, kalo capek, jangan maksa kerja. Lo kenapa bandel sih?


Radif menatap pemandangan itu penuh prihatin.


DAVELA (CONT’D)

Kalo lo kayak gini, siapa yang gak khawatir?


Iriska masih tidur tenang. Perutnya saja yang naik turun.


DAVELA (CONT’D)

Cepetan bangun ya... Jangan tidur kelamaan.


Jeda sebentar.

RADIF

Vel...


DAVELA

(menoleh)

Ya?


RADIF

Kamu udah makan siang?


Davela menggeleng.


RADIF (CONT’D)

Kamu mendingan makan dulu. Biar aku yang jagain Iris di sini.


DAVELA

Gapapa. Aku bisa makan nanti.


RADIF

Please, go on. Aku gak mau malah ada dua orang yang sakit nantinya.


Davela menghela napas.


DAVELA

Oke. Titip Kak Iris ya. I’ll be back soon. Kalau dia udah sadar langsung kabarin ya.


Radif mengangguk.


INTERCUT TO:

Davela keluar dari ruang rawat Iriska. BACK TO:

Radif kemudian duduk di bangku, memperhatikan Iriska selama beberapa detik. Ia menghela napas lelah sambil menunduk memijat keningnya.

BCU tiba-tiba Iriska membuka mata. Ia sadar dari siuman, dan dengan cepat tahu sedang ada di rumah sakit.

Lalu Iriska terkejut ketika sosok pertama yang dilihatnya adalah Radif. Seketika ia emosional dan meneteskan air mata.


IRISKA

(berbisik)

Dif...

 

RADIF

(kaget)

Ris, lo udah sadar? Kok nangis? (mengusap air mata Iriska) Apa yang sakit? Gue panggil perawat ya?


IRISKA

(menggeleng dan makin menangis)

Kenapa gue gak mati aja? Kenapa gue masih hidup?


RADIF

(makin bingung)

Lo ngomong apa sih, Ris?

 

90. EXT. KORIDOR RUMAH SAKIT — AFTERNOON

Davela baru tiba di ujung lorong. Namun ia membatalkan niat makan siangnya karena tidak tenang.

Ia pun berbalik, menuju kamar Iriska.


91. EXT/INT. DEPAN KAMAR RAWAT IRISKA / DALAM KAMAR, RUMAH SAKIT — AFTERNOON

Kita melihat Davela sudah tiba. PINTU nya agak sedikit terbuka dan sayup-sayup terdengar percakapan.


IRISKA

Lo kira buat apa selama ini gue ada di sisi lo?


Davela yang saat itu baru saja datang, kaget mendengar kalimat Iriska yang dilontarkan untuk Radif.

Ia tidak jadi masuk dan memutuskan menguping percakapan dari luar dari luar.

CUT TO:


92. INT. KAMAR RUANG RAWAT IRISKA, RUMAH SAKIT — AFTERNOON


IRISKA

(gemetar)

12 tahun Dif... Gue selalu berharap lo bisa tau. Sadar sedikit aja... Kenapa gue jadi pramugari, kenapa gue mudah banget mutusin Rio, kenapa gue selalu nolak orang yang deketin gue, kenapa gue selalu menomorsatukan lo?


Davela melihat Radif menunduk.


IRISKA (CONT’D)

Waktu lo jadian sama Davela, gue ngerasa dunia bener-bener gak adil!


Masih terbaring lemah, bahu Iriska berguncang hebat. Ia mengambil REMOTE BED di sebelahnya dan menegakkan kasur.


RADIF

Ris... Ris... tenangin diri lo...


IRISKA

(makin histeris)

Dunia jahat banget. Gimana bisa... lo jatuh cinta sama orang yang baru lo kenal?


Dari luar, Davela ikut menangis dan sambil menutup mulutnya keras-keras.


RADIF

(speechless)

Ris... Ris... Kita bisa bahas ini nanti. Lo tenangin diri lo dulu. Gue takut...


IRISKA

(mengangkat tangannya)

Tapi bodohnya gue, gue tetep berharap. Gue tetep pengen nunggu. Dif, lo pasti mau ngetawain gue kan sekarang?


Radif kemudian bangkit, memeluk Iriska. 


RADIF

(mengelus kepala Iris)

Lo salah Ris. Mana mungkin gue bisa ketawa. Ini gak lucu sama sekali tau?


IRISKA

Terus kenapa? Kenapa lo sama sekali gak pernah ngeliat gue sebagai perempuan? Kenapa?


RADIF

(menarik napas)

Gue sama Rio, pernah janji untuk gak suka sama cewek yang sama. Jadi pas gue tau dia mau nembak lo, gue mundur.


92A. EXT / INT. KAMAR RUANG RAWAT IRISKA, RUMAH SAKIT — AFTERNOON

Mendengar itu, Davela sangat amat terkejut. BCU: air matanya jatuh.

Ia langsung berlari dan pergi dari depan kamar.

CUT BACK TO:

92B. EXT / INT. KAMAR RUANG RAWAT IRISKA, RUMAH SAKIT — AFTERNOON

RADIF (CONT’D)

Ris, tapi lo ngerti kan kalo semua ini udah masa lalu? Gue tau 12 tahun pasti gak mudah buat lo. Tapi lo juga tau kan gimana keadaan gue sekarang? Gue juga hancur.


Radif melepaskan pelukannya dan menatap Iriska lembut.


RADIF (CONT’D)

(mengenggam tangan Iriska)

You need to move on. Karena kalo kita bareng pun, pasti kita cuma sama-sama menderita. Gue kayak gini bukan karena jahat (beat) tapi justru karena gue sayang banget sama lo dan pengen lo bahagia. Gue mau lo buka hati lo buat orang lain. You deserved someone yang bener-bener lebih baik dari gue.


Iriska menangis tersedu-sedu.


93. EXT. TAMAN DI RUMAH SAKIT — AFTERNOON

Kita melihat Davela duduk di BANGKU TAMAN sambil menangis sesenggukan.

BCU wajahnya termenung, mengingat sesuatu.

FLASHED TO:

(BAGIAN DARI SCENE 51)

94. INT. KAMAR IRISKA, RUMAH DAVELA / IRISKA — NIGHT 


DAVELA

Sebenernya... tipe lo tuh kayak gimana sih kak? Soalnya, jujur ya, lo dari dulu misterius banget deh kalo soal cowok.


IRISKA

(mendesah)

Ya yang bisa membuat gue tahan ngejalanin hidup kayak gini.

 BACK TO PRESENT:


95. EXT. TAMAN DI RUMAH SAKIT — AFTERNOON

Ia berusaha meredam tangis sambil memegangi dada. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Davela mengangkat HP.


RADIF (O.S.)

Vel, udah selesai makan? Ini Iris udah sadar.


DAVELA

(pura-pura kaget)

Wah, syukurlah! Ini baru selesai makan. Aku ke sana sekarang ya?


RADIF

Oke.


Davela pun mengelap air matanya dan mengerjab-ngerjab.

Ia menarik napas dan mengehembuskannya lalu bangkit berdiri.


96. INT. KAMAR RAWAT IRISKA, RUMAH SAKIT — AFTERNOON

Davela melangkah kikuk ke dalam kamar. Ia melihat Iriska yang tersenyum lemah di pembaringan, sedang di periksa oleh dokter dan perawat.

Davela pun berjalan cepat dan berdiri di dekat pembaringan.


DAVELA

Kak Iris...


IRISKA

Hai Vel...


Davela mengalihkan pandangan pada dokter.


DOKTER JAGA

Kondisi pasien stabil. Namun masih perlu observasi sampai beberapa hari ke depan. Untuk saat ini, harus banyak bedrest dulu ya. Minum obat rutin, dan jangan berpikir yang berat-berat.


RADIF

(menimpali)

Baik, dok. Tapi gak ada cedera serius kan, dok?


DOKTER JAGA

Tidak ada. Semua hasil rongsen bagus.

 

DAVELA

(lega)

Terima kasih dok.


DOKTER JAGA

Baik. Saya permisi.


Dokter dan perawat kemudian keluar dari ruang Iriska. BACK TO:


RADIF

(menatap Davela)

O ya, aku harus pergi sekarang, ada pelatihan jam 3 sore ini. Jagain Iris ya, Vel. Kabarin kalau ada apa- apa.


Radif mengusap bahu Iriska.


RADIF (CONT’D)

Get well soon, Ris. Gue cabut dulu ya? Istirahat yang cukup.


IRISKA

Thanks, Dif.


Setelah Radif pergi, Davela menatap Iriska sendu.

Davela menarik bangku, dan duduk di samping ranjang. Tiba- tiba air matanya jatuh tanpa bisa dicegah.


IRISKA (CONT’D)

(kaget)

Kok malah nangis, Vel?


Buru-buru Davela mengusapnya dengan punggung tangan.


DAVELA

(senyum)

Gue... seneng banget lo udah sadar.


IRISKA

Sorry bikin lo khawatir. Eh, gue mau minta tolong...


DAVELA

Pasti baju bersih sama alat mandi.


IRISKA

Hihi... Cenayang lo.


DAVELA

Yaudah, gue balik abis ini. Dan siapin semua keperluan lo. Anything else, queen?


Iriska menggeleng dan tertawa, lalu memeluk Davela.

Davela membalas pelukannya dan berusaha menahan kesedihannya.


97. INT. KAMAR IRISKA, RUMAH DAVELA DAN IRISKA — NIGHT

Davela berdiri di balkon.

Davela menopang kepalanya dengan tangan kiri. Ia pun tiba- tiba tersadar dari lamunan, dan langsung masuk ke dalam rumah.

CUT TO:

 

98. INT. KAMAR RADIF, RUMAH RADIF — NIGHT

Radif membuka lemari pakaian dan mengambil handuk mandi. Saat itu topi kupluknya itu terseret dan jatuh ke lantai.

Radif memungutnya dan freeze.

Setelah ini adalah adegan Montage: Radif mengingat masa-masa terbaiknya bersama Davela.


99. EXT/INT. KAMAR RADIF, RUMAH RADIF — AFTERNOON

RADIF teringat saat Davela menjahit bagian bolongnya dan ketika selesai memakaikannya ke kepala.

 

99A. INT. RUMAH DAVELA, RUMAH DAVELA / IRISKA — AFTERNOON

Davela meniupkan gelembung sabun padanya lalu kabur. Davela memakaikan topi pilot ke kepalanya.


99B. INT. PINTU DEPAN, RUMAH DAVELA / IRISKA — NIGHT

Davela menyambutnya di pintu rumah dan memeluknya.

BACK TO PRESENT:


100. INT. KAMAR RADIF, RUMAH RADIF — NIGHT

BCU Radif berkaca-kaca mengigat itu semua.


FLASHED TO:

(BAGIAN DARI SCENE 78)

101. EXT. ARENA TAMAN LABIRIN — AFTERNOON

Tristan membungkuk seperti pangeraan, menempelkan bibirnya ke punggung tangan Davela. 

BACK TO PRESENT:


101A. INT. KAMAR RADIF, RUMAH RADIF — NIGHT

Kamera CU: Tangan Radif yang melempar topinya ke lantai dengan penuh amarah.

Radif menangis sejadi-jadinya.

CUT TO:


102. INT. KAMAR DAVELA, RUMAH DAVELA / IRISKA — NIGHT

Davela membereskan barang-barangnya ke dalam tas.

Ia mengambil peralatan gambar, jaket, handuk lalu memapah tasnya dan keluar dari kamar.

 

103. INT. RUANG TAMU DAVELA, RUMAH DAVELA / IRISKA — NIGHT

Sambil menangis, Davela menempelkan kertas menggunakan magnet ke pintu kulkas, lalu bergegas pergi.

Kamera ZOOM IN ke kertas di pintu kulkas hingga tulisan di kertas bisa terbaca jelas. Tertulis di sana:

To: Kak Iris

Tiba-tiba gue kangen sama nyokap. Jadi selama beberapa waktu ke depan, gue bakal stay di Bandung.

Lo jaga diri baik-baik ya. Jangan kecapean lagi.

- Davela -


104. INT / EXT. BALKON RUMAH TRISTAN, RUMAH TRISTAN — NIGHT

Tristan melihat sebuah mobil travel datang.

Davela keluar sambil membawa koper kecil dan masuk ke dalam mobil.

POV Tristan: mobil itu melaju dan menghilang di tikungan.

BLACK OUT:

 

105. EXT. RUMAH IBU DAVELA — MORNING

Kita melihat hari sudah cerah kembali. Matahari pagi membumbung tinggi.

Establish perumahan lama di daerah DAGO yang asri dan penuh pepohonan dengan jalan bebatuan.


106. INT. KAMAR DAVELA, RUMAH IBU DAVELA — MORNING

Davela sedang bicara di HP, duduk menghadapi laptop.


DAVELA

Baik, jika demikian, nanti akan saya kirimkan keseluruhan desain konsep style-nya. (beat) Baik, baik. Terima kasih. Selamat pagi.


Davela meletakkan HP di meja, kemudian menggaruk lehernya yang gatal dan tak sengaja ia menyentuh KALUNG-nya.

Davela perlahan memutar tangannya ke depan, menyentuh liotinnya dan menunduk.

DISSOLVE TO:

FLASHBACK DARI SCENE 61:

107. INT. LANTAI 2 RUMAH DAVELA, RUMAH DAVELA / IRISKA — AFTERNOON


RADIF

(menatap Davela)

Karena aku selalu berharap, kamu adalah yang pertama dan terakhir...

BACK TO PRESENT:


108. INT. KAMAR DAVELA, RUMAH IBU DAVELA — MORNING

Air matanya menggenang. Tiba-tiba RINI (55), yang merupakan Ibu Davela berpakaian daster memanggilnya dari ruang tamu.


RINI

Vel... Davela!!!


Davela langsung pura-pura sibuk menggambar.


DAVELA

(balas teriak) I.. Iya kenapa, Ma?


RINI

Ada teman kamu datang nih. Cepetan keluar, Nak!


Davela mengerutkan kening.


DAVELA

(bergumam)

Temen? Siapa?


Davela pun buru-buru keluar kamar.


109. INT. RUANG TAMU, RUMAH IBU DAVELA — MORNING

Davela kaget melihat Tristan sedang duduk dan ngobrol sama ibunya.

Tristan kemudian berhenti bicara ketika melihat Davela.


TRISTAN

(tersenyum)

Hai, Vel.


Davela menganga seperti patung.


RINI

(bangkit berdiri)

Mama ke pasar dulu Vel, kalo mau pergi rapetin aja pintuya.

 

DAVELA

E... Iya, Ma.


Rini kemudian tersenyum pada Tristan dan berlalu.


DAVELA (CONT’D)

(datar)

Lo tau darimana gue di sini?


TRISTAN

(tersenyum)

Moya. Tapi dua hari lalu gue liat lo dijemput travel.


Davela kemudian memperhatikan wajah Tristan yang terlihat lebih pucat dari biasanya.

CU bibir Tristan yang memutih.


TRISTAN (CONT’D)

Gue cuma mau mastiin lo baik-baik aja.

 

DAVELA

Lo sendiri? Lo gak apa-apa? Kok wajah lo pucet?


TRISTAN

(bingung)

Pucet? Biasa aja kok. Kurang tidur aja kali gue gara-gara nyupir semaleman.


DAVELA

Gue ambil minum dulu ya. Mau teh anget?

 

TRISTAN

Boleh.


Kita mengikuti Davela yang berjalan ke meja dan menuangkan teh dari termos ke gelas bening.

Ia kembali dan meletakkan teh itu di meja.

 

TRISTAN (CONT’D)

Thank you.


Davela tiba-tiba melihat lampu ruang tamunya mati. Ia pun bangkit.


DAVELA

Tunggu bentar ya.


Davela pergi ke dapur lagi dan mengambil TANGGA yang bersandar di DINDING.

Davela kembali dan meletakkan tangga di bawah lampu dan memegangi BOHLAM baru.

Kita melihat ia mulai mengangkat KAKI KANAN-nya untuk menaiki tangga.

Tristan yang sedang minum langsung meletakan gelasnya kembali di meja, langsung mendekati Davela.


TRISTAN

Biar gue aja.


DAVELA

Gak usah. Gue udah biasa. Cuma ganti lampu do...


TRISTAN

(mengambil lampu itu) Lo pasti mau bilang takut ngerepotin?


Davela membeku, memandang Tristan kaku.


TRISTAN (CONT’D)

Kenapa harus takut? Faktanya orang- orang di dekat lo bersedia buat direpotin. Sekali aja, juga gak akan ngerugiin dan nyakitin mereka kan?

 

Tristan tersenyum dan langsung memanjat tangga dan mengganti lampunya.

Davela hanya bisa mendongak pasrah.

Tak lama, kita melihat Tristan kembali turun.


TRISTAN (CONT’D)

Vel, sebenernya gue dateng ke sini karena mau minta tolong sama lo.


DAVELA

Soal apa Tan?


TRISTAN

Sekali aja, hari ini, gue minta tolong supaya lo ngerepotin gue. Gue tau, lo pasti lagi ada masalah karena tiba-tiba kabur gitu. Gue pengen jadi tong sampah yang nerima semua unek-unek di kepala lo, semua kesedihan lo...


DAVELA

(terkekeh)

Permintaan macem apa sih ini.


Tristan lalu menggandeng tangan Davela.


TRISTAN

Sekarang lo harus ikut gue. Ini bukan penawaran, tapi permintaan.

CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar