Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Mom War
Suka
Favorit
Bagikan
3. Scene 21-30 (Adu Mulut)

21.INT. RUMAH SAKIT. KAMAR RAWAT INAP - MALAM                    

Kita melihat Via baru saja dipindahkan ke salah satu kamar oleh satu suster yang membantunya. Ada Indra juga di sana yang mendorong kursi roda Via, lalu memindahkan tubuh Via ke ranjang pasien.

INDRA

Makasih, Sus.

SUSTER

Saya permisi. Kalau ada apa-apa silakan pencet tombol di sana ya, Pak.

INDRA

Baik, Sus.

Suster keluar dari kamar. Indra duduk di sebelah ranjang pasien sambil memegang tangan Via dan mengusap kepalanya.

INDRA (CONT’D)

Perut Via gimana? Masih sakit?

VIA

Udah mendingan, Pi.

INDRA

Papi seneng dengernya. Cepet sembuh ya, Sayang.

VIA

Iya, Pih. Oiya, mami belum sampe, Pi?

INDRA

Belum, Sayang. Mungkin jalanan macet. Tapi mami pasti sebentar lagi juga sampai. Kita tunggu sama-sama ya?
(beat)
Via mau minum?

Indra menyodorkan botol dengan sedotan ke Via. Ketika Via sedang minum, Sofi datang dengan tergopoh-gopoh dan wajah panik. Dia berlari menghampiri Via yang menyudahi minumnya. Indra meletakan botol itu ke nakas.

SOFI

Gimana keadaan kamu, Sayang?

VIA

Udah baikan, Mi.

SOFI

(Mengomel)

Kok bisa-bisanya kamu makan mie instan dua bungkus? Kenapa sih, kamu bikin mami khawatir begini?

Wajah Indra tampak menahan kesal melihat Sofi.

INDRA

Kok kamu malah nyalahin Via? Kamu sendiri bisa-bisanya ngebiarin Via sendirian di rumah.

SOFI

Tadi aku udah minta tolong sama tetangga kita buat jagain Via. Aku juga bingung harus gimana? Aku kan, kerja. Mendadak disuruh lembur.

INDRA

Harusnya kamu ngasih tau aku kalau kamu pulang telat. Jadinya aku bisa pulang cepat buat nemenin Via.
(beat)
Kamu udah cari gantinya Mbak Marni?

SOFI

Iya-iya aku salah. Aku lupa cari gantinya mbak Marni. Ini juga gara-gara kamu, Mas. Pake ijinin dia cuti segala. Jadinya kan, kita kerepotan begini.

INDRA

(Mulai emosi)

Jangan nyalahin orang lain! Kamu harus instropeksi diri. Jangan mentang-mentang kamu kerja, kamu bisa lupain tanggungjawab kamu di rumah.

SOFI

(Meninggikan suaranya)

Tapi aku kerja juga buat keluarga, Mas!

Via tampak kesal mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Dia menarik selimut sampai menutupi kepalanya.

VIA

Mi, Pi, Via mau tidur. Jangan berantem dong.

Indra dan Sofi saling pandang sambil membuang napas. Mereka tidak sadar dengan keberadaan Via.

DISSOLVE TO:

22.EXT/INT. RUMAH CITRA. DEPAN PINTU - SIANG               

Kita melihat Citra yang sudah berpakaian rapi hendak pergi. Di depannya ada Bayu yang hanya mengenakan pakaian santai. Citra tampak membawa sebuah bingkisan berisi puding buah untuk Via.

CITRA

Kamu beneran enggak apa-apa ditinggal sendirian di rumah? Atau kamu mau ikut aja?

BAYU

Enggak apa-apa, Ma. Bayu mau belajar aja di kamar. Titip salam buat Via aja ya, Mah.

CITRA

Yaudah, kamu hati-hati ya. Pintunya dikunci dari dalam. Kalau ada orang datang, liat dulu dari jendela. Kalo kamu enggak kenal, jangan dibukain. Kamu bisa telepon mamah dulu. Oke?

Bayu mengangguk lalu mencium punggung tangan mamanya.

CITRA (CONT'D)

Mama cuma sebentar kok. Abis jenguk Via sebentar, mama langsung pamit pulang.

Kirana tampak ragu meninggalkan Bayu di rumah. Dia terus memperhatikan Bayu.

BAYU

Kok mamah malah diem aja?

CITRA

Kamu beneran bisa sendiri kan, Bay?

BAYU

Bisa, Ma. Lagian rumah sakitnya juga deket ini kan.

CITRA

Kalo kamu ikut mama aja, gimana?

BAYU

Mama gimana sih? Kemarin katanya Bayu enggak boleh ikut karena enggak bisa masuk karena belum 13 tahun.

CITRA

Iya, sih. Tapi mama jadi cemas gini ninggalin kamu sendiri di rumah.

BAYU

Bayu beneran enggak apa-apa, Ma. Yaudah mama berangkat sekarang, biar pulangnya juga cepet

CITRA

(menghela napas)

Kalo gitu mama pergi dulu ya, Sayang.

Bayu mengangguk. Citra pun bergegas pergi setelah Bayu menutup pintu.

CUT TO:

23.INT. RUMAH SAKIT. KAMAR RAWAT - SIANG                   

ESTABLISH : SUASANA RUMAH SAKIT YANG RAMAI ORANG BERLALU LALANG.

Tampak sebuah brankar di tengah ruangan. Via sedang terbaring di brankar. Tangan kirinya terpasang selang infus. Sofi duduk di sebelah ranjang Via dan memegang tangan kanannya. Wajah Sofi terlihat sedih.

SOFI

Maafin Mami ya, Sayang. Karena kecerobohan Mami, kamu jadi sakit begini. Mami janji enggak akan bikin kamu kayak gini lagi.

VIA

Aku nggak apa-apa, Mi. Perutnya juga udah nggak sakit. Mami jangan nangis lagi ya.

Sofi mencium tangan Via, lalu menempelkan tangan itu di pipinya. Sofi memandang Via dengan mata berkaca-kaca. Beberapa saat kemudian, terdengar ketukan di pintu. Sofi menoleh. Citra membuka pintu perlahan, lalu masuk sambil menenteng sebuah bungkusan.

CITRA

Hai, Sof. Gimana kondisi Via? Apa kata dokter?

SOFI

Salah makan, Cit. Via ini kan hampir enggak pernah makan mie instan. Eh, kemarin itu dia makan sampai dua bungkus. Tapi sekarang udah baikan kok.

CITRA

Alhamdulillah kalo gitu.

CITRA (KE VIA) (CONT’D)

Hai, Sayang. Tante Citra bikinin puding buah. Nanti dimakan ya.

VIA

(dengan suara lemah)

Terima kasih, Tante Citra. Bayunya mana? Kok enggak ikut?

CITRA

Bayu ada di rumah, Vi. Kan kalo di rumah sakit gini, anak di bawah umur masih belum boleh jenguk. Apalagi sekarang masih banyak virus. Jadi Bayu titip salam aja buat Via.

VIA

Iya, Tante.

VIA (KE SOFI) (CONT’D)

Puding buahnya boleh langsung dimakan nggak, Mi?

Sofi mengangguk. Citra membantu mengambil satu cup puding dari bungkusan yang dibawanya, sementara Sofi membantu Via untuk duduk. Citra menyerahkan puding itu pada Sofi, lalu Sofi menyuapi Via.

VIA (CONT’D)

Puding bikinan Tante Citra enak banget. Lebih enak dari puding yang sering dibeliin Mami.

CITRA

Makasih ya, Sayang.

VIA (KE SOFI)

Mi, kapan-kapan mami juga bikin puding kayak tante Citra dong? Jangan beli di luar terus. Via kan pengen ngerasain masakan mami.

Sofi Dan Citra saling pandang. Ada wajah yang terbilang tidak suka dari Sofi ke Citra. Kemudian ponsel Sofi berdering. Dia melihat nama di layar ponselnya dan tertulis 'Bos'.

SOFI

Cit, titip Via sebentar ya? Aku mau angkat telpon dulu sebentar.

Citra mengangguk. Sofi bergegas keluar kamar.

CUT TO :

24.EXT/INT. RUMAH SAKIT. DEPAN KAMAR INAP - SIANG

Kita melihat Sofi keluar dari kamar inap. Dia sudah menerima panggilan dari bosnya, Pak Rudi. Lantas Sofi duduk di depan kamar inap.

SOFI

Iya, Pak.

PAK RUDI (O.S)

Berkas yang kemarin saya minta kamu siapkan udah selesai?

Sofi memejamkan matanya sesaat karena sudah melupakan hal penting. Dia sadar sudah melakukan kesalahan.

SOFI

Saya minta maaf, Pak. Berkas itu belum sempat saya kerjakan. Kemarin malam anak saya masuk rumah sakit dan harus dirawat. Sekarang pun saya juga masih di rumah sakit. Tapi akan saya kerjakan sekarang juga berkasnya.

PAK RUDI (O.S)

(Ketus)

Enggak perlu. Biar saya minta tolong sama yang lain.

SOFI

Baik, Pak. Sekali lagi saya mohon maaf.

Panggilan pun terputus. Pak Rudi yang mematikannya lebih dulu. Sofi pun terlihat merasa bersalah dan bingung.

DISSOLVE TO:

25.INT. KAFE. RUANG VIP - SIANG                            

ESTABLISH : SUASANA JALANAN JAKARTA YANG SIBUK

Tampak Citra dan Sofi, lalu FIRA (35) dan META (35), sedang makan sambil bicara dan tertawa-tawa di sebuah ruangan. Di atas meja mereka ada berbagai makanan dan minuman.

FIRA

Pada perhatiin nggak sih, kalau Ibu Sekretaris kita ini makin kece aja. Mukanya itu awet muda. Nggak berubah dari jaman kuliah.

SOFI

Lebay. Biasanya kalau muji-muji gini ada maunya nih.

Mereka berempat tertawa bersamaan.

SOFI (CONT’D)

Namanya juga sering ketemu orang penting, mau nggak mau harus jaga penampilan kan? Kalau ketemu orang-orang biasa aja, ngapain juga harus tampil pari purna.

Kita fokus pada Citra yang hanya tersenyum kecil sambil meneguk minumannya.

META

Eh, Cit, elo sibuk apa sekarang?

CITRA

Biasa. Ngurusin keluarga aja. Gue juga masih buka warung kecil-kecilan di rumah.

FIRA

Elo nggak punya ART, Cit? Terus gimana bagi waktunya buat ngurusin rumah sama warung lo?

META

Duh, gue nggak kuat deh, kalau jadi IRT tanpa pembantu. Kerjaannya itu lho nggak ada habisnya.

Citra tersenyum mendengar celoteh teman-temannya, tapi Sofi tampak kurang senang.

SOFI

Emang jadi IRT sesusah apa sih? Kerjaannya kan gitu-gitu doang. Dapur, sumur, sama kasur.

Sofi, Fira, dan Meta tertawa, sementara Citra tersenyum canggung.

SOFI (CONT’D)

Elo nggak bosan di rumah terus,Cit? Ketemunya dia lagi dia lagi.

CITRA

Nggak. Gue seneng kok di rumah.

META

Citra dari dulu juga gitu, kan? Tiap kelar kuliah dia langsung pulang. Sekalinya ikutan nongkrong juga cuma sebentar.

SOFI

Kayaknya elo harus cari kesibukan lain deh, Cit. Kalau elo di rumah melulu, elo bisa keburu tua sebelum waktunya. Sayang nggak sih waktu kita cuma habis buat ngurusin rumah aja.

CITRA

Gue hepi kok sama keputusan buat jadi IRT. Gue bisa deket sama Bayu, tahu perkembangan dia, bisa kumpul dan makan bareng setiap hari.

SOFI

Iya. Iya. Terserah elo aja deh. Toh elo yang jalanin. Kalau gue sih ogah. Gue butuh mengekspresikan diri dan ketemu sama orang lain, biar hidupnya lebih berwarna.

Fira dan Meta saling pandang. Mereka mulai cemas kalau terjadi pertengkaran antara Sofi dan Citra.

FIRA

Udah. Udah. Kenapa malah jadi pada berdebat gini sih? Kita kan ngumpul buat hepi-hepi.

Sofi dan Citra saling diam sambil saling tatap dengan tajam.

SOFI

Eh, pada mau nambah nggak nih? Pesen gih pesen. Tenang aja, gue yang bayar.

META

Asyik nih. Sering-sering aja traktir kita, Sof.

Sofi, Fira, dan Meta, tertawa, tapi Citra hanya tersenyum tipis. Dia tampak tidak nyaman berada di antara temantemannya karena ucapan Sofi.

CUT TO:

26.EXT/INT. MOBIL SOFI. DALAM PERJALANAN - SORE             

Terlihat Sofi dan Citra yang saling diam di dalam mobil Sofi yang dikendarai oleh Sofi.

SOFI

Elo kenapa, Cit? Kok kayaknya diem banget hari ini? Biasanya rusuh.

CITRA

Gue boleh ngomong nggak?

SOFI

(terkekeh)

Ya elah. Kayak sama siapa aja. Ngomong, ya ngomong aja. Pake nanya segala. Mau ngomong apaan sih?

CITRA

Maksud elo apa sih ngomong kayak tadi di depan yang lain?

Sofi menoleh sebentar ke Citra, lalu kembali melihat jalanan. Dahi Sofi berkerut karena bingung.

SOFI

(bingung)

Emang gue ngomong apaan?

CITRA

Elo nggak ngerasa omongan lo tadi udah kelewatan? Maksudnya apa ngomong kayak tadi?

SOFI

Jangan muter-muter deh, Cit? Gue beneran nggak ngerti.

CITRA

(Ketus)

Nggak ngerti atau pura-pura nggak ngerti? Dari tadi gue diam karena elo itu sahabat gue, tapi lama-lama kok elo jadi seenaknya. Emangnya masalah kalau gue cuma jadi IRT?

Sofi menepikan mobilnya di pinggir jalan, lalu menggeser posisi duduknya menghadap ke Citra.

SOFI

Jadi itu yang elo maksud dari tadi? Ya ampun, Cit. Itu kan cuma obrolan biasa. Bercanda. Kok elo jadi sensi gitu?

CITRA

Sekali-dua kali itu oke, tapi kalau elo terus-terusan bahas sampai nyudutin gue, itu bukan bercanda namanya.
(beat)
Lama-lama gue jadi kesinggung juga. Padahal gue nggak pernah ngritik lo atau profesi lo.

SOFI

Emang apa yang bisa dikritik dari gue? Gue bisa kasih fasilitas lengkap buat Via. Ajak dia liburan tiap minggu ke tempat-tempat baru, yang belum tentu bisa elo kasih ke Bayu.

CITRA

(Kaget, lalu menggeleng pelan)

Elo bener-bener kelewatan, Sof. Bukannya sadar, malah makin jadi. Gue emang nggak bisa ajak Bayu pergi liburan tiap minggu, tapi paling nggak gue aware sama makanannya. Dan anak gue nggak perlu masuk rumah sakit karena salah makan.

SOFI

(kesal)

Maksud elo apa? Kenapa elo malah jadi nyindir gue begini?

CITRA

(Semakin kesal)

Bukannya tadi elo duluan yang mulai. Sadar nggak sih? Dari dulu sampai sekarang, kebiasaan buruk lo enggak pernah berubah. Kalo ngomong, enggak pernah mikirin perasaan orang lain.

SOFI

Elo yang terlalu sensi jadi orang!

Citra melepas sabuk pengamannya dengan kesal.

CITRA (CONT’D)

Gue turun di sini aja. Thanks buat traktiran sama tumpangannya.

Citra turun dari mobil dengan marah dan kesal. Sama halnya dengan Sofi yang langsung melajukan mobilnya secepat mungkin.

DISSOLVE TO :

27.INT. SEKOLAH. RUANG RAPAT - SIANG                        

ESTABLISH : SUASANA DEPAN SEKOLAH

Citra, Sofi, dan 10 ibu-ibu dan bapak-bapak wali siswa kelas 4 berkumpul di ruang rapat. Mereka mendengarkan penjelasan BU SANTIKA (40), wali kelas 4, soal perjalanan akhir tahun.

BU SANTIKA

Karena tujuan wisata kita ke luar negeri dan akan digabungkan dengan para siswa kelas 5 dan 6, pihak sekolah mewajibkan orang tua siswa untuk ikut dalam perjalanan. Minimal satu orang. Dan pendamping akan dikenakan biaya yang sama dengan anak didik.

WALI SISWA 1

Untuk yang belum punya paspor bagaimana? Apakah bisa diurus kolektif dari sekolah?

BU SANTIKA

Biasanya untuk urusan administrasi, diurus masing-masing, Bu, tapi nanti akan saya tanyakan. Apa pun jawabannya, akan saya bagikan di grup.
(beat)
Baiklah Bapak-Ibu wali murid, pertemuan hari ini saya akhiri. Terima kasih banyak atas kehadirannya. Jika ada yang ingin ditanyakan seputar wisata nanti, silakan saja jangan sungkan. Selamat siang.

Bu Santika menyalami satu per satu wali muridnya. Sofi pun ikut keluar tanpa menyapa Citra. Ketika tinggal berdua, Citra mendekati Bu Santika.

CITRA

Maaf, Bu, boleh saya bicara sebentar?

BU SANTIKA

Silakan, Bu Citra. Ada yang bisa saya bantu?

CITRA

Saya minta maaf sebelumnya, tapi untuk tur kali ini … sepertinya Bayu absen dulu.

BU SANTIKA

Kenapa, Bu?

CITRA

Keluarga saya sedang fokus untuk biaya pendidikan Bayu. Jadi kami harus memilih kebutuhan berdasarkan skala prioritas.

INSERT : SEORANG WALI MURID TIDAK SENGAJA MENDENGAR PERCAKAPAN CITRA DAN BU SANTIKA.

BU SANTIKA

Saya mengerti, Bu. Pihak sekolah juga sudah memikirkan tentang kendala finansial yang mungkin di alami wali murid. Karena itulah kami menginformasikan soal tur ini sejak jauh-jauh hari, agar tidak memberatkan orang tua. Saya yakin, jika disisihkan sejak sekarang, tidak akan berasa.

Bu Santika tetap menjaga kontak mata dengan Citra dan tersenyum ramah.

BU SANTIKA (CONT’D)

Pihak sekolah tidak akan memaksa siswa untuk ikut, tapi sangat disayangkan kalau Bayu sampai melewatkan tur kali ini. Saya harap, Bu Citra bisa mempertimbangkan lagi keputusannya.

CITRA

Terima kasih atas tanggapannya. Saya permisi dulu. Selamat siang.

BU SANTIKA

Terima kasih kembali, Bu Citra. Selamat siang.

Citra keluar dari ruangan.

CUT TO:

28.EXT/INT. SEKOLAH. KORIDOR - SIANG                        

Kita melihat Citra berjalan di koridor yang sepi. Lalu terdengar suara Sofi yang memangginya dari arah belakang. Citra melihat Sofi yang mendekatinya dengan wajah heran. Dia teringat tentang pertengkaran mereka sebelumnya.

SOFI

Citra!

Citra berhenti dan berbalik untuk menoleh ke Sofi yang berjalan ke arahnya.

SOFI (CONT’D)

Elo mau ke mana?

CITRA

(sedikit ketus)

Pulang. Rapatnya kan, udah beres.

SOFI

Tapi di kantin ibu-ibu yang lain lagi pada ngumpul. Cuma elo doang yang enggak ada.

CITRA

Gue enggak ikutan deh. Lagian semua hal yang penting juga udah dibahas pas rapat tadi kan? Masih banyak yang harus gue kerjain di rumah.

SOFI

Lagi-lagi itu alasannya. Emang enggak bisa ditunda dulu beres-beres rumahnya?

CITRA

Emang mau ngomongin apa lagi sih?

SOFI

Ikut aja dulu. Entar juga elo tau.

Citra mengembuskan napas pelan seperti sedang berusaha menahan amarah. Kemudian Citra berjalan melewati Sofi ke arah kantin. Sedangkan Sofi pun tersenyum puas.

CUT TO:

29.INT. SEKOLAH. KANTIN - SIANG                            

Terlihat para wali murid kelas empat sudah memenuhi salah satu tempat duduk. Di meja sudah terdapat banyak makanan dan minuman yang sedang dinikmati. Melihat kedatangan Sofi dan Citra, semua orang memperhatikan Citra. Lalu Citra dan Sofi duduk di tempat yang kosong.

WALI MURID 2

Eh, Mama Bayu. Emangnya bener kalau Bayu enggak ikut tur nanti?

Citra tampak kaget sekaligus bingung.

WALI MURID 3

Tadi saya enggak sengaja dengar obrolan Mama Bayu sama Bu Santika. Kenapa sih, Bayu enggak dibolehin ikut tur? Emangnya Mama Bayu enggak kasian sama Bayu?

CITRA

Bukannya enggak dibolehin, Bu. Tapi ….

SOFI

(heboh)

Serius, Cit? Kamu enggak bolehin Bayu ikut tur? Kenapa sih?
(beat)
Enggak mungkin kan, alasannya karena biaya? Padahal itu murah lho, kalo dibandingkan sama jalan-jalan sendiri.

Citra tampak berusaha untuk menahan amarahnya ke Sofi.

CITRA

(tegas)

Sepertinya saya enggak perlu menjelaskan alasan kenapa Bayu tidak ikut tur. Lebih baik mama-mama di sini tidak udah mencampuri urusan keluarga saya.

Melihat Citra mulai marah, semua wali murid hanya diam dan mengalihkan pandangan mereka.

CITRA (CONT’D)

(Setengah berbisik)

Sof, gue mau ngomong sama elo. Berdua aja.

CUT TO:

30.EXT/INT. SEKOLAH. KORIDOR - SIANG                       

Kita melihat Citra dan Sofi sudah berdiri saling berhadapan. Citra memandang Sofi dengan tidak suka. Berbeda dengan Sofi yang malah terlihat santai.

CITRA

Sof, elo sengaja ya minta gue buat ke kantin supaya gue di bully kayak gitu?

SOFI

Dibully gimana sih, Cit? Emangnya anak SMA?Enggak usah ngada-ngada deh. Mereka itu cuma heran kenapa bisa-bisanya Bayu enggak ikut tur. Dan kalau emang masalahnya di biaya, gue bisa kok bilang ke wali murid lain buat patungan.

Napas Citra tampak memburu. Dia mulai tersulut emosi.

CITRA

(Marah)

Jangan ngaco elo, Sof! Serendah itu gue di mata lo sampai elo mau bikin sumbangan buat Bayu. Gue masih mampu.
(beat)
Tapi gue cuma mau memprioritaskan hal mana yang lebih penting dan bisa disingkirkan dulu. Sumpah ya, gue enggak nyangka kalau elo bisa berpikiran kayak gini.

SOFI

Lho, niat gue kan cuma mau bantu. Emang salah? Kenapa sih elo malah jadi sensi gini? Lagi pms?

Citra menggelengkan kepalanya sambil memandang Sofi tidak mengerti.

CITRA

Gue pulang!

Citra meninggalkan Sofi.

CUT TO:



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar