Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
29. INT. RUMAH SAKIT - DAY
Bara dan pak Saptoro gelisah berdiri menunggu diluar ruangan IGD. Maya sedang mendapatkan penanganan didalam.
Pak Saptoro berdiri bersandar pada tembok lalu tiba-tiba terisak.
SAPTORO
Aku sudah merasakan ada yang berbeda saat bertemu dengan Maya di stasiun tadi pagi. Seolah olah aku melihat ibunya, bukan Maya.
(Bara menatap pak Saptoro)
SAPTORO
Dulu aku membelikan ibunya pashmina saat dia mulai kehilangan rambutnya.
(Akhirnya pak Saptoro menangis)
BARA
Bapak...
SAPTORO
Melihat nasi tumpang terhidang diatas meja tadi, mengingatkan bapak saat ibunya juga memasak nasi tumpang untuk bapak seminggu sebelum kepergiaannya.
(Pak Saptoro menatap Bara)
SAPTORO
Katakan kepada bapak kalau anak bapak tidak mengidap kanker.
BARA
(Air mata menetes namun masih tetap berusaha tegar)
(Mengangguk)
SAPTORO
(Sedikit berteriak)
Oalah nduk nduk, kenapa harus kamu.
(Bara menuntun pak Saptoro untuk duduk dan mencoba menenangkannya)
BARA
Empat bulan lalu Maya divonis mengidap kanker payudara stadium akhir pak. Dokter memperkirakan umur Maya tidak lebih dari setahun.
(Pak Saptoro menangis, Bara ikut menangis tapi masih tetap berusaha tegar)
BARA
Maya sangat kuat dan berani menjalani semuanya, hanya ketakutannya untuk memberitahukan keadaan dirinya kepada bapak. Takut membuat bapak sedih dan terluka untuk kedua kalinya.
SAPTORO
Kenapa harus Maya, kenapa bukan bapak saja yang sudah tua ini. Dia anak baik, masa depannya masih panjang.
(Menunduk dan terisak)
Dimana bapak harus mencari keajaiban nak? Tak ada hari tanpa bapak berdoa agar kejadian yang menimpa ibunya tidak terulang pada putri bapak.
(Bara menatap pak Saptoro dengan penuh haru, sesekali diusapnya punggung pak Saptoro menenangkannya)
(Tiba-tiba Indah datang menghampiri mereka, Bara segera menghapus airmatanya dan berdiri diikuti pak Saptoro yang menyalami Indah)
INDAH.
Bapak.
SAPTORO
Nak Indah.
INDAH
Bagaiaman keadaan Maya?
(Menatap Bara)
BARA
Masih didalam.
(Tiba-tiba seorang dokter dan perawat berjalan menghampiri mereka)
PAK SAPTORO
Bagaimana keadaan anak saya dok?
DOKTER
(Tersenyum)
Kondisi putri bapak sudah stabil sekarang, perawat Yuni akan mengantar bapak kekamar putri bapak.
PERAWAT YUNI
Mari pak.
(Pak Saptoro mengikuti perawat Yuni. Bara dan Indah yang hendak mengikuti pak Saptoro dicegah oleh dokter)
DOKTER
Bara.
(Indah dan Bara berhenti sedang pak Saptoro tetap mengikuti perawat Yuni)
BARA
Ada apa dok?
DOKTER
(Menyerahkan sebuah amplop besar pada Bara)
Ini hasil pemeriksaan terakhir Maya yang harusnya kalian ambil lusa. Kanker Maya sudah menyerang kelenjar getah bening dan paru-paru dengan cepat, terutama paru parunya, dan hari ini dia terkena pneumonia karena infeksi paru-paru yang parah.
(Terdiam sejenak)
Saya takut dia tidak akan bertahan cukup lama
(Bara terkejut begitu juga Indah yang menutup mulutnya sambil terisak)
BARA
Berapa lama dok?
DOKTER
Sebulan Bara.
INDAH
(Berteriak sambil terisak)
Maya.
BARA
(Terkejut dan menitikkan air mata)
Dok...
DOKTER
Kita akan berikan pengobatan untuk mengurangi rasa sakitnya, selebihnya kalian berikan waktu terbaik buat Maya.
(Dokter memegang pundak Bara lalu meninggalkan mereka)
(Bara terdiam lalu menyerahkan amplop kepada Indah)
BARA
Aku pergi sebentar, nanti aku kembali.
INDAH
Bara...
(Bara mengabaikan panggilan Indah dan pergi meninggalkan rumah sakit)
CUT TO
30. INT. APARTEMEN BARA - NIGHT
Bara masuk keruang kerjanya dan segera mengambil amplop di mangkuk tembikarnya lalu membukanya, Bara terkejut saat membaca isi amplop lalu menangis dan menjatuhkan dirinya ke lantai.
CUT TO
31. EXT. ROOFTOP APARTEMEN BARA - NIGHT
Mendung menutupi kota Jakarta malam itu. Bara tampak gelisah dan berjalan mondar mandir. Beberapa kali melihat layar handphonenya dan beberapa kali pula menghubungi seseorang namun gagal.
Matanya sembab karena air mata.
Lily dan Aldrin datang dan berjalan menghampiri Bara.
LILY
Ada apa denganmu?
BARA
(Menatap Lily)
Pergilah
(Masih dengan ucapan perlahan)
(Lily terkejut melihat mata sembab Bara)
LILY
Kenapa dengan matamu?
(Bara berteriak)
BARA
Pergilah.
ALDRIN
Ada apa denganmu?
(Aldrin menghampiri Bara dan memukul pipinya dengan keras menyebabkan Bara terjatuh dan berdarah diujung bibirnya)
LILY
(Berteriak)
Aldrin.
ALDRIN
Dia mencintaimu selama ini!
BARA
(Masih terduduk dilantai)
Aku tidak memintanya, pergilah aku tidak mencintaimu.
ALDRIN
Bajingan sepertimu tidak berhak menerima cintanya.
(Lalu menendang perut Bara)
LILY
(Berteriak lalu meneteskan air matanya)
Aldrin hentikan.
(Bara merintih kesakitan sambil memegang perutnya)
Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya.
(Bara tertawa)
BARA
Kalian memang pantas bersama.
(Berteriak)
Kasih tak sampai.
(Aldrin sekali lagi menendang perut Bara)
LILY
(Berteriak)
Hentikan.
(Menghampiri Bara, lalu jongkok dan memegang lembut tangannya. Lily Menitikkan air mata dan Bara terkejut)
BARA
(Menatap Lily dan masih tidur terlentang)
Aku bukan malaikat hari ini, maafkan aku. Pergilah.
(Mengusap lembut air mata Lily)
LILY
Kamu mencintainya?
BARA
(Terdiam sejenak)
Aku mencintainya.
(Lily tertunduk dan menangis lalu bangkit berlari meninggalkan Bara. Aldrin menatap Bara tajam lalu segera menyusul Lily)
(Tubuh Bara masih rubuh di lantai rooftop diguyur derasnya hujan, sambil menahan sakit di perut dan bibirnya)
BARA
Kasihkupun tak sampai.
(Ucap Bara lirih)
(Tiba-tiba Josua berdiri disampingnya sambil membawa payung)
(Bara segera bangkit sambil merintih lalu mengeluarkan amplop dari sakunya, amplop sudah basah)
BARA
(Menunjukkan amplop itu ke Josua dengan emosi)
Kalian merubahnya, kalian mencurangiku. Kamu bilang tugasku enam bulan tapi kenapa disini tertulis dia akan mati dua minggu lagi.
JOSUA
(Meraih kertas itu membacanya lalu membiarkan kertas itu terbang)
Kenapa hatimu gusar dengan hal itu, bukankah tidak ada bedanya bagimu dia mati dua bulan lagi atau dua minggu lagi.
(Diam sejenak)
Dia hanya tugasmu, dan kamu hanya pelaksananya.
(Bara terdiam)
JOSUA
Kenapa sekarang? Kenapa harus saat tugas ini kamu mempertanyakan isi amplop itu? Padahal sudah berapa banyak tugas kamu lalu tanpa mempertanyakannya.
(Bara masih terdiam dalam hujan)
Selesaikan tugasmu dan segera ambil keputusan apakah kamu akan pulang atau tetap disini menggantikan posisiku?
(Josua menepuk pundak Bara lalu melangkah meninggalkan Bara)
BARA
(Menatap kebawah)
Aku mencintainya.
(Josua menghentikan langkahnya)
BARA
Aku mencintai Maya, namanya Maya.
(Masih menatap kebawah)
(Josua membalikkan badannya menatap Bara)
BARA
Aku mencintai Maya.
(Menatap Josua)
JOSUA
Apa yang kau tahu tentang mencintai. Kita tidak diberi anugerah untuk mencintai manusia.
BARA
Omong kosong. Katakan itu pada dirimu sendiri, pengecut. Katakan kalimat itu pada Anne.
(Josua terkejut dan terdiam menatap tajam Josua)
(Josua tersenyum kecut)
BARA
Kamulah orang yang waktu itu kita bicarakan, orang yang memohon kepada mereka untuk merubah takdir seorang manusia, perempuan bernama Anne, yah kamu jatuh cinta dengan Anne yang juga tugasmu.
(Suasana hening hanya rintik hujan)
BARA
Dan kamu lebih memilih menjadi pemimpin kami daripada bisa bersama Anne. Kamu tidak memperjuangkan cintmu, kamu membiarkan cinta itu padam.
JOSUA
Cinta itu tidak pernah padam.
(Berteriak pada Bara)
Cinta itu tidak pernah mati.
(Josua menghampiri Bara lalu memegang tangannya. Sedetik kemudian mereka telah berpindah tempat. Mereka berada di sebuah kuburan kuno yang penuh dengan nisan-nisan besar. Mereka berdiri disebuah nisan yang sangat terawat dibandingkan nisan yang lain. Tampak tulisan Anne De Wit di batu nisan yang dihias dengan rangkain bunga anggrek segar. Langit cerah, namun Bara masih basah kuyup dan Josua masih dengan payung di tangannya)
JOSUA
Tiada hari tanpa penyesalan pernah meningalkannya.
Cinta itu akan selalu ada walau abad telah berganti.
Aku yakin pilihanku telah tepat, melihat dia bahagia disana.
(Josua menata rangkain bunga anggrek di nisan Anne. Dan mengusap foto hitam putih Anne dinisan agar nampak bersih. Seorang perempuan cantik keturunan belanda dengan rambut pirangnya)
BARA
Bagaimana kamu yakin pilihanmu telah tepat?
JOSUA
Aku pernah berada diposisimu, jatuh cinta dengan perempuan yang menjadi tugasku. Kita tidak sanggup kehilangan orang yang kita cintai, apalagi melihatnya menderita menjelang kematiannya. Aku pernah meminta kepada mereka untuk mengubah takdir Anne, dan mereka menyanggupinya.
BARA
(Terkejut dan mendekat ke arah Josua)
Benarkah, lalu kenapa Anne...
JOSUA
Tidak ada yang bisa merubah takdir, apalagi takdir kematian.
(Terdiam)
Kecuali ada peyeimbangnya.
BARA
Penyeimbang?
JOSUA
Ada yang hidup, harus ada yang mati untuk menyeimbangkannya. Begitulah semesta ini bekerja.
BARA
Maksudmu...
JOSUA
Anne akan hidup, asal aku mati.
(Josua mencium foto Anne lalu bangkit berdiri dihadapan Bara)
Mereka akan mencabut keabadianku, lalu menjadikan aku manusia biasa dalam tubuh yang baru tanpa secuilpun memori dimasa laluku.
(Josua tersenyum saat mereka saling bertatapan)
Begitulah cara mereka membuat kita mati.
(Josua memegang tangan Bara lalu sedetik kemudian Bara sudah kembali ketempat semula, berdiri dan terdiam sambil menunduk di dirooftop gedung apartemennya dibawah guyuran hujan dan kilat yang menyambar, tanpa Josua)