Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Malaikat Tanpa Sayap
Suka
Favorit
Bagikan
3. Jujur
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

7. INT. APARTEMEN BARA - DAY

Bara sedang sibuk memasak didapur. Handphonenya berbunyi. Bara berlari menuju ruang kerjanya mencari handphonenya yang terselip di meja kerja diantara laptop, kamera dan beberapa lembar foto hasil jepretnnya.

Sebuah panggilan Video call dari Maya.

BARA

Halo May.

MAYA

Hai Bara, apa kabar?

BARA

(Berjalan menuju dapur sambil video call)

Baik May, kamu sendiri gimana kabarnya?

MAYA

Aku baik juga Bara. Oh ya ini kenalkan teman kantorku Indah.

(Menarik Indah kesampingnya)

BARA

Halo Indah.

INDAH

Hai Bara.

MAYA

Jadi gini Bara, Indah dan teamnya tertarik dengan hasil karya yang kamu kirimkan aku kemarin via email. Kira-kira kapan kita bisa ketemuan untuk berdiskusi?

(Maya dan Indah tertawa kecil)

BARA

Besok aku ada waktu May, kira-kira mau ketemuan dimana? Diluar atau di apartemenku? Kebetulan sekaligus menjadi galeriku

(Maya menatap Indah menunggu jawabannya)

INDAH

Apartemenmu saja, biar kita bisa melihat langsung karya-karyamu.

MAYA

Jam sepuluh nanti kita usahakan sampai ke tempatmu.

BARA

Oke. Aku tunggu besok, nanti aku kirim lokasi apartemenku May.

(Maya dan Indah tersenyum)

MAYA

Oke.

(Menutup telpon)

(Bara tersenyum. Berjalan menuju kamar mandi, berhenti didepan cermin lalu tertawa melihat adonan tepung menempel diwajahnya)

CUT TO

8. INT. KANTOR MAYA - DAY

Maya dan Indah tertawa setelah menutup telpon.

Maya duduk di meja kerjanya. Indah duduk didepan meja kerja Maya.

INDAH

Ganteng dan ramah, cocok denganmu.

MAYA

Profesional, jangan campur adukkan masalah pribadi dengan pekerjaan.

INDAH

Tapikan aku yang nanti kerja sama dengan Bara, bukan kamu. Kalau aku masih single, aku kejar Bara sampai dapat.

(Maya Tertawa. Indah bangkit berdiri)

INDAH

Aku balik kemeja dulu, si bos jepang sedang patroli.

(Meninggalkan meja Maya)

MAYA

Indah.

(Terdiam dan melamun)

INDAH

(Berbalik)

Maya.

(Menunggu reaksi Maya)

Maya, Ada apa?

MAYA

(Tersadar dari lamunannya)

Jangan lupa buat jadwal untuk mobil dan sopir buat besok.

INDAH

Oke.

(Tersenyum lalu pergi meninggalkan Maya)

(Maya terdiam memandang Indah dengan wajah seperti menyesal telah berbohong)

CUT TO

9. INT. APARTEMEN BARA - DAY

Di loby gedung apartemennya, Bara menyambut kedatangan Maya dan Indah dengan jabatan tangan.

BARA

Ayo naik keatas.

(Bara, Maya, Indah masuk kedalam Lift)

INDAH

Hebat kamu Bara, bisa punya apartemen ditempat sebagus ini. Suskes pasti pekerjaanmu.

(Maya melirik dan mencubit Indah)

(Indah Kesakitan dan mengelus tangannya)

INDAH

Maya.

BARA

(Tersenyum)

Seratus tahun tapi kreditnya.

(Maya, Indah, Bara tertawa)

CUT TO

10. INT. APARTEMEN BARA - DAY

Bara,Maya,Indah memasuki apartemen minimalis Bara.

Maya berjalan menuju foto-foto besar yang tersusun rapi didinding.

MAYA

(Menoleh kearah Bara dan Indah)

Kalian silahkan berdiskusi, aku akan melihat foto foto ini.

(Menunjuk kearah foto foto besar didinding)

(Maya berjalan perlahan melihat satu persatu foto foto didinding)

(Lagu Indra Lesmana Biarkan Aku Kembali mengalun lembut)

(Maya berhenti di depan foto seorang ibu separuh baya mengenakan pakaian tradisional jawa yang duduk termenung didepan meja panjang yang diatasnya berisi banyak masakan dalam wadah-wadah besar)

BARA

(Muncul tiba-tiba)

Namanya ibu Mirna, dia seorang juragan warteg di kota Solo. Sangat sukses, namun tetap rendah hati.

(Berjalan dan menunjuk foto lain)

Dan itu Dian, putrinya yang sempat beliau telantarkan. Dulu aku sempat tinggal beberapa bulan di Solo, dan akrab dengan ibu Mirna karena aku sering makan disitu dan mengambil beberapa foto disana. Dan aku tahu cerita tentang ibu Mirna yang menelantarkan suaminya dan putrinya Dian saat Dian masih kecil, dan memilih lari dan menikah siri dengan pria lain. Setelah dia sukses, ibu Mirna ingin menebus kesalahannya pada Dian yang saat itu sebatang kara dan sedang mengandung, namun hati Dian terlanjur keras dan sulit menerima kembali ibunya. Dian meninggal saat melahirkan putranya, dan dia sempat meninggalkan surat wasiat untuk ibunya.

(Foto Dian yang sedang hamil, duduk termenung didepan sebuah wartel yang berada didepan pasar tradisional bernama Rejosari)

MAYA

(Memandang foto Dian)

Kamu tampak akrab dan tahu secara detail dengan kisah mereka.

BARA

Tidak semuanya.

(Berjalan menuju foto lain)

Hanya foto ini yang aku tidak tahu kisah dibalik wajah sendunya.

MAYA

(Menyusul Bara dan menatap foto dirinya waktu pertemuan pertama mereka di cafe)

Mungkin tidak ada kisah dibalik wajah sendunya, mungkin dia hanya menatap hujan.

INDAH

(Muncul tiba-tiba)

Wow, sekilas aku tidak akan sadar kalau itu dirimu May.

MAYA

Sudah selesai?

INDAH

Sudah, nanti tinggal menunggu surat penawaran dari Bara. Beruntungnya dirimu May, bisa menjadi model dari fotografer berbakat.

BARA

Kamu juga bisa kok aku foto nanti.

MAYA

Tuh, dapat gratis foto keluarga.

INDAH

Aku maunya foto seperti itu.

(Menunjuk foto Maya)

MAYA

Genit ah. Jangan sampai fotoku ikut menjadi sampel ke direksi kita.

(Bertiga tertawa)

BARA

Ayo makan dulu sudah aku siapkan.

(Bertiga berjalan menuju meja makan)

INDAH

Wah gila kamu Bara, makanan sebanyak ini kamu masak sendiri?

MAYA

Harusnya kamu nggak perlu repot seperti ini Bara.

BARA

Nggak apa-apa kok May, aku kalau tidak ada job diluar memang paling suka menghabiskan waktu didapur.

INDAH

Kamu memang suami idaman Bara.

(Melirik Maya dengan genit)

Tapi kamu sama Maya saja ya, soalnya aku harus segera ke kantor Imigrasi mengurus KITAS bapak bapak jepang kita.

MAYA

(Protes)

Indah

INDAH

May, tadi kan sebelum kesini kita juga sudah ada rencana untuk pisah arah. Kamu makan siang dulu sama Bara, nggak enak sudah dimasakin.

(Bara dan Maya saling memandang)

INDAH

Aku pergi dulu.

(Melambai dan meninggalkan apartemen)

Bara dan Maya duduk di meja makan.

BARA

Tidak berselera May atau bingung?

MAYA

(Menunjuk sayur tumpang dimeja)

Ini sayur tumpang kan?

(Maya mengambil sedikit nasi lalu mengambil lauk dada ayam dengan saus triyaki)

MAYA

Dulu almarhum ibuku sering memasak sayur tumpang untuk ayahku, yang memang penggemar berat. Namun entah kenapa aku tidak menyukai sayur tumpang baik dari tampilannya atau aromanya.

(Sambil makan)

Dan lebih buruknya setelah ibuku meninggal, aku tidak pernah bisa memenuhi permintaan ayahku untuk memasak sayur tumpang untuknya. Aku kecewa pada diriku sendiri karena aku tahu ayahku sangat rindu dengan sayur tumpang buatan almarhum ibuku.

(Menatap Bara)

Bagaimana bisa aku memasak masakan yang aku sendiri tidak menyukainya.

BARA

(Sambil Makan)

Nanti aku akan merubah tampilan sayur tumpang ini menjadi kekinian dan merubah rasa dan aromanya agar kamu lebih tertarik.

MAYA

Jangan membuat dirimu repot karena aku.

BARA

Tapi berjanjilah kalau nanti kamu menyukai sayur tumpang modifikasiku, kamu akan belajar memasaknya.

(Mengulurkan jari kelingkingnya)

MAYA

Serius?

BARA

(Tersenyum)

Serius!

(Maya menyerah dan meletakkan sendoknya lalu mengaitkan jari kelingkingnya dengan milik Bara)

CUT TO

11. EXT. ROOFTOP GEDUNG PARKIR KANTOR MAYA- DAY

Letak gedung parkir didepan persis kantor Maya yang masih satu area. Maya duduk di bangku dari beton. Indah berjalan mendekatinya lalu duduk disamping Maya.

Maya menggenggam satu cup kopi hangat.

INDAH

Kamu ingat saat pertama kali kamu membawaku kesini?

(Meraih cup kopi dari tangan Maya dan meminumnya)

MAYA

(Menatap gedung kantornya)

Bagaimana aku bisa melupakan kesalahan konyolmu yang hampir mengacukan masa percobaanmu?

(Maya dan Indah tersenyum)

INDAH

(Menyandarkan kepalanya ke bahu Maya)

Sampai sekarang kalau aku mengingat persitiwa itu, aku masih bisa merasakan ketakutanku. Bisa kamu bayangkan, lupa menyampaikan pesan penting direksi Jepang pada atasan kita. Sampai atasan kita kena semprot dan akhirnya aku juga yang dihabisi atasanku.

MAYA

Dan aku dengan susah payah menarikmu yang sedang menangis di toilet menuju tempat ini.

Indah

Aku sudah pasrah waktu itu, seandainya aku diberhentikan dari masa percobaanku. Bahkan kita dengan bodohnya menangis disini dan saling mengucapkan kata perpisahan.

(Maya dan Indah tertawa)

INDAH

Hanya kamu yang dekat denganku saat itu diantara para pegawai baru lainnya. Dan aku bersyukur bertemu dengan saat itu karena sampai sekarang kamu selalu ada untuk aku.

(Berdua terdiam. Terdengar angin kencang dan suara kemacetan jalanan)

INDAH

Dan lihatlah kita sekarang, setelah sepuluh tahun, kita sukses dengan jabatan yang paling kita inginkan.

MAYA

Tapi semua itu harus dibayar dengan sikap tidak suka beberapa rekan kita, terutama padaku.

INDAH

(Memegang lembut tangan Maya)

Itu karena mereka tidak tahu tentang dirimu, hanya dari luarnya saja. Tidak seperti aku yang tahu segila apa dirimu sebenarnya.

(Maya berdiri dan b7 dinding dengan tinggi sedada Maya. Indah masih duduk menatap Maya)

MAYA

(Menatap kedepan)

Aku mau meminta bantuanmu atau lebih tepatnya meminta ijinmu.

INDAH

Semua baik-baik saja May?

(Menyusul Maya dan menatapnya)

Selama ini aku yang lebih banyak merepotkanmu, bahkan kamu jarang sekali meminta bantuanku.

MAYA

(Menatap Indah)

Aku ingin memasukkan nomor handphonemu kekontak daruratku.

INDAH

Tentu May, silahkan. Tapi katakan padaku untuk keperluan apa.

(Maya terdiam. Menatap kearah depan)

MAYA

Aku terkena kanker payudara stadium empat.

INDAH

(Terkejut)

Maya.

MAYA

Sudah menjalar ke organ vital lainnya. Dan vonis mereka kemungkinan umurku tidak lebih dari setahun.

INDAH

(Memegang tangan Maya)

Kamu serius?

MAYA

(Terenyum)

Katanya kamu lebih tahu seperti apa diriku. Kapan aku pernah bercanda tentang hal seperti ini padamu?.

INDAH

(Memeluk erat Maya dan menagis)

Katakan padaku kita sedang bermimpi May. Bangunkan aku.

MAYA

(Terisak)

Akupun berharap ini semua hanya mimpi Indah, tapi ini nyata.

INDAH

(Melepas pelukan, menatap Maya dan memegang tangannya, masih terisak)

Bagaimana dengan kemoterapi atau pengobatan ke luar negeri May?

MAYA

Kankerku sudah menyebar dan masuk ke stadium lanjut. Semua pengobatan termasuk kemoterapi hanya akan meringankan gejalanya saja dan hanya membantu meningkatkan kualitas hidupku.

INDAH

Maya...

MAYA

Kamu dan ayahku adalah orang paling dekat denganku saat ini. Dan di Jakarta ini, hanya dirimulah yang aku punya.

(Maya melepas tangan Indah lalu kembali menatap kedepan)

MAYA

Aku belum memberitahu ayahku tentang sakit dan vonis umurku. Entah apa aku bisa memberitahunya.

INDAH

(Menatap Maya)

Kamu harus memberitahu ayahmu segera May, hanya dia keluargamu satu-satunya. Jangan sampai dia men dengarnya dari orang lain, pasti dia akan kecewa.

MAYA

(Menangis)

Kamu tahu Indah, yang terberat bukanlah menerima vonis kanker dan sisa umurku, tapi menghadapi ayahku dan memberitahukan kepadanya kalau umur anaknya tinggal setahun karena digerogoti penyakit yang dulu merenggut nyawa belahan jiwanya. Istrinya.

(Maya dan Indah Terdiam sesaat)

MAYA

Aku tidak bisa membayangkan meninggalkan ayahku seorang diri dengan kedukaan yang sama untuk kedua kalinya.

(Indah memeluk Maya dari samping sambil terisak)

MAYA

(Mulai tenang)

Aku akan mengatakan kepada ayahku, tapi tidak sekarang. Aku belum siap. Dan aku membutuhkan nomor handphonemu sebagai kontak daruratku karena pihak rumah sakit mengharuskannya.

Indah melepas pelukannya dan menatap Maya tajam.

INDAH

Dan aku yakin kalau pihak rumah sakit tidak mengharuskannya, kamu tidak akan meminta nomorku atau meberitahuku tentang kankermu.

MAYA

(Tersenyum)

Aku akan tetap memberitahumu, Kamu sahabat terbaikku.

Indah memegang tangan Maya. Berdua mereka terisak.

INDAH

Kamu juga sahabat terbaikku. Aku akan menemanimu saat proses kemoterapimu.

MAYA

Jangan Indah...

INDAH

Maya, tolong untuk yang satu ini jangan keras kepala.

MAYA

(Mengangguk)

Tolong rahasiakan ini semua, terutama dikantor. Nanti kalau memang fisikku sudah tidak memungkinkan untuk bekerja, baru aku akan mengundurkan diri.

INDAH

Kamu akan baik-baik saja May, kamu akan sembuh dan mengalahkan kankermu.

MAYA

Indah...

INDAH

Keajaiban selalu ada, vonis mereka bukan akhir segalanya. Mungkin ini sedikit klise May, tapi keajaiban itu selalu ada. Mintalah. Banyak yang berhasil melawan dan mengalahkan kanker walau sudah ganas......

MAYA

Dan banyak juga yang kalah melawannya.

INDAH

Maya...

MAYA

Aku akan melawan sakit ini semampuku dan sisanya aku serahkan kepada malaikat pelindungku.

INDAH

Kita akan melawannya.

MAYA

Aku ingin menjalani hari hari ku seperti biasa, seperti saat kanker ini belum menyerangkaku. Dan berjanjilah kamu tidak kan berubah karena kankerku, aku tidak perlu dikasihani.

INDAH

(Mengangguk)

Dan berjanjilah pula padaku kalau kamu akan segera memberitahu ayahmu.

MAYA

(Mengangguk)

Mereka berpelukan. Lalu menenangkan diri mereka dan melangkah meninggalakan rooftop menuju lift gedung.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar