Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Malaikat Tanpa Sayap
Suka
Favorit
Bagikan
8. Ayah

23. INT/EXT. APARTEMEN MAYA - DAY

Bara menepati janjinya kepada Maya. Bara selalu menemani Maya saat kemoterapi dan akan mengantar Maya kembali ke apartemennya. Bara selalu akan menjaga Maya malam harinya dan membuatkan sarapan esok paginya sebelum dia pulang.

Pagi itu selesai menyiapkan sarapan, Bara yang hendak pulang tiba tiba dikejutkan dengan suara tagisan dari arah kamar Maya. Bara mengetuk kamar Maya dan memanggilnya.

BARA

May, semua baik baik saja May?

(Tidak ada jawaban dari dalam)

BARA

(Mengetuk dan memanggil Maya)

Maya.

MAYA

(Berbicara dari balik pintu sambil terisak)

Pulanglah Bara, aku baik baik saja.

BARA

Aku tidak akan pulang May sampai aku tahu kalau kamu baik baik saja.

(Suasana hening sejenak hanya terdengar isakan dari Maya. Lalu pintu terbuka perlahan dan tampak Maya dari balik pintu memegang sisir ditangan kanan dan sisa rambutnya yang rontok ditangan kiri)

(Bara mengambil sisir dan sisa rambut Maya lalu menggandeng tangannya untuk duduk di sofa)

MAYA

Sebenarnya aku tahu ini akan terjadi, bahkan seminggu setelah kemoterapi yang pertama, mulai terjadi kerontokan walau tidak banyak. Sampai hari ini, rambutku lepas begitu banyak dan aku tersadar rambutku sudah hampir habis.

(Maya memegang kepalanya)

(Bara hanya menatap Maya sambil memikirkan sesuatu)

MAYA

Aku akan mengabari Indah untuk menambah ijin cutiku.

BARA

Biar aku saja.

(Tersenyum dan mengirim pesan kepada Indah)

Kita sarapan disini.

(Maya menarik tangan Bara yang hendak berdiri. Bara duduk kembali)

MAYA

Mungkin sudah saatnya Bapak tahu.

(Bara memegang tangan Maya)

BARA

Aku akan disisimu saat hari itu datang.

MAYA

(Terisak)

Aku bingung bagaimana menyampaikan ini semua kepada bapak. Menatap wajahnya pun aku tak akan sanggup. Dia pernah kehilangan ibuku karena sakit kanker dan sekarang dia akan kehilangan anak satu-satunya karena sakit yang sama.

(Maya menangis dibahu Bara saat Bara menarik bahunya agar mendekat)

BARA

Kita akan mengundangnya kesini dan kamu akan memasak nasi tumpang seperti buatan ibumu untuk bapak seperti janjimu. Dan setelah itu katakan padanya tentang semuanya. Mungkin mengatakan langsung kepadanya lebih baik daripada lewat telepon walaupun itu lebih membuatmu terluka.

(Bara dan Maya saling menatap, lalu Bara menghapus air mata Maya)

BARA

Aku akan ada disana.

(Maya mengangguk)

(Tiba-tiba pintu terbuka dan muncul Indah dari balik pintu lalu berjalan mendekat kearah Bara dan Maya dan duduk disaamping Maya)

INDAH

Kamu baik baik saja May?

(Maya mengangguk)

MAYA

Kamu kenapa kesini? , nanti terlambat kekantor lho.

(Indah menatap Bara)

INDAH

Bara yang menyuruhku kesini dan memintaku membawakan ini.

(Indah mengeluarkan pashmina dan alat cukur rambut lalu menunjukkan pada Bara dan Maya)

BARA

Kalau setiap rambutmu yang jatuh membuatmu bersedih, mungkin akan lebih baik menghilangkan semuanya.

INDAH

Dan pashmina ini akan menggantikan mahkota rambutmu dan membuatmu lebih cantik.

(Maya menatap pashmina dan alat cukur ditangan Indah. Tiba-tiba Bara meraih alat cukur dari tangan Indah)

BARA

Kita akan menghabisi rambut kita bersamaan.

(Bara menghidupkan alat cukur rambut dan menempelkannya dikepalanya)

INDAH & MAYA

Bara

(Berteriak bersamaan)

MAYA

Kamu tak perlu melakukannya.

(Indah tersenyum)

BARA

Ini hanya rambut, akan tumbuh kembali seperti semangat berjuangmu yang akan tumbuh dan lebih kuat.

MAYA

(Meletakkan tangannya keatas tangan Bara yang sedang memegang alat pencukur rambur dikepalanya)

Tapi ini adalah rambutmu, makhota...

(Tiba tiba alat pencukur rambut itu bergerak memotong ranbut Bara lurus dari depan sampe belakang)

MAYA & INDAH

Bara

(Berteriak bersamaan)

(Indah menutup mulutnya terkejut)

(Maya melepas tangannya dan masih tampak syok)

(Bara tertawa)

(Indah dan Maya pun tertawa melihat tampilan Bara yang aneh)

CUT TO

24. INT. APARTEMEN MAYA - DAY

Dikamar mandi, Bara mencukur habis rambutnya dibantu Maya. Lalu giliran Maya mencukur habis rambutnya dibantu Bara dan Indah. Setelah membersihkan rambutnya, Maya mengenakan pashmina dibantu Indah.

INDAH

(Menatap Maya dicermin)

Cantik.

BARA

(Menatap Maya dan tersenyum)

Cantik.

(Maya tersipu)

INDAH

Bara kamera.

(Bara segera mengambil kamera diruang tamu lalu kembali dan menyiapkan tripod dan kameranya)

(Bara,Maya dan Indah berpose)

INDAH

Smile.

CUT TO

25. INT. APARTEMEN BARA - DAY

Lily masuk kedalam apartemen Bara lalu segera duduk disofa.

Terdengar suara aktivitas di kamar tidur Bara.

Pintu kamar terbuka dan Bara keluar dengan tampilan rapi dan menyapa Lily yang duduk membelakanginya dan menatap ke arah jendela luar.

BARA

Lily, lama tidak melihatmu. Sibuk dengan tugas barumu?

(Lily tidak menjawab pertanyaan Bara hanya tersenyum sinis dan masih menatap kearah depan)

(Lily lalu berdiri dan terkejut saat melihat rambut Bara habis)

LILY

Bara, rambut kamu...?

(Bara tersenyum dan mengusap kepalanya)

BARA

Bagaimana? Tampak lebih bagus?

LILY

(Masih terkejut)

Tapi itu rambutmu, selama ini kamu tidak pernah merubah tampilan rambutmu karena...

BARA

Ini hanya rambut, akan tumbuh lagi. Tapi aku tidak tahu disana nanti apa rambutku bisa tumbuh.

(Tersenyum)

Aku pergi dulu.

(Bara meninggalkan Lily yang masih tampak terkejut dengan tampilan rambut Bara. Lily hanya menatap kepergian Bara)

(Setelah Bara keluar, Lily segera melangkah menuju ruang kerja Bara dan menghampiri amplop yang berada di mangkok tembikar. Diambilnya amplop itu, dan Lily tampak kecewa saat mengetahui amplop itu masih tersegel rapat, Bara belum membukanya)

(Lily mengembalikan amplop itu ketempatnya, dia melangkah keluar tapi terhenti saat melihat sebuah foto yang berada di meja kerja Bara. Sebuah foto Bara dengan Maya yang tertawa memamerkan kepala mereka yang telah kehilangan rambut. Lily terkejut saat air mata keluar membasahi pipinya, diusap airmatanya lalu dipandanginya. Tiba tiba hatinya merasa sakit, sebuah rasa yang baru kali ini dia alami. Dan air mata itu tidak berhenti turun)

CUT TO

26. EXT. STASIUN KERETA - DAY

Bara dan Maya berdiri di depan pintu kedatangan yang tampak ramai. Pintu terbuka dan beberapa orang keluar dari dalam. Maya melambaikan tangannya saat melihat bapaknya, Saptoro (60) keluar.

MAYA

Bapak.

(Saptoro menghampiri Maya dengan wajah terlihat bingung melihat Maya dengan pashminanya)

SAPTORO

Maya.

(Maya segera memeluk bapaknya)

MAYA

Bapak tidak mengenali Maya ya dengan pashmina?

(Maya melepas pelukannya)

SAPTORO

Iya, bapak pangling dengan penampilanmu ini, ditambah kayaknya agak kurusan.

(Maya tersenyum)

MAYA

Oiya, Bapak kenalkan ini Bara temen Maya.

(Bara tersenyum dan menyalami Pak Saptoro)

SAPTORO

Pacarmu tho? Ganteng.

MAYA

Bapak.

(Tampak malu malu)

BARA

Mari, saya bawakan tasnya pak.

(Bara meraih tas dari pak Saptoro)

SAPTORO

Sopan, cocok jadi mantu.

(Bara tersipu)

MAYA

Sudah ah pak, ayo.

(Saptoro tertawa melihat Maya dan Bara yang tampak malu-malu lalu mereka berjalan menuju ke tempat parkir mobil)

CUT TO

27. INT/EXT. MOBIL BARA - DAY

Bara mengendarai mobil menuju apartemen Maya. Pak Saptoro duduk disamping Bara sedang Maya di belakang.

MAYA

Bapak sehat kan?

SAPTORO

Sehat nduk, semua juga baik-baik saja dikampung.

(Saptoro menoleh kebelakang kearah Maya)

Kamu sendiri sehat tho nduk? Bapak lihat kok makin kurus dan tampak pucat?

(Maya dan Bara saling menatap lewat kaca spion)

MAYA

(Tersenyum)

Maya baik-baik saja kok pak, mungkin karena pekerjaan Maya yang sekarang makin banyak.

(Saptoro menatap Maya agak lama)

SAPTORO

Sejak kapan memakai pashmina?

MAYA

Belum lama kok pak. Oiya Maya ada kejutan buat bapak nanti.

(Maya mengalihkan pembicaraan)

SAPTORO

Lho bapak pikir kejutannya ada disamping bapak.

(Tertawa)

MAYA

Bapak ih.

(Maya tampak manja sedang Bara hanya tersenyum dan tersipu)

SAPTORO

(Menatap Bara)

Maklumin saja ya Nak, kalo Maya ini sedikit keras kepala. Semenjak kepergian ibunya, bapak melindungi Maya ini lebih dari apapun karena hanya dia yang bapak punya. Tapi sebenarnya hatinya lembut seperti almarhum ibunya.

MAYA

Bapak...

(Mengusap bahu pak Saptoro)

SAPTORO

Bapak seneng melihat anak bapak ini sukses sekarang dan tetap berbakti dengan orangtuanya, tidak pernah lupa menanyakan kabar bapaknya dikampung.

(Menatap Maya)

Dalam setiap doa bapak, bapak tidak pernah meminta jodoh buat anak bapak karena dikampung sudah banyak yang antri buat dijodohkan dengan anak bapak.

MAYA

Bapak...

(Maya dan Bara tersenyum)

SAPTORO

Cuma satu yang bapak minta agar jangan pernah mengambil Maya dari tangan bapak selagi bapak masih hidup, apalagi mengambil anak bapak seperti saat mereka mengambil ibunya.

(Bara menatap pak Saptoro yang tampak sedikit sedih lalu menatap Maya yang mencoba sekuat tenaga menahan air matanya)

CUT TO

28. INT. APARTEMEN MAYA - DAY

Bara, Maya dan pak Saptoro masuk kedalam apartemen Maya. Bara meletakkan tas di sofa lalu mengikuti Maya dan Pak Saptoro yang menuju meja makan.

MAYA

Ini kejutan yang Maya bilang tadi pak, Maya memasak nasi tumpang kesukaan bapak, yang dulu sering bapak meminta Maya untuk memasaknya tapi Maya tidak bisa. Maaf kalau mungkin tidak sama dengan masakan ibu.

(Pak Saptoro hanya diam menatap hidangan lengkap nasi tumpang dimeja makan, lalu dia menangis dan segera menyeka air matanya dengan sapu tangannya)

(Maya segera menghampiri bapaknya)

MAYA

Bapak baik-baik saja? Maafkan Maya kalau membuat bapak bersedih.

(Memeluk pak Saptoro)

(Pak Saptoro mengusap lembut tangan Maya)

(Bara hanya terdiam menatap pemandangan haru didepannya. Dia terkejut saat air mata tiba tiba menetes, dia menyeka dan menatap heran air matanya, lalu segera dia hapus air matanya agar tidak terlihat Maya dan Pak Saptoro)

SAPTORO

Bapak ingin segera mencicipi nasi tumpang buatanmu.

(Maya mengusap air matanya, mereka bertiga duduk di meja makan. Maya menyiapkan nasi tumpang untuk bapaknya lalu mengambil untuk Bara dan dirinya)

(Mata Bara dan Maya tertuju pada pak Saptoro yang mengambil suapan yang pertama, menunggu reaksi pak Saptoro)

SAPTORO

(Tersenyum dan mengangguk)

Mungkin nasi tumpang dimanapun tidak akan jauh berbeda rasanya. Yang membuatnya berbeda adalah ketulusan dari orang yang memasaknya. Rasanya seperti kembali kemasa terakhir kali ibumu memasak tumpang buat bapak.

(Maya terisak, Pak Saptoro memegang tangan Maya)

Terimaksih ya nduk. Pastilah orang itu sangat berarti buatmu karena mampu memaksamu belajar membuat nasi tumpang ini, apalagi memakannya.

(Pak Saptoro tersenyum saat Maya dan Bara saling menatap dan tersipu)

(Maya bangkit berdiri, tiba tiba dia berhenti sebentar karena merasakan limbung)

BARA

Kamu baik-baik saja May?

(Bara dan pak Saptoro menatap Maya)

(Maya mengangguk)

SAPTORO

Kamu nampak pucat nak, mungkin...

(Tiba-tiba Maya jatuh pingsan)

BARA & SAPTORO

(Berteriak)

Maya.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar