Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
LUBANG HILUM: TANDA LAHIR (SEASON 2)
Suka
Favorit
Bagikan
7. Scene 69-83

69. RUMAH HILMAN - RUANG TAMU — SORE

Cast: Bapak Kamaludin

Bapak Kamaludin terlihat berdiri di depan pintu kamar Hilman, lalu mengetuk pintu.

BAPAK KAMALUDIN

Hilman, boleh bapak masuk Nak?

CUT TO:

70. INT. RUMAH HILMAN - KAMAR HILMAN — MALAM

Cast: Hilman, Bapak Kamaludin

Hilman terlihat hanya diterangi lampu senter, ia duduk bersandar di tembok. Wajahnya terlihat sedih. Tangan kanannya memegangi pipi sebelah kanan.

BAPAK KAMALUDIN (O.S)

Hilman, boleh bapak masuk Nak?

Hilman berdiri lalu berjalan menuju pintu kamarnya. Setelah di depan pintu Hilman membukanya.

Kita lihat Bapak Kamaludin berdiri di depan pintu.

Bapak Kamaludin terlihat tersenyum ke arah Hilman.

BAPAK KAMALUDIN

Sudah hampir satu minggu. Bapak ga punya saingan jualan kacang.
(Beat)
Hmm bapak bolah masuk.

Hilman hanya terlihat menganggukan kepalanya dan kembali duduk di lantai dan bersandar di tembok.

Bapak Kamaludin berjalan masuk ke kamar Hilman lalu menutup pintu.

Bapak Kamaludin mendekati Hilman dan duduk di sampingnya.

BAPAK KAMALUDIN (CONT'D)

Ada apa? coba cerita sama bapak.

Hilman terlihat memegangi pipi sebelah kanannya, wajahnya tampak murung.

BAPAK KAMALUDIN (CONT'D)

Apa anak bapak sudah mulai merasakan jatuh cinta?
(Berbisik)

CUT TO:

71. INT. RUMAH HIL. RUANGAN RAHASIA - PAGI (FLASHBACK)

Kembali scene 26 bagian c LUBANG HILUM (SEASON 1)

IBU MAO

Apa anak ibu sudah mulai merasakan jatuh cinta?
(Berbisik)

CUT BACK TO:

72. INT. RUMAH HILMAN - KAMAR HILMAN — MALAM

Lanjutan dari scene 70

Cast: Bapak Kamaludin, Hilman

Bapak Kamaludin merangkul Hilman lalu meraih tangan Hilman yang menutupi pipi kanannya sendiri.

BAPAK KAMALUDIN

Hilman, ingat cinta sejati tidak hanya menerima kelebihan tapi juga akan menerima kekurangan kita.

CUT TO:

73. EXT. LUAR HALAMAN RUMAH HIL - SIANG (FLASHBACK)

Kembali ke scene 16 bagian A LUBANG HILUM (SEASON 1)

Yum melihat Hil sedang menulis di sabak lalu menunjukan isi tulisannya.

CU: Tulisan Hil di sabak; Berapa usiamu? Kenapa kamu berada di luar. Kata ibuku dunia luar berbahaya bagi anak kecil. Kalau aku keluar maka aku akan mati. Dan maaf aku tidak bisa bicara, aku bisu.

CUT TO:

74. INT. RUMAH HIL - RUANGAN RAHASIA - PAGI (FLASHBACK)

Kembali ke scene 26 bagian C LUBANG HILUM (SEASON 1)

YUM (O.S.)

Aku juga mencintaimu.
(Suara pelan)

CUT BACK TO:

75. INT. RUMAH HILMAN - KAMAR HILMAN — MALAM

Lanjutan dari scene 72

Cast: Hilman, Bapak Kamaludin

Kita melihat Bapak Kamaludin merangkul Hilman.

HILMAN (V.O)

Hil bisu dan Yum tetap mau mencintainya.

HILMAN

Iya Pak saya ingat.

Hilman terlihat tersenyum begitu juga dengan Bapak Kamaludin.

BAPAK KAMALUDIN

Ungkapkan saja perasaanmu kepadanya.

Hilman terlihat mengganggukkan kepalanya dan tersenyum.

CUT TO:

76. EXT. DEPAN RUMAH HILMAN — PAGI

Cast: Hilman, Yumna

Hilman berdiri di depan teras rumahnya ia terlihat memakai topi dan sapu tangan yang menutupi sebagian mukanya, hanya bagian matanya dan dahi yang terlihat.

Kita kemudian melihat ke arah Yumna yang sedang berolahraga di depan rumahnya.

Hilman dan Yumna saling melihat.

CUT TO:

77. INT. RUMAH HILMAN - KAMAR HILMAN — MALAM (FLASHBACK)

Kembali ke scene 72

Cast: Bapak Kamaludin, Hilman

Bapak Kamaludin merangkul Hilman lalu meraih tangan Hilman yang menutupi pipi kanannya sendiri.

BAPAK KAMALUDIN

Hilman, ingat cinta sejati tidak hanya menerima kelebihan tapi juga akan menerima kekurangan kita.

CUT BACK TO:

78. EXT. DEPAN RUMAH HILMAN — PAGI

Lanjutan dari scene 76

Cast: Hilman, Yumna, Malika

Hilman dan Yumna saling melihat.

Tidak lama Yumna kemudian berlari dan Hilman mengikutinya.

Tiba-tiba Yumna memelankan larinya lalu ia menoleh ke arah belakang. Di belakang terlihat ada Hilman yang juga sedang berlari. Ketika Yumna sedang melihati Hilman, Hilman menoleh ke arah kanan.

Di belakang Hilman juga terlihat ada MALIKA (17) yang sedang melambaikan tangannya.

Yumna berlari ke arah Hilman, begitu juga dengan Hilman.

YUMNA

Malika ....
(Berteriak)

Yumna terlihat menghampiri Malika.

Hilman terlihat gugup dan jatungnya berdebar kencang saat berpapasan lari dengan Yumna.

MALIKA

Yumna ....

Lalu Malika menoleh ke arah Hilman.

MALIKA (CONT'D)

Hilman ....
(Berteriak)

Hilman menghentikan larinya. Malika mengandeng tangan Yumna dan berjalan cepat mendekati Hilman.

MALIKA (CONT'D)

Hilman, kamu ga lanjutin kuliah ya?

HILMAN

Engga.

Kepala Hilman terlihat menggeleng sambil menunduk dan tangannya terlihat memegangi pipi sebelah kanannya.

MALIKA

Oya Yumna, ini Hilman temen satu sekolahku dari SD, SMP dan SMA.
(Beat)
Hilman, ini Yumna saudara sepupuku.
(Beat)
Dan kami juga sekarang satu kampus kuliah di jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

Lalu Malika menoleh ke arah rumah Hilman dan Yumna yang terlihat berdekatan.

MALIKA (CONT'D)

Eh, kalian tetanggaan kan ya.
(Beat)
Udah pada kenalan belum?

HILMAN, YUMNA

Belum.

MALIKA

Ya udah ... sekarang kalian saling kenalan dong.

YUMNA

Yumna.
(Tersenyum)

Terlihat Yumna menyodorkan tangannya ke arah Hilman untuk bersalaman.

Malika yang melihat Hilman tidak kunjung menyodorkan tangannya kepada Yumna kemudian ia meraih tangan Hilman untuk mendekatkannya ke tangan Yumna.

Kemudian kita melihat Hilman dan Yumna saling bersalaman.

HILMAN

Hiiilman.
(Gugup)

Hilman melepaskan tangan dari Yumna lalu berjalan cepat menuju ke arah rumahnya. Sambil menunduk dan memegangi pipinya.

Malika menggelengkan kepalanya ke arah Hilman.

MALIKA

Ya begitulah Hilma.

YUMNA

Memangnya dia kenapa?

MALIKA

Hilman punya tanda lahir berwarna hitam pekat, lumayan besar di pipi sebelah kanannya.
(Beat)
Karena itu dia menutupi mukanya begitu. Untungnya waktu di sekolah guru-guru bisa memakluminya.

Malika dan Yumna terlihat berjalan pelan.

MALIKA

Udah hampir satu bulankan kamu pindah ke sini.
(Beat)
Hmm ... beneran ya baru hari ini kenalan sama Hilman?

YUMNA

Iya ... beneran.
(Beat)
Hmm ... sebenarnya kalau ngeliat dia udah pernah sebelum hari ini sih. Pas dia jalan kaki jualan kue kacang, beberapa kacang goreng dan rebus. Tapi ga pernah saling nyapa juga.

MALIKA

Ga heran sih, soalnya Hilman juga anaknya pemalu banget gitu.
(Beat)
Eh, jualan kacang, Hilman jualan?

Malika tampak kaget.

YUMNA

Iya, aku pernah liat dia jalan kaki sambil jualan.

CUT TO:

79. INT. RUMAH HILMAN - RUANG TAMU — PAGI

Cast: Bapak Kamaludin, Ibu Markonah

Bapak Kamaludin duduk membuat kue kacang dari baskom ke dalam tobles jualan. Kemudian menoleh ke arah pintu kamar Hilman yang terbuka.

BAPAK KAMALUDIN

Hilman ke mana Bu?

IBU MARKONAH (O.S)

Ya liat aja di kamarnya paling dia ngurung diri.
(Berteriak dari arah tempat cucian laundry)

BAPAK KAMALUDIN

Ga ada Bu, pintu kamarnya aja udah kebuka.

Ibu Markonah terlihat muncul dari pintu laundry sambil mengangkat beberapa pakaian. Lalu Hilman tiba-tiba datang membuka pintu depan.

IBU MARKONAH

Dari mana kamu Hilman?

HILMAN

Tadi habis lari pagi Bu.

IBU MARKONAH

Udah dapat uang ga, sok-sokan lari pagi.

BAPAK KAMALUDIN

Sudah ... sudah. Hah baiklah bapak berangkat jualan dulu.

Bapak Kamaludin beranjak dari duduknya sambil membawa tobles jualannya.

IBU MARKONAH

Bapak sama anak sama aja kerjaannya ga bisa menghasilkan banyak uang.

Hilman terlihat melangkah ke arah kamarnya sambil menunduk dan tangan kanannya memegangi pipi kanannya.

CUT TO:

80. EXT. PINGGIR JALAN — SIANG

Cast: Kakek tidak punya nama, Bapak Kamaludin, tiga perawat

Kakek tidak punya nama sedang duduk melamun di pinggir jalan. Ia terlihat sedang memandang ke arah langit.

Bapak Kamaludin lewat mengayuh sepeda sambil menoleh ke arah kakek tidak punya nama.

Kakek tidak punya nama terlihat tetap melamun.

Bapak Kamaludin menghentikan kayuhan sepedanya lalu berjalan menghampiri Kakek tidak punya nama. Dua meletakkan sepedanya di pinggir jalan lalu duduk pinggir jalan di sebelah kakek tidak punya nama.

Kita melihat Bapak Kamaludin mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang ada di pundaknya.

Bapak Kamaludin melihat ke arah kakek tidak punya nama yang tetap terlihat memandangi langit.

Bapak Kamaludin menundukkan kepala kemudian terlihat membuka dompetnya.

CUT TO:

81.INT. RUMAH HILMAN - RUANG TAMU — PAGI (FLASHBACK)

Kembali ke scene 67

Bapak Kamaludin berdiri di depan pintu kamar Hilman menoleh ke arah Ibu Markonah.

Ibu Markonah terlihat duduk di lantai sambil memasukkan kue kacang dari baskom ke dalam tobles.

Lalu kembali menoleh ke arah pintu kamar Hilman.

IBU MARKONAH (O.S.)

Tetangga sebelah beli emas mulu dikasih uang sama suaminya. Lah suami sendiri boro-boro ngasih uang buat beli emas buat makan aja kurang.
(Beat)
Anaknya lagi pada pinter cari kerja buat biayain kuliahnya sendiri, lah anak sendiri boro-boro.
(Beat)
Emang udah nasif punya suami dan anak ga ada yang bisa diandalkan.

Bapak Kamaludin terlihat berdiri di depan pintu kamar Hilman yang hanya menundukkan kepalanya.

CUT TO:

82. EXT. PINGGIR JALAN — SIANG

Lanjutan scene 80

Cast: Kakek tidak punya nama, Bapak Kamaludin, tiga perawat

Bapak Kamaludin menundukkan kepala kemudian terlihat membuka dompetnya.

Kakek tidak punya nama terlihat memandang langit.

KAKEK TIDAK PUNYA NAMA

Dengan memiliki banyak hal dia mungkin tetap akan merasa kurang. Tapi dengan tidak membandingkan apa yang dia miliki dengan milik orang lain mungkin akan membuatnya merasa cukup.

Bapak Kamaludin menoleh ke arah kakek tidak punya nama. Kakek terlihat bicara sendiri sambil memandangi langit.

Bapak Kamaludin kembali menundukkan kepalanya.

BAPAK KAMALUDIN (V.O)

Hah Hilman ... Hilman, bagaimana nasif kita kelak Nak.

KAKEK TIDAK PUNYA NAMA

Harusnya yang kau khawatirkan bukan masa depanmu, tapi masa sekarangmu yang sudah sangat menderita karena mengkhawatirkan masa depan.

Bapak Kamaludin menoleh lagi ke arah kakek tidak punya nama. Kakek terlihat bicara sendiri sambil memandangi langit.

Fx: Terdengar bunyi sirene ambulans.

Tidak begitu jauh ada ambulans yang berhenti di dekat tempat duduk Bapak Kamaludin dan kakek tidak punya nama.

Kita melihat ada tiga perawat keluar dari ambulans itu dua perawat berlari menuju kakek tidak punya nama dan Bapak Kamaludin yang sedang terlihat duduk bersebelahan.

CU: Terlihat di id card perawat bertuliskan rumah sakit jiwa yang diblur di bagian nama rumah sakit jiwanya.

Bapak Kamaludin terlihat terkejut melihat ada dua perawat berlari menuju ke arahnya.

Kakek tidak punya nama kemudian menoleh ke arah ambulans dan dua perawat yang sedang berlari ke arahnya. Dua perawat laki-laki dengan cepat meraih tangan kakek.

Kita melihat kakek bangun dari duduknya.

PERAWAT PERTAMA

Kek, ayo kita pulang.

PERAWAT PERTAMA (24) memegangi tangan kakek sebelah kanan.

Kakek hanya diam lalu menoleh ke arah langit.

PERAWAT KEDUA

Iya ayo Kek.

PERAWAT KEDUA (25) memegangi tangan kakek sebelah kiri.

Fx: Terdengar bunyi sirene ambulans.

Kita melihat dua perawat saling memegangi tangan kakek tidak punya nama lalu menuntunnya sampai masuk ke dalam ambulans.

Sedangkan perawat satunya lagi perawat perempuan / PERAWAT KETIGA (23) berdiri di depan pintu ambulans.

KAKEK TIDAK PUNYA NAMA

Dia bersedih di masa sekarang hanya karena masa lalunya. Tanpa dia sadari kesedihannya itulah yang akan membuat masa depannya nanti hancur.

Kita melihat perawat pertama dan kedua tampak bingung menoleh ke arah kakek tidak punya nama yang terlihat memandangi langit.

Kita melihat Bapak Kamaludin kembali mengayuh sepedanya.

BAPAK KAMALUDIN

Kacang ... kacang ....

CUT TO:

83. INT. RUMAH SAKIT JIWA - SIANG

Cast: Kan Il

Fix: Terlihat tulisan di layar: 87 tahun yang lalu.

Kita melihat Kan Il(8) sedang duduk meringkuk di atas ranjang rumah sakit jiwa. Wajahnya tampak ketakutan menoleh ke kanan dan ke kiri.

KAN IL

Beberapa orang dilahirkan hidup untuk makan dan sebagian lainnya makan untuk hidup.

CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar