Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
LISTEN (SCRIPT)
Suka
Favorit
Bagikan
2. Sq 1 PURNAMA

4. INT. RUANG KELUARGA_NIGHT

Suryo terengah-engah menarik nafasnya. Laila terlihat meringkuk, menyandar di tembok. Gemetar.

SURYO

Aku udah bilang kalo aku menang, aku bakalan bikin usaha sendiri, semua yang aku lakuin buat keluarga kita biar kita bisa bangkit dari kemiskinan ini.

LAILA

Kapan? Kapan bisa menang? (Teriak) (beat) Sekarang coba kamu pikir, kalau uang yang kamu gunain buat judi itu kamu tabung. Bahkan uang itu sudah melebihi hadiah kalo kamu menang. Lihat mas, purnama bahkan tidak pernah aku kasih uang jajan karena uang hasil jualanku selalu kamu ambil

SURYO

Brengsek! Kamu pikir kamu hebat anjing!

Berlari ke arah Laila lalu menendangnya berkali-kali.

LAILA

Ah! Sakit! Sakit! Tolong!

SURYO

Kamu ngerandahin aku ya??

Mentang-mentang bisa kerja sendiri! (Sambil menjambak rambut Laila, dan terus menendangnya)

Suryo melepaskannya, rambut Laila berantakan. Keringat dan air matanya menetes bersamaan.

CUT TO :

5. INT. RUANG KELUARGA_DAY

Terlihat Laila sedang menyiapkan makanan, ia hanya mengikat rambutnya dan mengenakan daster seadanya.

Ia memindahkan beberapa makanan dari dapur ke meja makan.

Purnama dan Wulan keluar dari kamar dengan seragam sekolah masing-masing.

Mereka saling memandang dan melihat ayahnya yang masih tertidur di karpet tepat di samping meja makan.

Kontrakan mereka sangat sederhana, hanya terdiri dari kamar 3x3, 1 kamar mandi yang sangat sempit, dan dapur yang hanya bisa taruh kompor gas.

Laila dan Suryo tidur di ruang depan yang diisi meja makan 4 kursi lalu lemari pakaian di sebelah kanan dan tikar untuk tidur di samping kanan meja makan. Tidak ada tv dan sebagainya.

Laila kembali melihat kedua anaknya. Lalu menyapa mereka.

LAILA (ISYARAT)

Pahlawan ibu, sudah siap ke sekolah? Sini sarapan dulu (Tersenyum hangat)

Wulan hanya menatapnya. Membuat Laila merasa tak nyaman karena ia sadar bekas tamparan di pipinya masih terlihat.

Purnama melangkah mendekat ke ibunya.

PURNAMA (ISYARAT)

Ayah menyiksa ibu lagi?

Ibunya tersenyum kaku. Berusaha menutupi masalah ini lagi.

LAILA (ISYARAT)

Jangan khawatirkan ibu. Sini makan (mengambilkan nasi di piring, Purnama dan Wulan)

Purnama dan Wulan duduk masih menatap ibunya yang tak berani menatap mereka.

Laila menyibukan diri mengambil lauk, juga mengambilkan nasi untuk bekal mereka.

Purnama menyentuh pipi ibunya, hingga membuat ibunya menghentikan aktivitasnya.

PURNAMA (ISYARAT)

Sampai kapan ibu bertahan?

Laila tersenyum canggung, ia melihat ke Wulan yang kini memperhatikan mereka.

LAILA (ISYARAT)

Kalian makan dulu yah!

PURNAMA (ISYARAT)

Enggak, aku mau ngomong sama ibu. Ibu selalu menyibukan diri ibu dan selalu menghindari pertanyaan Purnama. Sekarang aku mau membahasnya, Bu.

Laila terlihat panik, dan berfikir. Ia kembali melihat ke arah Wulan.

LAILA

(Ke wulan) Kamu makan dulu yah? (Berbisik)

Wulan mengangguk.

Laila mengajak Purnama ke kamar.

6. INT. KAMAR_DAY

Laila duduk di kasur lantai tipis itu lalu mulai meneteskan air mata.

Purnama segera duduk di sampingnya.

LAILA (ISYARAT)

Ibu tidak bisa melakukan apapun.

PURNAMA (ISYARAT)

Ibu bisa menceraikan ayah.

Laila menggelengkan kepalanya.

LAILA (ISYARAT)

Ayah kamu orang yang sangat baik. Kamu tahu kan? Orang yang pertama kali mengajarkanmu bahasa isyarat? Saat pertama kali dia tahu kamu terlahir tuli, dia tidak pernah bisa tidur. Setiap hari dia belajar bahasa isyarat. Nanti kalo kondisi ekonomi kita sudah membaik, pasti kondisi mental ayah kamu juga membaik.

PURNAMA (ISYARAT)

Ibu?

LAILA (ISYARAT)

Ibu bersama dia saat bahagia. Ibu tidak bisa meninggalkannya di saat dia sengsara.

Purnama tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.

Laila berdiri.

LAILA (ISYARAT)

Ayo makan. Takutnya kamu telat.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar