EXT. LAPANGAN UPACARA — SORE/MALAM
Para siswa berkumpul menatap ke arah sudut lapangan Upacara. disana Tiara dan yang lainnya sedang memainkan Kabaret. Di sisi kiri dan kanannya terpampang beberapa lukisan milik Intan yang berisi kejadian-kejadian diskriminasi guru pada siswa.
Tiara berlagak menjadi Bu Atut. Suara Bu Atut diputar di pengeras suara.
BU ATUT (V.O.)
Prestasi membangakan ini harus menjadi contoh untuk para siswa baru agar semakin giat belajar. Jangan seperti yang berdiri disana, siswa yang tidak teladan, selalu membuat onar.
Beberapa siswa memerankan siswa yang terlambat datang ke Sekolah. Siswa dan wartawan merekam itu.
INT. MOBIL BU ATUT — SAME TIME
Bu Atut terlihat agak cemas dan panik. Salah seorang guru menunjukan video live di sosial media.
GURU 2
Lihat ini Bu.
Di video itu sedang menampilkan kabaret.
BU ATUT
Bisa lebih cepat?!
Bu Atut membentak pada guru yang menyetir.
EXT. LAPANGAN UPACARA — MOMENTS LATER
Albertus memperagakan kejadian di Kantin saat ia di jahili oleh Dimas. Boris memerankan Dimas. Albertus pun terjatuh dan mereka pun berkelahi.
Tiara datang sebagai Bu Atut lalu memarahi
Para Siswa yang menonton tertawa. Beberapa orang merekam itu.
EXT. GERBANG SEKOLAH — SAME TIME
Mobil Bu Atut sampai di Sekolah. Mereka turun dengan tergesa gesa.
EXT. LAPANGAN UPACARA — MOMENTS LATER
Tiara memperagakan Bu Atut yang sedang memarahi Albertus. Suara rekaman Bu Atut diperedngarkan di pengeras Suara.
ALBERTUS (V.O.)
Bukan saya! Dia yang mulai.
(menunjuk Dimas)
BU ATUT (V.O.)
Dimas ini siswa berprestasi, tidak mungkin terlibat perkelahian. Saya sudah biasa melihat Andhika membuat masalah. Tapi kamu siswa baru sangat mengecewakan.
ALBERTUS (V.O.)
Tapi dia yang menghina saya didepan umum.
BU ATUT (V.O.)
Pak Damar, anak didik Anda ini memukul Dimas di kantin. Kali ini saya beri kelonggaran. Tapi saya minta Pak Damar didik dia dengan benar.
Suara dubbing berhenti. Albertus lalu berteriak dengan keras.
ALBERTUS
Tapi saya punya bukti kalau saya tidak bersalah. Itu!
Albertus menunjuk ke arah layar putih yang dibentangkan dari lantai 2 lalu di sorot oleh proyektor dan menampilkan video saat Dimas menjahili Albertus.
Para siswa menyoraki Dimas.
EXT. LORONG KELAS — SAME TIME
Bu Atut coba untuk menerobos masuk ke area upacara namun para murid disana terlalu penuh hingga tidak ada jalan masuk.
EXT. LAPANGAN UPACARA — MOMENTS LATER
Mereka sedang memerankan saat ketahuan oleh Bu Atut di sanggar. Di layar besar itu pun ditampilkan video yang diambil Tiara. Kabaret dan video saling berhubungan.
ALBERTUS
Ini hanya tempat kami untuk menyalurkan bakat. Apa yang salah dari itu?
BORIS
Memangnya kenapa jika kami berkumpul disini? Lagi pula itu semua tidak menganggu pembelajaran.
TIARA
Tidak menganggu? lalu apa maksud kegaduhan kemarin? Lalu ini apa!
Tiba-tiba Pak Damar datang dari belakang pertunjukan dan berbicara lantang.
DAMAR
Mereka tidak salah. Saya yang meminta mereka untuk melakukan semua ini. Yang pantas untuk mendapatkan hukuman itu saya.
Para siswa bersorak histeris
DAMAR
Ibu tidak bisa menyalahkan mereka. Ini semua karena ambisi saya yang terlalu mencintai bakat siswa hingga melibatkan mereka dalam masalah ini. Maaf Bu. Saya hanya bermaksud untuk memberikan wadah bagi siswa menyalurkan bakatnya. Selain itu, saya juga ingin mengembalikan ekstrakurikuler ke Sekolah ini dengan meminta siswa yang ingin ikut ekstrakurikuler berkomitmen untuk tidak membuat keributan lagi.
TIARA
Tidak perlu menjelaskan! Dimas sudah beritahu saya. Berkegiatan diluar izin saya seperti ini adalah pelanggaran berat. Apalagi karena anda sampai memberikan akses pada siswa yang sebenarnya bukan wewenang anda.
Damar tertunduk di hadapan Tiara
TIARA
Kegiatan seni atau apalah itu. Hanya di isi oleh siswa yang kurang dalam pelajaran dan juga pembuat onar seperti kalian. Lalu anda mengumpulkan mereka semua dan memberi pengaruh buruk pada mereka. Keputusan saya sudah bulat. Saya beri waktu anda hingga besok sore untuk berkemas meninggalkan sekolah ini!
EXT. LANTAI 2 GEDUNG — SAME TIME
Siswa memenuhi area itu dan menonton dari sana. Bu Atut mencoba mencari celah untuk melihat apa yang terjadi disana. Akhirnya Ia menyingkirkan salah satu siswa yang sedang meonton di sana.
Bu Atut terkejut karena Intan ikut penampilan disana.
EXT. LAPANGAN UPACARA — MALAM
Intan bermonolog di depan semua Siswa
INTAN
Lihat sekolahku!
Hanya peduli pada siswa kesayangannya. Tidak ada ruang bagi kami berekspresi. Semua hal hanya dihargai dari nilai dan angka. Mereka lebih percaya pada manusia seperti dia.
Intan menunjuk Dimas yang ada disana. Semua siswa menatapnya sinis.
INTAN
Padahal dia biang masalah sebenarnya. Mereka selalu siswa yang hebat dalam seni, olahraga adalah siswa bodoh dan tidak berguna. Guruku yang disana pernah berkata.
Menunjuk Damar yang ada di hadapan para Murid.
INTAN
Dunia lebih percaya kebohongan manusia pintar dibanding fakta yang terucap dari mulut seorang pembuat onar. Dan itu semua benar.
EXT. LANTAI 2 GEDUNG — SAME TIME
Bu Atut melihat dengan tatapan panik dan emosi. Siswa lain tidak ada yang didekatnya.
EXT. LAPANGAN UPACARA — SAME TIME
Intan mulai berjalan sedikit demi sedikit kedepan.
INTAN
Bebaskan kami! Kami terkekang!.
Kami hanya ingin berekspresi, kami punya cita-cita kami sendiri. Tapi mereka tak pernah mengerti. Lihat Gedung Sanggar dibelakang sekolah. Hanya itu tempat kamu berekspresi dan itu pun mereka hancurkan.
Bima memutarkan video Bu Atut saat upacara.
BU ATUT (V.O.)
Hari ini ada beberapa informasi yang ingin saya sampaikan. Pertama adalah berita pemecatan seorang guru secara tidak terhormat. Yaitu Pak Damar Sadali atas pelanggarannya bersama empat orang siswa yaitu Andhika, Albertus, Boris dan Bima tertangkap sedang berkumpul tanpa izin di Sanggar sekolah. Mereka secar diam-diam tetap melakukan kegiatan ekstrakurikuler padahal sudah jelas hal itu dilarang oleh Sekolah. Karena hal itu, saya memutuskan untuk menghancurkan gedung Sanggar dan mengubahnya menjadi Lab baru.
Video itu stop di putar. Intan menunjuk Bu Atut yang memperhatikannya di Lantai 2
INTAN
Kami hanya berekspresi, apa salah kami? Bahkan satu-satunya guru yang membela kami menjadi korban. Apa salahnya ekstrakurikuler?
Para siswa melihat Bu Atut dengan tatapan kesal. Video itu kembali di putar.
BU ATUT (V.O.)
Diam! keputusan saya sudah bulat. Saya tidak ingin ada lagi kegiatan ekstrakurikuler selain dalam bidang akademik di Sekolah ini. Itu hanya akan membuat kalian jadi malas belajar dan menjadikan kalian pembuat masalah seperti Pak Damar dan ke empat siswa itu.
Intan kembali berbicara
INTAN
Kenapa hanya akademis saja yang mereka anggap bakat? Ekstrakulikuler bukan kejahatan! Tapi mereka menganggap begitu, hingga tempat kami berekspresi. Gedung Sanggar itu mereka hancurkan. Kekangan apa lagi? Kami juga ingin berekspresi.
Para reporter fokus merekam kejadian itu.
INTAN
Sekolahku!
Kalian pernah bertanya apa yang kami inginkan? Kalian tau apa cita-cita kami? Kalian pernah bertanya apakah kami bahagia? Engga kan? Biar saya beri tau apa isi hati kami.
EXT. LORONG KELAS — SAME TIME
Bima memutarkan video wawancara dengan para murid. Dalam video itu memperlihatkan harpaan para murid.
TIARA (V.O.)
Apa yang yang jadi cita-cita kamu?
EXT. LAPANGAN UPACARA — SAME TIME
Para siswa memperhatikan dengan seksama video itu
SISWA 1 (V.O.)
Saya ingin jadi musisi.
SISWI 1 (V.O.)
Aku pengen jadi model.
SISWA 2 (V.O.)
Cita-cita gue jadi Atlet sepakbola kaya Ronaldo. SIUUU
Siswa yang menonton tertawa.
SISWI 2 (V.O.)
Aku pengen main film. Jadi aktris gitu.
Lalu video itu menunjukan video Albertus dan kawan kawan.
BIMA (V.O.)
Saya ingin jadi pesulap hebat seperti Demian.
BORIS (V.O.)
Stand up comedian dong. Mantap kan cita-cita ku.
Penonton tertawa
ALBERTUS (V.O.)
Saya ingin jadi musisi seperti idola saya Freddy Mercury.
TIARA (V.O.)
Gue ingin jadi penari yang hebat!
ANDHIKA (V.O.)
Jadi atlet basket professional kaya Denny Sumargo.
Intan kembali maju ke hadapan semua orang disana.
INTAN
Dan cita-citaku, ingin jadi seorang pelukis hebat.
Damar melihat itu lalu tersenyum.
INTAN
Lihat kan? Kami punya cita-cita sendiri. Kami hanya minta satu hal.
Intan menatap dengan yakin.
INTAN
Jangan halangi mimpi kami.
END