Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR DAMAR — PAGI
Suara alarm berdering yang terdengar diseisi kamar tidur yang cukup berantakan itu, waktu menunjukan pukul tujuh pagi. DAMAR (34), Seorang pria berambut pendek dan bertubuh agak tinggi itu beranjak dari tempat tidur lalu membuka tirai hingga sinar matahari masuk kedalam kamar. Ia lalu bergegas mengambil handuk dan menggantungkannya di lehernya sambil berjalan ke arah dapur. Tak lama Ia kembali sambil membawa segelas air lalu ia menatap dinding yang di penuhi oleh lukisan-lukisan yang tergantung.
Tak selang beberapa lama dering ponsel dari meja terdengar memecah lamunan Damar. Di layar ponsel tertulis "Bu Atut"
DAMAR
Damar menjawab telepon dengan suara agak serak khas pria yang baru saja bangun tidur.
BU ATUT (O.S.)
Dengan nada tegas Bu Atut berbicara dan setelah itu langsung menutup telepon. Dengan wajah malas, Damar melempar ponselnya ke arah tempat tidur lalu berjalan ke kamar mandi. Suara kucuran air dari keran terdengar mengisi keheningan.
EXT. JALANAN — PAGI
Damar sedang mengayuh sepedanya menyusuri jalanan. Sekumpulan siswa SMA Karya sedang berlari kecil bersama di trotoar jalanan menuju sekolah. Beberapa siswa mengucapkan “Selamat pagi” pada Damar.
DAMAR
Damar mengangguk sembari tersenyum ke arah para siswa itu sambil membunyikan lonceng sepedanya.
EXT. GERBANG SEKOLAH — CONTINUOUS
Beberapa siswa terlihat berlari kecil masuk melewati Gerbang Sekolah. Disana ada PAK GUGUN (47) Seorang Satpam sekolah dengan ciri khas kepala botaknya yang berjaga disana sambil membukakan gerbang.
PAK GUGUN
Damar turun dari sepedanya lalu berdiri memperhatikan para siswa yang berlarian di depan gerbang sekolah.
DAMAR
Satpam itu mengangguk lalu tersenyum. Disaat yang sama, gerombolan murid berlarian masuk melewati gerbang sekolah dan memberikan senyum ke arah Damar dengan wajah berkeringat dan nafas yang terengah. Damar lalu melihat seorang murid yang masih berlari di kejauhan lalu memanggilnya.
DAMAR
Damar berteriak sambil mengacungkan tangannya ke arah ANDHIKA (18) Siswa SMA bertubuh tinggi besar khas atlet basket dengan rambut agak panjang yang sedang berlari. Tiba-tiba terdengar teriakan Bu ATUT (50), Kepala sekolah SMA Karya bertubuh agak gemuk dengan kacamata besar khasnya.
BU ATUT
Bu Atut berjalan menghampiri gerbang sekolah dengan wajah kesalnya. Satpam sekolah itu bergegas menutup gerbang sekolah.
BU ATUT
PAK GUGUN
DAMAR
BU ATUT
DAMAR
BU ATUT
Bu atut seraya pergi meningalkan gerbang menuju ke arah Lapangan. Dari luar gerbang sekolah, Andhika baru sampai dengan wajah yang memerah dan nafas terengah-engah.
ANDHIKA
DAMAR
Damar menoleh dengan wajah mengejek pada Andhika. Satpam yang melihat itu pun tertawa. Damar mendorong sepedanya masuk ke dalam Sekolah meinggalkan Andhika yang masih merayu Satpam agar dibukakan gerbang.
EXT. LAPANGAN UPACARA — MOMENTS LATER
Lapangan dipenuhi siswa yang berbaris rapi, begitu juga para guru yang berbaris berhadapan dengan barisan siswa. Damar berdiri dijajaran ujung barisan Guru. Damar melihat ke ujung kiri barisan yang di isi oleh para siswa baru dengan pakaian rapih dan cerahnya. Di ujung sebelah kanan Damar melihat Andhika berbaris bersama para siswa yang terlambat masuk ke Sekolah. Damar lalu melihat Bu Atut yang bedriri di tengah dan siap untuk berbicara menggunakan pengeras suara.
BU ATUT
Dari barisan paling kanan, dua orang siswa dan dua orang siswi berjalan berbaris menuju ke arah Bu Atut dan berbaris menghadap barisan para siswa. Suara gemuruh tepuk tangan mengiringi langkah mereka. Salah satu siswi yang ada maju Adalah INTAN (16), Seorang siswi berparas cantik dengan rambut sebahu khas Polwan. Dan seorang siswa yang maju adalah DIMAS (17), Siswa kelas tiga bertubuh agak kurus.
Dari barisan siswa yang terlambat, Andhika melihat ke arah depan dengan wajah lempengnya. Seorang siswa disampingnya menyenggol bahunya.
SISWA 1
ANDHIKA
Andhika menatap tajam dengan senyum tipis mengejek ke arah para siswa yang sedang diberi selamat oleh Bu Atut.
BU ATUT
Telunjuk Bu Atut mengarah kepada barisan siswa yang di pisahkan karena terlambat. Tatapan para siswa dan guru tertuju pada barisan siswa yang di tunjuk Bu Atut itu. Dengan penuh percaya diri, Andhika membalas dengan melambaikan tangannya dan tersenyum. Guru lain menatap kelakuan Andhika dengan sinis, Damar tersenyum lebar sedikit menahan tawa sambil menggelengkan kepalanya.
INT. RUANG GURU — MOMENTS LATER
Damar menyiapkan barang-barang yang akan di bawa ke kelas lalu memasukannya kedalam tas. Suasana disana ramai, beberapa guru sedang menyantap sarapan bersama sambil membicarakan muridnya yang baru saja menjuarai olimpiade matematika. Di sudut depan ruangan, guru lain membicarakan kelakuan Andhika barusan saat upacara. Bu Atut datang menghampiri Damar yang tidak berbaur dengan guru-guru lainnya.
BU ATUT
DAMAR
Damar mengeluarkan tumpukan kertas dari tasnya dan memberikannya pada Bu Atut.
DAMAR
Damar menganggukan kepalanya namun dengan raut wajah datar lalu pergi berlalu dari hadapan Bu Atut.
EXT. LORONG KELAS — MOMENTS LATER
Damar berjalan keluar dari Ruang Guru masih dengan wajah datarnya. Satu persatu ruang kelas di lewati, beberapa siswa berada di depan kelas sambil mengobrol satu sama lain. Senyum kecil terbentuk dari bibir Damar membalas sapaan dari muridnya yang berada disana. Damar berhenti di ujung lorong di depan pintu Kelas. Sejenak berhenti dan menghela nafas panjang dan mangubah ekspresinya menjadi ceria, lalu Ia membuka pintu kelas dan masuk.
INT. RUANG KELAS — CONTINUOUS
DAMAR
Dengan nada riang disertai senyum lebar Damar menyapa siswa di kelasnya lalu menyimpan tasnya di meja guru yang berada di depan kelas. Para siswa pun serentak menjawab “Pagi Pak!”.
DAMAR
Murid pun serentak menjawab “Suka Pak”
DAMAR
Damar menyimpan tangan di dadanya sambil sedikit membungkukan badannya. Gestur tubuh yang mencontohkan sopan santun pada muridnya.
DAMAR
Damar menyandarkan tubuhnya di meja yang ada di belakangnya lalu menunjuk ke arah salah satu siswa yang duduk di barisan peling depan. Satu-persatu dari murid pun berdiri dan memperkenalkan diri. Mereka menyebutkan nama, asal sekolah hingga beberapa menyebutkan hobi dan kesan hari pertama sekolah. Salah satu yang mencuri perhatian Damar adalah ALBERTUS (15), Seorang siswa berkulit lebih gelap dari yang lainnya dan berambut ikal khas daerah timur Indonesia.
ALBERTUS
Albertus berbicara dengan badan tegap dan suara lantang dengan aksen khas timurnya. Damar tersenyum melihat percaya diri muridnya itu.
DAMAR
ALBERTUS
(malu)
Serentak semua murid di Kelas memanggil nama Albertus berulang kali untuk menyemangatinya. Damar berjalan menghampiri Albertus yang duduk di kursi belakang lalu mengajaknya untuk maju. Albertus perlahan keluar dari tempat duduknya lalu berjalan perlahan ke depan kelas bersama Pak Damar.
DAMAR
Suara gemuruh tepuk tangan mengisi ruangan, kelas menjadi ramai. Albertus sudah berdiri di depan kelas namun masih sedikit malu-malu. Damar lalu duduk dibangku depan bersama dengan murid lainnya. Seketika suasana kelas menjadi hening. Albertus mulai menyanyikan lagu Queen berjudul Don’t Stop Me Now.
ALBERTUS
Gemuruh tepuk tangan memenuhi seisi kelas memberikan apresiasi pada Albertus. Senyum Damar menyeringai menunjukan perasaan senang dan kagum pada muridnya itu. Wajah Albertus yang awalnya malu berubah menjadi bahagia. Namun semua yang berada di Kelas dikagetkan oleh suara pintu yang tebuka cukup keras.
BU ATUT
(membentak)