Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KANTIN — PAGI
Dentingan bel sekolah terdengar jelas hingga penjuru sekolah menandakan jam istirahat tiba. Suasana kantin saat itu ramai dipenuhi siswa yang sedang makan siang, tapi ada juga yang duduk disana hanya untuk bercanda dengan teman-temannya. Albertus menjadi perhatian beberapa orang karena penampilan khas Indonesia Timur nya. Termasuk Dimas yang sedari tadi memperhatikannya dari kejauhan.
Albertus sedang mengambil jatah makannya pada semorang penjaga Kantin.
ALBERTUS
Albertus celingukan, kepalanya beberapa kali menoleh ke kiri dan kanan mencari tempat duduk yang kosong untuk dia dan temannya. Mata Albertus tertuju ke arah ujung kantin, ada sebuah meja yang masih kosong disana. Ia dan temannya berjalan memecah kerumunan menuju ujung kantin. Dimas yang sedari tadi memperhatikan, lalu membentangkan kakinya ke depan mengait kaki Albertus. Albertus terjatuh cukup keras, bahunya membentur lantai, Makanan yang di bawa Albertus berceceran mengotori lantai dan sepatu dari beberapa siswa. Ia menjadi pusat perhatian, beberapa siswa mentertawakannya termasuk Dimas.
ALBERTUS
Albertus bangkit lalu mendorong Dimas cukup keras. Dimas seraya mengubah raut wajah tertawanya menjadi marah.
DIMAS
ALBERTUS
(menunjuk wajah Dimas)
DIMAS
Tangan Dimas mencolek tumpahan makanan yang ada di baju Albertus lalu mengoleskannya ke wajah Albertus.
ALBERTUS
Teriak marah Albertus seraya tangan kanannya meninju wajah sebelah kiri Dimas hingga terjatuh.
DIMAS
Dimas bangkit lalu berlari ke arah Albertus. Perkelahian tidak bisa di hindarkan, mereka berdua saling hajar. Dari kejauhan Andhika berlari memecah kerumunan dan melompat ke arah perkelahian.Siswa lain yang berada di Kantin tidak berusaha melerai namun malah merekam kejadian itu dengan ponselnya.
BU ATUT
Teriak Bu Atut dari luar Kantin sambil memasang wajah marah. Seketika perkelahian terhenti. Siswa yang sedang menonton perkelahian berhamburan pergi dari tempat kejadian. Penampilan Albertus, Dimas dan Andhika serta siswa lain yang ikut berkelahi tidak karuan.
BU ATUT
INT. RUANGAN BU ATUT — PAGI
Albertus, Andhika, dan Dimas beserta dua kawannya berdiri dihadapan Bu Atut yang duduk di kursi kantornya. Kepala mereka smeua tertunduk.
BU ATUT
Tatapan tajam sambil menggelengkan kepala menunjukan rasa marah dan kecewa pada muridnya. Suasana terpecah oleh pintu yang terbuka oleh Damar. Para siswa menoleh ke arah pintu yang ada tepat di belakang mereka.
DAMAR
Raut wajah Damar berubah bingung saat melihat barisan siswa dengan penampilan acak-acakan. Damar melanjutkan sambil memeriksa kondisi para muridnya.
DAMAR
BU ATUT
Tatapan tajam Bu Atut tertuju pada Albertus.
ALBERTUS
(menunjuk Dimas)
BU ATUT
ALBERTUS
Kalimat Albertus terpotong oleh senggolan bahu dari Andhika yang langsung memberikan gestur menggelengkan kepala.
BU ATUT
Dimas berjalan keluar dari ruangan itu sambil matanya menatap Albertus dan melontarkan senyum ledekan. Albertus mengerenyitkan dahinya lalu menatap Andhika yang hanya memberikan isyarat untuk diam.
BU ATUT
ALBERTUS
BU ATUT
DAMAR
Damar merangkul Andhika dan Albertus lalu mengajaknya untuk keluar dari ruangan. Albertus terlihat bingung.
ALBERTUS
Albertus masih berusaha membela dirinya namun ditahan oleh Damar dan membawanya keluar dari ruangan itu.
EXT. BELAKANG SEKOLAH — MOMENTS LATER
Damar membawa Albertus dan Andhika ke belakang sekolah. Ada sebuah sanggar kumuh yang kurang diperhatikan di SMA Karya. Mereka bertiga duduk di tangga depan sanggar.
DAMAR
(Nada bicara serius)
ALBERTUS
ANDHIKA
Andhika memotong kalimat Albertus memberikan senyum meledek. Albertus jadi kebingungan.
DAMAR
(menunjuk dahinya sendiri)
ALBERTUS
ANDHIKA
(mengikuti logat Albertus)
ALBERTUS
(meninggikan suara)
ANDHIKA
DAMAR
ALBERTUS
ANDHIKA
Tawa Andhika keluar dari mulutnya seraya matanya menatap ke arah Damar yang sedari tadi tersenyum.
DAMAR
Albertus masih kelihatan bingung.
ALBERTUS
Tawa lepas dari Andhika keluar dari mulutnya saat mendengar pertanyaan si anak baru itu.
ANDHIKA
ALBERTUS
ANDHIKA
Damar menghampiri Albertus lalu merangkulnya.
DAMAR
ANDHIKA
ALBERTUS
DAMAR
Damar lalu berjalan pergi di ikuti Andhika meninggalkan Albertus sendirian.
ANDHIKA
(melambaikan tangan)
Raut wajah Albertus makin kebingungan dengan tingkah guru dan kakak kelas yang baru saja Ia kenal.
ALBERTUS
Teriak Albertus seraya berlari kecil meninggalkan tempat itu.
EXT. LORONG KELAS — MOMENTS LATER
Dentang bel sekolah nyaring terdengar menandakan waktu pulang tiba. Albertus berjalan dengan tatapan kosong penuh dengan kebingungan. Ia berjalan melewati para siswa yang baru saja keluar dari kelas juga. Hingga sampailah dia di depan Sanggar itu.
EXT. HALAMAN SANGGAR — CONTINUOUS
Lamunan Albertus terpecah saat menyadari dirinya telah sampai di depan sanggat kumuh itu. Di tempat yang sama, Damar dan Andhika terlihat saling bercanda dan sesekali ketawa-ketiwi.
ANDHIKA
DAMAR
Damar berjalan ke arah pintu sanggar lalu memegangi pintu itu namun tidak membukanya
ALBERTUS
Pintu pun terbuka secara perlahan hingga penuh. Albertus mengikuti Damar memasuki sanggar itu. Raut wajah Albertus yang awalnya sangat serius berubah kaget.
INT. SANGGAR — CONTINUOUS
Damar memasuki sanggar diikuti oleh Albertus yang terlihat kebingungan.
DAMAR
Sapa Damar penuh semangat pada para muridnya yang ada di Sanggar itu.
TIARA
Ucap TIARA (17), seorang siswi berparas cantik dengan rambut panjang terikat seperti ekor kuda poni. Ia sedang berdiri menatap Damar dari sebuah cermin besar di dinding Sanggar.
Sanggar itu terlihat kumuh dari luar, namun didalamnya sangatlah rapi. Cerimin besar menempel kokoh pada dinding Sanggar. Peralatan seni seperti drum, piano hingga kanvas lukis tertata rapi di sudut-sudut ruangan. Andhika berada di belakang Albertus hanya tersenyum melihat Albertus kebingungan.
ANDHIKA
BIMA
Ucap Bima, siswa bertubuh kurus yang terlihat senang akan kedatangan Albertus.
ALBERTUS
ANDHIKA
Ejek Andhika sambil berlalu pergi dan menduduki Sofa di sisi ruangan.
DAMAR
INTAN
Albertus mengenali wajah Intan dan ingat bahwa Intan adalah salah satu siswa yang dipuji Bu Atut saat upacara karena menjuarai olimpiade matematika.
BORIS
BORIS (16) seorang siswa dengan logat batak yang khas datang membawa dua bungkus gorengan ditangannya. Matanya langsung tertuju pada Albertus yang sedari tadi masih diam. Siswa itu bergegas menyimpan bawannya di meja lalu menghampiri Albertus.
BORIS
(mengulurkan tangan)
ALBERTUS
(menjabat tangan Boris)
TIARA
BORIS
Albertus yang terlihat kebingungan mulai menjadi tenang karena orang-orang disana ternyata ramah.
DAMAR
Telujuk Damar mengarah pada Boris yang langsung berbalik dan melambaikan tangan pada Albertus
DAMAR
(menunjuk Tiara)
TIARA
Tiara tersenyum pada Albertus sambil memberi salam seperti seorang Puteri.
DAMAR
Damar menatap Andhika yang memasang wajah sombong. Tiara dengan ketus menatap Andhika.
TIARA
Andhika menunjukan tatapan kesalnya pada Tiara yang mengejeknya sambil menjulurkan lidah.
DAMAR
Damar menatap Bima yang sedang memainkan kartu ditangannya.
DAMAR
TIARA
Albertus masih terlihat kebingungan dengan semua itu.
ALBERTUS
DAMAR
ALBERTUS
BORIS
Boris dengan nada bicara serius dan wajah yang meyakinkan. Mata Albertus terbelalak mendengar perkataan itu. Namun, gelak tawa tiba-tiba pecah saat orang-orang disana mendengar siswa baru itu sangat polos menarik kesimpulan.
DAMAR
(merangkul Albertus)
ALBERTUS
DAMAR
ALBERTUS
Albertus melepaskan rangkulan Damar dari pundaknya.
ANDHIKA
DAMAR
INTAN
(tegas)
Albertus tertegun mendengar perkataan Intan yang sangat tulus dan mendalam.
ALBERTUS
Albertus meninggalkan ruangan itu. Boris berdiri dari kursinya dan berusaha menghampiri Albertus yang berjalan keluar dari pintu Sanggar itu. Tangannya di tahan oleh Andhika yang menatapnya dan menggelengkan kepala.