Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. ARENA BASKET — MALAM (FLASHBACK)
Ini adalah pertandingan final basket yang dijalani SMA Karya. Suasana Arena Basket itu sangat ramai dipenuhi penonton. Gemuruh suara dukungan memenuhi seisi Arena. Di sisi lapangan, dari bangku cadangan Andhika berdiri bersama pelatihnya bersiap untuk masuk menggantikan pemain lainnya.
PELATIH
ANDHIKA
Andhika pun masuk ke lapangan. Saat itu Papan skor menunjukan angka 60 - 61, SMA Karya tertinggal satu poin dari lawannya dan waktu hanya tersisa 24 detik di kuarter ke empat itu. Suporter SMA Karya sejenak terdiam. Disisa waktu yang sedikit dan dalam posisi tertinggal itu mereka malah harus bertahan.
Andhika yang saat itu sedang bertahan melakukan blok saat lawannya berusaha melakukan shoot. Ia melompat dan berhasil menepis bola hingga terlempar ke arah rekan satu timnya. Andhika lalu berlari untuk membuka ruang. Rekan satu tim nya melihat pergerakan itu lalu melemparkan bola jauh pada Andhika yang sedang berlari dan diterima dengan baik olehnya. Andhika malah diam setelah mendapatkan bola. Seketika kedua matanya menatap ring yang masih sangat jauh itu, lalu melemparkan bola sekuat tenaga. Seketika seisi Arena hening. Waktu serasa melambat. Bola itu masuk dengan mulus kedalam ring bersamaan dengan suara bel yang menandakan waktu pertandingan usai.
Andhika hanya diam terpaku seakan tidak percaya. Tubuhnya masih terdiam namun matanya melirik ke arah papan skor yang menunjukan angka 63 - 61 untuk kemenangan SMA Karya.
ANDHIKA
Teriak Andhika dengan penuh semangat sambil merentangkan kedua tangannya. Suara penonton yang hening seketika berubah menjadi riuh. Anggota tim basket SMA Karya berlarian menghampiri Andhika lalu mengangkatnya dan merayakan kemenangan bersamanya. Namun tiba-tiba salah satu pemain tim lawan berlari ke arah Andhika lalu mendaratkan pukulan di wajahnya. Karena kejadian itu, kericuhan pun tidak terbendung. Saat para pemain sedang bersitegang, beberapa penonton menyelinap masuk ke area lapangan lalu ikut menambah besar kericuhan yang terjadi.
Beberapa anggota kepolisian yang berjaga disana masuk ke kerumunan berbekal tongkat besi lalu menarik beberapa orang termasuk Andhika. Kericuhan mulai mereda, siswa yang terlibat keributan berlarian meninggalkan Arena.
ANDHIKA
Andhika menjelaskan dengan wajah yang mulai membiru dan darah sedikit keluar dari bibir bawahnya.
PEMAIN LAWAN
POLISI
ANDHIKA
POLISI
EXT. LAPANGAN UPACARA — PAGI (FLASHBACK)
Bu Atut sedang memegangi surat kabar ditangannya. Ia berdiri didepan para murid yang berbaris saat upacara. Di barisan terpisah Andhika dan seluruh anggota tim basket SMA Karya berdiri terpisah dari barisan siswa lainnya.
BU ATUT
Bu Atut tegas berbicara di depan barisan para siswa.
BU ATUT (CONT'D)
Riuh siswa terdengar karena kekecewaan terhadap keputusan Bu Atut. Dari barisan yang terpisah, Andhika maju.
ANDHIKA
(menatap tajam)
BU ATUT
ANDHIKA
BU ATUT
Bu Atut berdiri menghadap Andhika yang sudah berjalan sangat dekat dengannya. Andhika berbalik menatap para siswa yang hanya menatapnya.
ANDHIKA
Dari arah barisan siswa, Tiara berjalan maju dan berdiri di samping Andhika.
TIARA
BU ATUT
Dari barisan guru, Damar berjalan menghampiri Andhika dan Tiara. Damar merangkul kedua siswa kelas satu itu lalu menggiringnya keluar dari area upacara. Damar sedikit kewalahan karena Andhika masih terus melawan. Damar membawa dua siswa itu kebelakang sekolah dipelataran sebuah sanggar.
EXT. PELATARAN SANGGAR — MOMENTS LATER (FLASHBACK)
Andhika melepaskan rangkulan Damar dengan wajah masih penuh esmosi.
ANDHIKA
DAMAR
TIARA
(menatap kesal)
DAMAR
Damar sambil mengubah posisinya menjadi duduk di tangga sanggar.
DAMAR
Andhika terdiam sejenak untuk mencoba meredam emosinya
ANDHIKA
DAMAR
TIARA
DAMAR
Damar menatap kedua siswa di hadapannya. Mata Andhika menatap Damar seakan setuju dengan solusi yang seakan seperti tantangan baginya. Tiara pun seakan setuju dengan apa yang Damar ucapkan.
DAMAR
ANDHIKA
TIARA
DAMAR
Damar sambil berjalan pergi meninggalkan pelataran sanggar.
INT. SANGGAR — SORE (FLASHBACK)
Andhika dan Tiara duduk sambil fokus melihat ke arah Damar yang sedang menjelaskakn di papan tulis.
Diwaktu lain, Andhika sedang memainkan Drum.
Damar dan Tiara sedang memperhatikan Tiara yang menari sendiri dengan luwesnya.
INT. RUANG KELAS — PAGI (FLASHBACK)
Guru membagikan kertas ujian pada semua siswa termasih Andhika
Andhika mengerjakan soal itu dengan mudah
INT. RUANG GURU — SIANG (FLASHBACK)
Andhika berdiri di depan pintu Ruang Guru
ANDHIKA
BU ATUT
Andhika perlahan masuk ke Ruang Guru dan berdiri di hadapan Bu Atut. Didekatnya dua orang guru berdiri memperhatikannya dengan tatapan aneh.
BU DIAN
Ucap BU DIAN (37), seorang guru wanita yang berdiri di samping Andhika.
Andhika melihat diatas meja didepannya ada beberapa lembar jawaban ujian miliknya yang tertulis nilai 100, 95 dan 97.
ANDHIKA
BU DIAN
ANDHIKA
BU DIAN
Damar mulai agak kesal.
DAMAR
Bu Atut menatap Andhika dan Damar tajam sambil mengambil sebuah map dari laci mejanya. Selembar ketas soal dikeluarkan lalu di berikan pada Andhika. Disisi kanan atas kertas itu tertulis "Soal Olimpiade Matematika" dan ada tiga soal didalamnya.
BU ATUT
Andhika terdiam, menatap soal itu cukup lama.
BU DIAN
(ketus)
Andhika menatap mata Bu Dian tajam. Tangannya mengambil spidol yang ada di meja lalu menyimpan soal di meja. Dengan cekatan Ia mengerjakan semua soal di papan tulis. Tidak sampai lima menit, papan tulis sudah dipenuhi oleh jawaban dari setiap soal lengkap dengan penjabarannya. Andhika berjalan kembali ke arah meja lalu menyimpan spidol disana dengan sedikit hentakan.
Bu Dian dan Bu Atut melongo pada Andhika.
ANDHIKA
BU DIAN
ANDHIKA
Andhika menatap tajam pada Bu Dian dan Bu Atut.
ANDHIKA
Andhika meninggalkan Ruangan itu.
EXT. HALAMAN SANGGAR — SIANG
Damar dan Albertus sedang duduk berdua sambil makan mie ayam.
ALBERTUS
DAMAR
ALBERTUS
Damar hanya mangangguk sambil dirinya menyuap mie ayam.
DAMAR
Albertus mengangguk setuju.
DAMAR
EXT. LORONG KELAS — SIANG
Albertus dan Damar berjalan bersama. Langkah Albertus terhenti saat melihat Intan yang duduk di kejauhan sedang sibuk sendiri dengan pensil dan kertas ditangannya.
ALBERTUS
DAMAR
Damar mengambil sebuah buku dari tasnya. Damar membuka buku itu lalu mengambil sebuah kertas buram yang dilipat menjadi dua bagian yang terselip diantara halaman buku.
DAMAR
Albertus menerima kertas itu
DAMAR
INT. KELAS — MOMENTS LATER
Albertus duduk di kursinya sambil membuka kertas yang dibawanya tadi. Isi kertas itu hanyalah coretan angka-angka seperti bekas dipakai menghitung soal matematika saat ujian.
Albertus mencoba melihat setiap kombinasi angka namun makin kebingungan.
INT. SANGGAR — SIANG
Albertus hanya sendirian berada di Sanggar. Ia datang lebih dulu. Ia masih terus melihat isi kertas yang diberikan Damar.
DAMAR
ALBERTUS
Damar berjalan dan menyimpan tasnya di meja.
ALBERTUS
DAMAR
Albertus kaget, coretan angka sembarang itu membentuk gambar wajah seorang wanita yang sedang menjerit. Bagian kepala wanita itu seperti terbelah dan mengeluarkan angka-angka yang tergulung kusut. Tangan sang wanita di gambar itu seperti sedang menggenggam pisau, namun itu adalah kuas yang meneteskan tinta.
ALBERTUS
DAMAR
Ucapan Damar terpotong oleh Intan yang baru saja datang.
DAMAR
INTAN
(tertawa)
ALBERTUS
Intan duduk di hadapan Albertus
INTAN
ALBERTUS
INTAN
Albertus melongo melihat Intan yang sedang menjelaskan.
INTAN
ALBERTUS
Tiba-tiba Andhika masuk ke Sanggar.
ANDHIKA
INTAN
DAMAR
ANDHIKA
Mereka tertawa karena candaan itu.