Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. JALANAN — SORE/MALAM
Albertus berjalan disisi jalan sebuah komplek perumahan, kepalanya tertunduk, matanya mengarah pada jalanan di depannya. Hari mulai menjadi gelap saat itu. Hingga sampailah dia didepan gerbang rumahnya, sebuah rumah bergaya modern dengan halaman yang luas. Seorang Satpam membukakan gerbang untuknya lalu Ia pun masuk.
INT. RUMAH ALBERTUS — MOMENTS LATER
Pintu terbuka, Albertus masuk ke Rumahnya. Ayahnya sudah menunggunya sedari tadi. Belum sempat dirinya mengucapkan salam, sebuah tamparan mendarat disisi kanan pipinya yang sentak membuatnya kaget.
AYAH ALBERTUS
(membentak)
ALBERTUS
(lemas)
AYAH ALBERTUS
ALBERTUS
AYAH ALBERTUS
Kepala Albertus bangkit, matanya menatap tajam mata sang Ayah. Matanya dilinangi air mata yang seakan memaksa untuk tumpah. Emosinya sudah tidak terbendung lagi.
ALBERTUS
Dengan nada tinggi dan tersedu sedu, Albertus meluapkan semua kekesalannya lalu pergi berjalan menaiki tangga.
AYAH ALBERTUS
Albertus berhenti lalu berbalik ke arah ayahnya.
ALBERTUS
Albertus pergi berlalu menaiki tangga lalu masuk ke kamarnya dan mengunci pintu.
INT. KAMAR ALBERTUS — MOMENTS LATER
Albertus melemparkan tasnya lalu terduduk lemas di lantai dan membenamkan kepala dipangkuan lututnya. Tangisannya semakin tak terbendung, air matanya semakin banyak tertumpah membasahi celananya. Tangisannya seketika terhenti, Ia teringat kalimat yang di ucapkan Andhika padanya.
ALBERTUS
Albertus berbicara sendiri sambil berusaha menghentikan tangisannya.
EXT. HALAMAN RUMAH ALBERTUS — PAGI BUTA
Hari masih gelap, masih sangat pagi untuk orang beraktifitas. Albertus mengeluarkan Sepedanya dari Rumah Itu. Albertus sejenak menatap rumahnya dan menghela nafas sejenak. Ia lalu menaiki sepedanya dan pergi dari sana.
EXT. POS SATPAM SEKOLAH — PAGI BUTA
Albertus sudah sampai di Sekolah. Suasana sekolah sepi, hanya Satpam sekolah dan petugas kebersihan yang datang lebih pagi dari dirinya. Pak Gugun pun menyapa Albertus.
PAK GUGUN
(tersenyum)
ALBERTUS
PAK GUGUN
ALBERTUS
PAK GUGUN
Tanya Pak Gugun sambil merapikan baju.
ALBERTUS
PAK GUGUN
ALBERTUS
Jawab Albertus sungkan namun diiringi suara dari perut yang tidak bisa diajak bekerja sama.
PAK GUGUN
(tertawa)
Albertus menjadi malu karena dirinya ketauan berbohong. Satpam itu pergi dari sana. Tak lama Satpam itu kembali dengan membawa keresek berisi makanan.
PAK GUGUN
Pak Gugun memberikan sebungkus nasi kuning pada Albertus.
ALBERTUS
PAK GUGUN
(membuka makanan)
ALBERTUS
Albertus menundukan kepalanya sebagai ucapan terimakasih.
INT. RUANG KELAS — PAGI
Bel masuk sekolah terdengar nyaring hingga kedalam kelas. Albertus hari ini duduk sendirian dibarisan belakang. Keadaan di Kelas Albertus sedikit berbeda. Teman sekelas yang kemarin bernyanyi bersamanya, hari ini sangat jelas agak menjaga jarak dari dirinya. Malah beberapa siswa melontarkan tatapan sinis padanya. Namun Albertus tidak terlalu menghiraukannya dan malah melamun berfikir sendirian.
EXT. HALAMAN SANGGAR — SORE
Albertus sampai di depan Sanggar sambil membawa dua bungkus gorengan persis seperti yang di lakukan Boris. Namun saat itu pintu sanggar masih terkunci, belum ada siapa-siapa disana. Ia pun duduk di tangga depan pintu Sanggar. Ekspresinya terlihat khawatir dan bingung.
Tak lama kemudian terdengar suara beberapa orang yang tertawa mendekat, kedengarannya seperti suara Andhika. Albertus berdiri untuk bersiap-siap menyambut mereka. Ternyata di sore itu mereka datang bersamaan kecuali Damar. Seketika mereka terdiam sejenak melihat Albertus yang sudah berada di Sanggar itu sebelum mereka.
ANDHIKA
BORIS
Boris melambaikan kunci, menunjukannya pada Albertus sambil bergegas membuka pintu.
TIARA
Tiara menunjuk ke arah bungkusan yang ada di tangan Albertus.
ANDHIKA
Andhika merangkul Albertus dan menggiringnya masuk. Bingung kenapa mereka malah seperti sudah mengenal Albertus sejak lama.
INT. SANGGAR — MOMENTS LATER
Mereka semua masuk kedalam Sanggar itu. Albertus berjalan masih dengan rangkulan Andhika. Tak lama dari arah belakang, Damar datang mdengan membawa satu kotak Pizza.
DAMAR
Sapa Damar penuh semangat saat memasuki pintu Sanggar. Matanya langsung tertuju pada Albertus yang berada disana.
DAMAR
ANDHIKA
DAMAR
Saat semua orang sedang sibuk dengan makanan. Albertus berdiri depan Ruangan itu menghadap semua orang disana.
ALBERTUS
Semua orang menatap Albertus.
BORIS
ALBERTUS
Tatapan mata setiap orang disana pada Albertus penuh simpati melihat Albertus yang berusaha menahan tangis.
ALBERTUS
TIARA
Tiara mencairkan suasana.
ALBERTUS
DAMAR
INTAN
Celetukan mengundang tawa keluar dari mulut intan yang sedari tadi hanya diam. Saat semua orang disana mentertawakan Andhika, Albertus berjalan ke sisi ruangan ke arah sebuah piano yang setegah tertutup oleh kain. Kain dibuka lalu Ia menyalakanya hingga memancing perhatian semua yang ada disana. Jarinya menyentuh satu persatu tuts piano dan piano pun berbunyi normal.
ALBERTUS
Andhika mengangguk lalu semua orang bersiap untuk meliaht apa yang akan dilakukan Albertus. Albertus pun mulai bernyanyi lagu Somebody to Love dari band Queen. Albertus bernyanyi dengan gaya menirukan Freddy Mercury. Semua orang terkesima melihat Albertus yang sangat bersemangat.
Suara tepuk tangan dari semua yang ada disana menutup penampilan hebat dari Albertus. Tiara dan boris bahkan berdiri saat memberikan tepuk tangan. Albertus membungkukan badannya memberi hormat.
TIARA
BORIS
ANDHIKA
Albertus tersenyum saat mendengar ucapan Andhika. Semua orang memberikan tepuk tangan pada Albertus.
INT. SANGGAR — MOMENTS LATER
Hari sudah semakin sore. Tapi semua orang disana masih terlihat sangat bersemangat. Damar yang sedari tadi diam, melirik ke arah jam tangannya.
DAMAR
ALBERTUS
(kecewa)
ANDHIKA
TIARA
DAMAR
Semua murid menunjukan kekecewaan.
DAMAR
EXT. JALANAN - MALAM
Hari mulai gelap, matahari sudah terbenam sepenuhnya. Damar berjalan keluar dari sekolah menuntun sepedanya, di sampingnya Albertus menemani sambil menuntun sepeda juga. Lampu-lampu jalanan juga rumah dan pertokoan satu persatu mulai menyala menyinari jalanan.
ALBERTUS
DAMAR
Albertus menunjukan rasa penasaran.
INT. RUMAH DAMAR — FLASHBACK
IBU DAMAR (O.S.)
Damar kecil berlari menghampiri Ibunya yang sedang merapikan piring sambil membawa buku gambar di tangannya.
DAMAR KECIL
Senyum tipis terbentuk dari bibir sang Ibu menyembunyikan rasa khawatir.
IBU DAMAR
(mengusap Damar kecil)
Damar bersemangat mengambil nasi dan telur mata sapi kedalam piringnya lalu mengoleskan kecap manis diatas makananya layaknya sedang melukis. Tak sadar sedari tadi Ibunya memeprhatikan dengan raut wajah orang yang sedang mencari cara untuk menyampaikan sesuatu. Kegiatan Damar terhenti karena menatap Ibunya yang sedari tadi hanya diam menatapnya.
DAMAR KECIL
IBU DAMAR
Tatapan tulus terpancar dari mata wanita itu. Tapi, Damar remaja tahu jika Ibunya sedang berbohong.
IBU DAMAR
DAMAR KECIL
IBU DAMAR
Mata Ibunya berkaca-kaca tidak tega saat mengucapkan kalimat itu pada anak kesayangannya.
DAMAR KECIL
IBU DAMAR
DAMAR KECIL
IBU DAMAR
Air mata mulai menetes di pipi sang Ibu. Wajah Damar kecil terlihat kesal. Namun, kekesalannya memudar saat melihat Ibunya juga bersedih. Damar membagi dua telur mata sapi dan nasi miliknya lalu memberikannya pada Ibunya. Ibunya kaget melihat sikap anaknya yang sedari tadi berdebat dengannya sudah tersenyum.
DAMAR KECIL
Damar meraih tangan Ibunya yang terlihat semakin meneteskan air mata.
EXT. JALANAN — MALAM
Damar dan Albertus masih berjalan bersama sambil menuntung sepedanya masing masing.
DAMAR
ALBERTUS
Albertus mengusap mata dengan tangannya.
DAMAR
ALBERTUS
Albertus meraih tangan Damar untuk bersalaman pamit pulang lalu menaiki sepedanya dan pergi berlalu.