Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Hilangnya Juru Masak Bebek Peking
Suka
Favorit
Bagikan
8. Minta Maaf

37. EXT. PASAR - PAGI

Asep menemani Sabdo ke pasar. Sabdo memberitahu tempat-tempat yang menjadi langganan WARTEG Pak Eman.

                     ASEP
Pantas saja, kalau ke pasar Mas Sabdo bisa sendirian.
Ternyata ada satu lapak yang sediakan semua kebutuhan WARTEG, HAHA... sangat efisien ya mas!

                            

SABDO
Iya, kecuali yang kita perlukan lagi enggak ada di lapak itu. Ya, mau tidak mau mesti cari ke lapak lain Sep...

                            

ASEP
Oke mas. Oh iya mas, nanti Ratih datang ke warteg kan? Sepi kalau enggak ada Ratih, ya kan mas?

                            

SABDO
Ya juga sih, sepi. Kamu antre bayar dulu ya. Saya coba hubungi Ratih.


Asep mengangguk dan Sabdo membuka ponselnya.

Tertera nama “Ratih” dan Sabdo menekan tombol memanggil.  Sabdo menempelkan ponsel ke telinganya, hanya suara   dering dan tak dijawab oleh Ratih. Akhirnya Sabdo  mengirimkan sebuah pesan singkat.

                            

SABDO
To : Ratih
Masih demam?
Urusan yang kemarin malam, saya minta maaf.
Kalau sudah sembuh, datang ke WARTEG ya.
Kata Asep, kalau enggak ada kamu jadi sepi.
Saya rasa juga sepi, biasanya kan ada yang cerewet.

    

Asep sudah selesai membayar dan mendatangi Sabdo.


                     ASEP
Sudah hubungi Ratih mas?


                     SABDO
Sudah. Yuk ke WARTEG!

                                                     CUT TO:


38. INT. WARTEG PAK EMAN – PAGI

Ratih usai membersihkan WARTEG, ia meletakkan sapu dan peralatan bersih-bersih lainnya KE tempatnya. Pak Eman sedang mendengarkan musik dangdut diradio sambil bernyanyi dan joget.

 

                    PAK EMAN
Tih... tolong buatkan kopi ya!

 

                     RATIH
Iya pak...

 

Ratih segera mengambil panci dan menuang air ke dalamnya. Setelah itu, ia meletakkan panci ke atas tungku kompor.

Asep dan Sabdo tiba dari pasar.

 

                 ASEP & SABDO
Assalamualaikum....

 

                  PAK EMAN
Wa alaikumsalam.... Akhirnya, kalian datang juga. Sudah bapak tunggu-tunggu loh.

 

                   ASEP
Pak, baru semalam kita enggak ketemu. Sekarang sudah ditunggu-tunggu... HEHE...

 

                  PAK EMAN
Kamu ini Sep... bukan begitu! Bapak dapat masukan dari pelanggan, kalau tumis sayurnya enak. Jadi, nanti masaknya lebih banyak ya!

 

                     ASEP
Owalah pak, saya kira bapak kangen. HAHA...

 

                    PAK EMAN
Kangen ndasmu!
Tih... Ratih, sekalian buatkan kopi buat Sabdo dan Asep...

 

                     SABDO
Oh, ada Ratih toh. Saya bikin sendiri saja pak, kopinya.

 

Sabdo menuju ke dapur menemui Ratih. Ratih sedang menuang kopi bubuk dan gula ke dalam gelas-gelas. Dan satu gelas teh untuk Ratih sendiri.

                    SABDO
Hai Tih, sudah sembuh?

 

                  RATIH
(grogi)
Sudah mas, ini sudah bisa kerja lagi.

 

                     SABDO
Iya, warungnya bersih lagi. HEHE...

 

                     RATIH
Hem... mas, kata-kata saya waktu malam itu lupakan saja ya.


                  SABDO
(pura-pura lupa)
Kata-kata?
Kata-kata apa ya?

 

                 RATIH
(melotot)
EEERRRGGGHHH....


                 SABDO
(ketawa)
HAHAHA... iya, iya...

                            

Ratih menyeduh kopi teh, lalu mengaduknya.


                     RATIH
Ini kopinya. Yang satu lagi, tolong bawakan buat Asep ya. Aku bawa buat bapak.


                     SABDO
Padahal saya mau bikin kopi sendiri, tapi karena sudah jadi ya sudah. Terima kasih (senyum).

 

Ratih dan Sabdo mengantar kopi untuk Pak Eman dan Asep. Mereka duduk bersama.


                     ASEP
Wah... harum sekali aromanya. Terima kasih ya Tih.

 

Ratih mengangguk sambil tersenyum pada Asep.

 

                   PAK EMAN
Lebih mantap lagi, kalau ada ini. Biskuit kelapa (menyodorkan biskuit kelapa ke posisi tengah meja).
Mari dimakan!


Sambil menyantap, Sabdo membuka pembicaraan. Tentang dirinya yang akan mengikuti lomba masak Bebek Peking.

                     SABDO
Hem... jadi begini pak, ada yang mau saya sampaikan.

 

                    PAK EMAN
Mau sampaikan apa Do?

 

                    SABDO
Sebenarnya, saya daftar lomba masak pak. Saya ikut itu supaya ibu bisa mendapatkan pengobatan yang lebih baik.
Kondisi ibu semakin menurun pak.

 

Ratih dan Asep sedikit tersentak. Mereka ikut mendengarkan pembicaraan Sabdo dan Pak Eman.

 

                   PAK EMAN
Kenapa kamu enggak bilang dari kemarin-kemarin Do? apa saja yang bisa dibantu, akan bapak lakukan buat kamu.

                            

SABDO
Bapak sudah banyak bantu saya... dengan bekerja di sini, saya masih bisa membiayai pengobatan ibu.


                   PAK EMAN
Pokoknya, kalau kamu butuh bantuan yang lebih dari itu bisa langsung hubungi bapak ya Do. Anggap saja, saya ini bapak kamu. Lombanya kapan Do? Terus di mana?


                     SABDO
Iya pak. Lombanya lusa dan besok saya sudah izin untuk persiapan pak. Tempat perlombaannya di restoran Dinasti Oriental.


                  PAK EMAN
Ya, itu restoran terbaik di kota ini. Bahkan sudah terkenal hingga mancanegara. Bapak ikut senang dan kamu juga punya potensi besar yang harus disalurkan. Terutama juga karena niat mulia untuk ibu.

                            

                    ASEP
Mantap! Semoga Mas Sabdo menang, amin....

                      

            PAK EMAN, RATIH & SABDO
Amin....

 

                   RATIH
Kalau boleh, nanti aku dan Asep ikut tonton perlombaannya ya pak! Kita sorak-sorak beri semangat... HAHA...


                  PAK EMAN
Boleh, berarti besok lusa WARTEG tutup.


                       RATIH
Hore...


                       ASEP
Yes!

     CUT TO:


39. EXT. WARTEG PAK EMAN – SORE

Warteg hendak tutup. Pak Eman, Asep, Ratih dan Sabdo sedang merapikan semua peralatan. Cika datang bersama  Lulu untuk meminta maaf. Sabdo sedang membereskan mangkok/piring kotor di etalase yang akan dibawa ke pencucian piring. Asep dan Ratih sedang mencuci piring.


                     CIKA
Selamat sore Pak Eman...

     

Pak Eman sedang membereskan sendok-garpu dari meja. Sabdo melihat Cika dan Cika juga melihat Sabdo dengan tatapan tak enak. Sabdo mengambil alih yang dilakukan Pak Eman.


                     SABDO
Sini pak, saya saja yang beres-beres.


                   PAK EMAN
Cika, tumben datang sore-sore. Sini-sini, duduk dulu.


Sambil beres-beres, Sabdo juga ikut mendengarkan.


                     CIKA
Hem... begini pak. Saya mau minta maaf atas kejadian mati lampu dan kecoak mati.


                     PAK EMAN
                    (bingung)
Mati lampu dan kecoak mati? Maksudnya apa ya mbak Cika?


                     CIKA
E... sebentar pak, saya panggilkan Lulu.
Lu... Lulu... sini Lu!


Lulu datang dan dia duduk bersebelahan dengan Cika.


Pak Eman melihat Lulu sambil mengingat-ingat lalu sedikit terkejut setelah tahu bahwa Lulu orang yang pernah  membuat onar di wartegnya.


                   PAK EMAN 
               (menunjuk ke Lulu)
KAMU?

                            

LULU
I... iya pak, saya ke sini untuk minta maaf (menunduk).


                    CIKA
Ini Lulu, karyawan saya. Saya yang menyuruh dia untuk membuat kekacauan waktu itu.
Saya yang bersalah pak, Lulu hanya mengikuti perintah saya.


Raut wajah Pak Eman berubah menjadi marah.


                   PAK EMAN
Kalian tahu? Setelah kejadian itu, saya merasa sangat malu! Bahkan saya tidak percaya jika ada kecoak, apalagi pasir.
Saya tahu persis bahwa Sabdo mengolah makanan-makanan itu dengan baik dan higienis.


                    CIKA
Iya pak, oleh karena itu kami datang untuk mengaku dan meminta maaf.


Pak Eman menarik nafas panjang.


                  PAK EMAN
Dan karena kejadian itu, warung sempat sepi hampir dua pekan.
Apa yang membuat kamu bertindak seperti itu Cika?


                     CIKA
Itu karena, saya merasa tersaingi dengan kehadiran Sabdo di warteg bapak. Dan awal-awal Sabdo berada di sini, restoran saya sepi sekali pak.
Omset turun drastis. Jadi saya sangat kesal dan berpikir untuk menghancurkan warung bapak.


                  PAK EMAN
Sebelum ada Sabdo, restoranmu juga enggak pernah rame kok! Restoranmu rame baru-baru ini toh?
Jangan salahkan Sabdo... biar begitu, Sabdo bukan tukang masak biasa...


    Sabdo merasa risi namanya disebut-sebut

 

                    CIKA
Iya pak dan saya juga minta maaf ke Sabdo. konsekuensinya, saya akan mengganti kerugian di waktu warung bapak sepi akibat ulah kami pak.


Sabdo sudah selesai beres-beres dan langsung bergabung dengan Pak Eman.


                    SABDO
                (suara nyaring)
Bukan cuma ganti rugi, seharusnya kamu bikin klarifikasi di media sosial tentang kesalahan yang sudah kamu perbuat dan perkataan maaf juga.
Jangan main-main! Yang kamu lakukan itu termasuk pencemaran nama baik...


                   PAK EMAN
(letih)
Sudah-sudah Do... bapak enggak mau memperpanjang urusan.
Yang penting mereka sudah mengakui kesalahan dan meminta maaf.
Dan masalah ini, cukup kita saja yang tahu ya. Tak usah diketahui banyak orang.


Ratih dan Asep sudah selesai mencuci piring, keluar dari  dapur bersiap-siap pulang. Mata Ratih tertuju pada Cika dan Lulu. Ratih langsung bereaksi setelah melihat Lulu.

                    RATIH
Eh eh... elu kesini lagi? mau apa?


                  PAK EMAN
Sudah, sudah Tih... sudah selesai urusannya. Nanti bapak ceritakan di rumah ya.


Pak Eman menyudahi percakapan dengan Cika dan Lulu


                PAK EMAN (CONT’)
Cika, Lulu... bapak pulang dulu ya. Sudah lelah  seharian bekerja, habis semua makanannya.
Itu sudah berlalu dan bapak harap tidak mengulangi kesalahan yang sama.


              CIKA & LULU
                   (mengangguk)
Iya Pak...


                     CIKA
Terima kasih Pak Eman, telah memaafkan kami...


Pak Eman mengangguk dan beranjak pergi meninggalkan  warteg meninggalkan Sabdo, Cika dan Lulu.


                   SABDO
Saya mau pulang juga. Kalian mau tidur di sini?


                    CIKA
Ya pulang juga. Do, gue minta maaf ya...


                    SABDO
Andai kemarin saya enggak makan di Siap Saji, kamu enggak bakal mengaku dan minta maaf kan?


                     CIKA
Ya enggak juga Do... gue sudah niat buat minta maaf tapi belum ada momen yang pas. M...maaf ya Do...


Sabdo mengangguk dan dibalas Cika dengan senyuman.


                     SABDO
Ayo keluar! Saya mau pulang, warungnya mau digembok.

                                                     CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar